BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Tempat Pengujian
Pengujian penetapan kadar kotrimoksazol dalam suspensi dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT dilakukan di Laboratorium Obat, Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan yang berada di Jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I No. 2 Medan.
3.2 Alat
Alat yang digunakan adalah Seperangkat alat KCKT dengan kolom L1 25
cm x 4,6 mm, detektor 254 nm; sonikator, penyaring membrane PTFE 0,45 μm, penyaring vakum, timbangan analitik, beaker glass, piknometer 25 ml, batang
pengaduk, labu tentukur 50 ml, 100 ml, 1000 ml, membran filter ukuran 0,45 μm,
pH meter, dan pipet volume ukuran 1,0 ml, 2,0 ml, 5,0 ml.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah akuabides, asetonitril, metanol, asam asetat glasial, NaOH 0,2 N, trietilamin, sulfametoksazol baku pembanding, dan
trimetoprim baku pembanding.
3.4 Sampel
− Nama contoh : Bactoprim Combi
Universitas Sumatera Utara
− WadahKemasan : BotolSuspensi 50 ml
− No. Batch : 006189
− No Reg : DKL 8304116833A1
− Komposisi : setiap 5 ml suspense mengandung sulfametoxazol
200 mg dan trimetoprim 40 mg − Kadaluarsa
: Jun 2013 − Produksi
: PT. Combiphar, Bandung – Indonesia
3.5 Prosedur
3.5.1 Penentuan Bobot jenis
Sediakan piknometer 25 ml. Diatur suhu termometer hingga mencapai suhu kamar 25
C. Ditimbang dalam keadaan kosong. Diisi piknometer tersebut dengan air hingga penuh. Diatur suhu termometer hingga mencapai suhu kamar.
Ditimbang kembali. Dikeluarkan air dalam piknometer dan bersihkan. Lalu piknometer tersebut diisi dengan sampel yang diuji hingga penuh. Diatur suhu
termometer hingga mencapai suhu kamar. Ditimbang dan hitung bobot jenisnya. Data perhitungan bobot jenis dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman 37.
3.5.2 Pembuatan Fase Gerak
Campuran 400 ml asetonitril dan 2,0 ml trietilamin dimasukkan ke dalam gelas ukur 2000 ml. Kemudian diadkan dengan air sampai garis tanda. Biarkan
hingga suhu kamar dan atur pH hingga 5,9±0,1 menggunakan natrium hidroksida
Universitas Sumatera Utara
0,2 N atau asam asetat glasial P 1:100. Disaring menggunakan penyaring vakum yang sudah dilapisi
membran 0,45 μm.
3.5.3 Larutan Baku Pembanding 3.5.3.1 Sulfametoksazol
Ditimbang seksama
±
8 mg sulfametoksazol BP, masukkan ke dalam labu tentukur 5 ml, tambahkan 3 ml metanol, sonikasi selama 15 menit, didinginkan.
Diadkan dengan metanol sampai garis tanda.
3.5.3.2 Trimetoprim
Ditimbang seksama
±
3 mg trimetoprim BP, masukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, tambahkan 5 ml metanol, sonikasi selama 15 menit, didinginkan.
Diadkan dengan metanol sampai garis tanda. Masing-masing larutan baku sulfametoksazol dan larutan baku
trimetoprim dipipet 1,0 ml dan dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml dan diadkan dengan fase gerak sampai garis tanda. Kemudian dikocok dan disaring dengan
penyaring membran dengan porositas 0,45 µm kedalam vial.
3.5.4 Larutan Uji
Dipipet 2,0 ml suspensi setara lebih kurang 80 mg sulfametoksazol. Dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, tambahkan 30 ml metanol dan
disonikasi selama 10 menit, didiamkan sampai suhu ruang dan diadkan dengan metanol sampai garis tanda. Kemudian dipipet 5,0 ml dan dimasukkan ke dalam
labu ukur 50 ml dan diadkan dengan fase gerak sampai garis tanda, dan disaring dengan penyaring membran dengan porositas 0,45 µm ke dalam vial.
Universitas Sumatera Utara
3.6 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
3.6.1 Pengaturan Kondisi Sistem
Sistem diperiksa dan dicek untuk meyakinkan apakah sistem pengalir pelarut telah disambungkan dengan baik, kolom telah dipasang, tersedia cukup
pelarut di dalam botol pelarut, sistem pengawasan pelarut bekerja dengan baik untuk menghilangkan gelembung udara, penyaring pelarut sudah dipasang, dan
detektor yang sesuai sudah terpasang dengan benar.
3.6.2 Mengaktifkan Sistem
Setelah masing-masing sistem diatur, hubungkan setiap sistem dengan sumber arus listrik. Tekan tombol power pada pompa, detektor UV-VIS ke posisi
ON dan CBM Communication Bus Module ke posisi ON.
3.6.3 Penentuan Garis Alas
Bila nilai absorbansi yang ditampilkan pada detektor UV-VIS telah menunjukkan 0,000 lalu biarkan beberapa menit sampai diperoleh garis alas yang
relatif cukup lurus yang menandakan sistem telah stabil.
3.7 Penetapan Kadar Kotrimoksazol
Kemudian larutan uji dan baku diinjeksikan secara terpisah kedalam kolom kromatografi cair kinerja tinggi KCKT dan dilakukan elusi dengan
kondisi menggunakan kolom fase balik L
1
ODS berukuran 25 cm x 4,6 mm, detektor dengan panjang gelombang 254 nm, dengan laju alir 2 mlmenit, dengan
volume injeksi 20 µl, dengan fase gerak campuran air:asetonitril:trietilamin 1400:400:2 vv dan diinjeksikan kedalam KCKT.
Universitas Sumatera Utara
Hasil yang diperoleh dapat dilihat dari terbentuknya puncak yang direkam oleh CBM Communication Bus Module yakni sejenis penghubung dengan
sistem komputer yang dilengkapi dengan pencetak kromatogram. Kromatogram larutan baku dan larutan uji dapat dilihat pada Lampiran 5
halaman 35 dan Lampiran 6 halaman 35.
3.8 Interpretasi Hasil
Kadar kotrimoksazol dalam suspensi dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi KCKT dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan: Au
: Luas puncak larutan uji Ab
: Luas puncak larutan baku Bb
: Bobot baku yang ditimbang dalam mg Bu
: Bobot uji yang ditimbang dalam mg Fu
: Faktor pengenceran larutan uji Fb
: Faktor pengenceran larutan baku 5
: Menunjukkan bahwa takaran setiap 5 ml suspensi mengandung 200 mg sulfametoksazol dan 40 mg Trimetoprim
Bj : Berat jenis sampel
Ki : Kadar Sulfametoksazol dan Trimetropim dalam setiap 5 ml suspensi
Universitas Sumatera Utara
3.9 Persyaratan