RKPD Provinsi Papua Barat 2016
43
open dumping. sedangkan di wilayah lainnya, pengelolaan sampah dilakukan secara individual oleh masing-masing rumah tangga atau instansi, biasanya
dengan cara ditimbun, dibakar, atau bahkan dibuang ke sungai atau laut. Hingga saat ini memang dianggap belum menumbulkan masalah karena jumlahnya
belum signifikan, namun bukan berarti tidak perlu diperbaiki dan dikelola secara terpadu.
7. Rumah Layak Huni
Rumah tangga di Papua Barat yang memiliki akses terhadap air minum layak sebesar 67,32 persen. Dimana, Kota Sorong memiliki akses paling tinggi, yaitu
88,43 persen. Sedangkan Kabupaten Teluk Wondama memiliki akses yang paling buruk, yaitu hanya 13,16 persen.
Akses sanitasi layak secara umum di Papua barat hanya dapat dicapai oleh lebih dari setengah terhadap total rumah tangga 51,83 persen, sedangkan
kecukupan luas lantai diatas 7,2 m2 kapita hanya sekitar tiga per empat dari total rumah tangga
79,41. Dari sisi daya tahan rumah hampir seluruh rumah di Papua Barat memiliki daya tahan yang baik 97,76, karena sebagian besar
telah menggunakan atap bukan ijukrumbialainnya 95,10, jenis dinding bukan dari bambulainnya 96,91, jenis lantai sebagian besar bukan dari
tanahlainnya 97,32 dengan minimal dua kriteria terpenuhi.
Tabel 2.25 Persentase Rumah Tangga menurut Pengkategorian Rumah Kumuh menurut KabupatenKota 2013
Kota Akses air
minum layak Akses
Sanitasi Layak
Sufficient Living Area 7,2 m2 org
Durability of Housing
Fakfak 87,15
34,46 83,67
99,82 Kaimana
67,25 53,13
83,45 100,00
Teluk Wondama 13,16
73,21 71,65
94,84 Teluk Bintuni
75,47 62,69
85,51 99,24
Manokwari 67,33
58,90 80,45
97,32 Sorong Selatan
45,46 30,56
64,83 86,03
Sorong 81,41
44,47 82,76
99,23 Raja Ampat
36,48 27,81
76,34 96,54
Tambrauw 27,38
43,82 75,68
76,34 Maybrat
25,48 22,77
80,86 99,69
Kota Sorong 88,43
68,41 75,95
100,00 Papua Barat
67,32 51,83
79,41 97,76
Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat 2014
2.1.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan
1. Penanaman Modal
a. Jumlah proyek dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua barat pada tahun
2013 sebanyak 37 proyek. Jumlah ini mengalami penurunan dari Tahun 2011 dengan jumlah proyek sebanyak 85 proyek dan tahun 2012 sebanyak 22
Proyek.
b. Jumlah proyek dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua barat pada tahun 2013
sebanyak 119 proyek. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebanyak 61 proyek, 2011 sebanyak 40 proyek, tahun 2012 sebanyak 31
proyek.
RKPD Provinsi Papua Barat 2016
44
c. Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua barat pada
tahun 2013 sebesar 16.410.858 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 2.599.5999 juta rupiah.
d. Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua barat pada
tahun 2013 sebesar 407.922 ribu US . Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2012 yaitu sebesar 1.578.696 ribu US .
2. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Sejak Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2011, koperasi mengalami penurunan, Pada Tahun 2010 sejumlah 701 unit koperasi kemudian menurun menjadi 373
unit pada tahun 2012 dan kemudian bertumbuh menjadi 412 unit koperasi dan terus mengalami pertumbuhan sampai pada tahun 2013 dengan 626 unit
koperasi aktif dan 811 koperasi tidak aktif yang tersebar di seluruh kabupatenkota di Provinsi Papua Barat.
3. Ketenagakerjaan
a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK menggambarkan persentase
penduduk usia 15 tahun keatas yang termasuk dalam angkatan kerja. TPAK Papua Barat mengalami penurunan dari tahun 2012. TPAK tahun 2013 sebesar
66,41 persen menurun dibandingkan tahun 2012 67,12 persen.
b. TPAK tertinggi 2013 dicapai oleh Kabupaten Sorong Selatan yaitu sebesar
72,71 persen. Artinya adalah dari 100 orang penduduk usia kerja sekitar 72- 73 orang diantaranya tergolong sebagai angkatan kerja. Sementara TPAK
terendah berada di Kabupaten Fakfak yaitu hanya mencapai 61,20 persen.
Gambar 2.16 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK menurut KabupatenKota di Provinsi Papua Barat 2013
Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat 2014
c. Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Papua Barat pada periode 2011— 2013
terus mengalami penurunan. TPT menurun tajam dari 8,94 persen di tahun 2011 menjadi 5,49 persen di tahun 2012, kemudian di tahun 2013 juga masih
mengalami penurunan menjadi 4,62 persen. Pengangguran 4,62 persen berarti dalam setiap 100 orang angkatan kerja terdapat 4
—5 orang berstatus sebagai pengangguran. TPT menurut gender di tahun 2013 tercatat TPT laki-
laki lebih baik dari pada TPT perempuan. TPT laki-laki sebesar 4,37 persen, sedangkan TPT perempuan jauh lebih tinggi mencapai 5,08 persen. Lebih
rendahnya TPT laki-laki salah satunya diduga karena penduduk laki-laki, terutama berstatus sebagai kepala rumah tangga, memiliki tanggung jawab
untuk memenuhi kebutuhan anggota rumah tangganya. Selain itu, lebih
RKPD Provinsi Papua Barat 2016
45
banyak lapangan pekerjaan yang lebih sesuai diisi oleh pekerja laki-laki dan lebih fleksibel dengan masalah jam kerja.
Gambar 2.17 Tingkat Pengangguran Tebuka TPT menurut KabupatenKota di Provinsi Papua Barat 2013
Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat 2014
2.1.4 Aspek Daya Saing Daerah