Mesin Inferensi Struktur Sistem Pakar

1. Tahap identifikasi, meliputi penentuan komponen-komponen kunci dalam sistem yang sedang dibangun. Komponen kunci ini adalah knowledge engineer, pakar, karakteristik masalah, sumber daya dan tujuan. 2. Tahap konseptualisasi merupakan tahap kelanjutan dari tahap peratama yang membuat konsep-konsep kunci dan hubungannya pada tahap tersebut menjadi lebih jelas. 3. Tahap formalisasi, meliputi pemetaan konsep-konsep kunci, sub masalah dan bentuk aliran informasi yang telah ditentukan dalam tahap-tahap sebelumnya ke dalam representasi formasi yang paling sesuai dengan masalah yang ada. 4. Tahap implementasi, meliputi pemetaan pengetahuan dari tahap sebelumnya yang telah diformalisasi ke dalam skema representasi pengetahuan yang dipilih. 5. Tahap pengujian, meliputi proses pengujian prototipe sistem yang telah dibangun pada tahap sebelumnya untuk menjalani serangkaian pengujian dengan teliti menggunakan beragam sampel masalah. Masalah-masalah yang ditemukan dalam pengujian ini biasanyadapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kegagalan inputoutput kesalahan logika dan strategi kontrol. 6. Revisi prototipe, suatu unsur penting pada semua tahap dalam proses akuisisi pengetahuan adalah kemampuan untuk kembali ke tahap-tahap sebelumnyauntuk memperbaiki sistem.

2.3.4 Mesin Inferensi

Mesin inferensi adalah komponen yang mengandung mekanisme pola pikir dan penalaran yang digunakan oleh pakar dalam menyelesaikan suatu masalah. Menurut Turban 1995 mesin inferensi adalah program komputer yang memberikan metodologi penalaran tentang informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam workplace dan untuk merumuskan kesimpulan. Kebanyakan sistem pakar berbasis aturan menggunakan strategi inferensi yang dinamakan modus ponen. Pada prinsipnya, komponen ini akan mencari solusi dari suatu permasalahan. Terdapat dua pendekatan untuk mengontrol inferensi dalam sistem pakar berbasis aturan, yaitu pelacakan ke belakang backward chaining atau dalam salah Universitas Sumatera Utara satu buku biasa disebut dengan runut balik top-down dan pelacakan ke depan forward chaining yang sering disebut sebagai runut maju bottom-up. Backward chaining adalah proses penalaran yang berawal dari tujuan, kemudian menelusuri fakta-fakta yang mendukung untuk mencapai tujuan tersebut. Sementara forward chaining merupakan kebalikan dari backward chaining, yaitu proses penalaran yang bermula dari fakta-fakta yang diketahui untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tabel 2.3.4.1 Karakteristik formard dan backward chaining Forward chaining Backward chaining Perencanaan, pengawasan, kontrol Diagnosisi Disajikan untuk masa depan Disajikan untuk masa lalu Data memandu penalaran dari bawah ke atas Tujuan pemandu penalaran dari atas ke bawah Bekerja ke depan untuk mendapatkan solusi apa yang mengikuti fakta Bekerja ke belakang untuk mendapatkan fakta yang mendukung hipotesis Dalam memilih metode yang akan digunakan, semuanya bergantung pada masalah yang akan dibuat sistem pakarnya dan belum dapat dibuktikan mana yang lebih baik di antara kedua metode inferensi ini. Untuk sebuah sistem pakar yang besar, dengan jumlah aturan yang relatif banyak, metode pelacakan ke depan akan dirasakan sangat lamban dalam pengambilan kesimpulan, sehingga untuk sistem-sistem yang besar digunakan metode pelacakan ke belakang.

2.3.5 Workplace