Aspek Daya Saing Daerah

RKPD Provinsi Papua Barat 2016 45 banyak lapangan pekerjaan yang lebih sesuai diisi oleh pekerja laki-laki dan lebih fleksibel dengan masalah jam kerja. Gambar 2.17 Tingkat Pengangguran Tebuka TPT menurut KabupatenKota di Provinsi Papua Barat 2013 Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat 2014

2.1.4 Aspek Daya Saing Daerah

1. Kemampuan Ekonomi Daerah a. Berdasarkan PDRB Provinsi Papua Barat penggunaan tercatat pengeluaran rumah tangga tahun 2013 mencapai 17.996,15 miliar rupiah. Kondisi ini tumbuh dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 8,12 persen dengan nilai agregat pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 15.208,56 miliar rupiah. Pertumbuhan di tahun 2012-2013 lebih rendah dibandingkan dengan periode 2011-2012 yang tumbuh 8,45 persen dengan nilai tambah PDRB tahun 2011 untuk pengeluaran rumah tangga sebesar 13.142,73 miliar rupiah. Kontribusi konsumsi rumah tangga pada perekonomian dalam PDRB dari sisi penggunaan relatif tinggi, kontribusinya mencapai 35,35 persen di tahun 2012. Sebelum tahun 2009, share pengeluaran konsumsi rumah tangga berkisar antara 50-65 persen. Sejak mulai berproduksinya LNG Tangguh pada akhir tahun 2009 dan kemudian mulai diekspor, LNG yang memiliki nilai tambah besar tersebut berdampak terhadap semakin menurunnya kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB. Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan Papua Barat terus mengalami peningkatan. Di tahun 2011 rata-rata pengeluaran hanya Rp 596.743kapitabulan, kemudian di tahun 2012 nilainya mengalami peningkatan menjadi Rp 816.137kapitabulan. Di tahun 2013, rata-rata pengeluaran kembali meningkat cukup signifikan, yaitu menjadi Rp 876.253kapita bulan. b. Pola pengeluaran makanan di Papua Barat cenderung tinggi beberapa tahun sebelum 2012, namun setelah itu persentasenya berangsur menurun. Di tahun 2011 persentase pengeluaran makanan mencapai 53,84 persen menurun RKPD Provinsi Papua Barat 2016 46 menjadi 48,68 persen 2012 dan sedikit meningkat menjadi 49,18 persen 2013. c. Kondisi perumahan tahun 2013 di Papua Barat secara umum sedikit demi sedikit terus mengalami perbaikan kualitas dibandingkan tahun 2012. Pada tahun 2013, lebih dari dua per tiga rumah tangga telah memiliki rumah dengan status milik sendiri yaitu sebesar 72,46 persen. Sedangkan untuk status sewa 10,2 persen, kontrak 2,15 persen, dan lainnya dinas, bebas sewa, milik family, lainnya sebesar 15,19 persen. d. NTP Papua Barat tahun 2013 sebesar 99,64 persen lebih lebih rendah dibandingkan dengan NTP tahun 2012 sebesar 101,62 persen. Dengan demikian, nilai NTP terlihat cenderung mengalami penurunan dalam empat tahun terakhir. Nilai NTP 99,64 persen mengandung makna petani mengalami kerugian usaha sebesar 0,36 persen terhadap tahun dasar 2007. 2. Fasilitas Wilayah Infrastruktur a. Aksesibilitas i. Salah satu program pendukung percepatan pembangunan Papua Barat yang diamanahkan dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat adalah Program Pengembangan Infrastruktur Dasar. Selama ini belum seluruhnya kabupatenkota belum terhubung dengan jalan darat. Sebagian pembangunan jalan sedang dilakukan, meskipun sebagian kabupaten telah terhubung namun belum dibuka untuk umum. Dengan masih terbatasnya akses perhubungan lewat darat, sebagian besar orang memanfaatkan fasilitas perhubungan via laut dan udara. ii. Panjang jalan di Papua Barat tahun 2012 hanya 7.351,71 Km, kondisi ini mengalami perbaikan dibandingkan pada tahun 2011 yaitu sepanjang 6.403,25 Km. Kondisi panjang jalan tersebut terbagi menjadi 997,55 Km 13,57 jalan negara; 749,66 Km 10,20 jalan provinsi; dan 5.604,50 Km 76,23 adalah jalan kabupaten. Sedangkan menurut jenis permukaanya terbagi menjadi 1990,50 Km 27,07 jalan aspal; 2.299,95 Km 31,28 jalan dengan permukaan kerikil; 2.388,96 Km 32,50 jalan dengan permukaan tanah; dan 672,31 Km 9,15 adalah jalan dengan permukaan lainnya. iii. Peningkatan pada jumlah armada selama 2012-2013 tidak terjadi pada jumlah penumpang kapal datang debarkasi dan berangkat embarkasi. Pada tahun 2012 jumlah penumpang datang 313,0 ribu orang debarkasi dan 326,9 ribu orang embarkasi dengan armadanya 681 unit. Di tahun 2013 jumlahnya menurun menjadi 294,8 ribu orang debarkasi dan 276,4 ribu orang embarkasi dengan armada sejumlah 767 unit. iv. Jumlah penumpang pesawat udara cenderung meningkat selama 2012- 2013. Jumlah penumpang datang mencapai 569,77 ribu orang dengan jumlah penerbangan 14.289 dan berangkat 612,4 ribu orang dengan jumlah penerbangan 14.289 kali di tahun 2012. Rata-rata penumpang pesawat untuk debarkasi sebesar 40 orang dan 43 penumpang untuk embarkasi. RKPD Provinsi Papua Barat 2016 47 3. Penataan Ruang Sampai dengan Tahun 2013, belum ada RTRW baik tingkat provinsi maupun kabupatenkota yang sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang sudah dijadikan Peraturan Daerah Perda. Sehingga upaya pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian penataan ruang pun belum optimal. Belum dapat diketahui berapa persen ketaatan wilayah terhadap RTRWnya. 4. Fasilitas Keuangan dan Perbankan Di tahun 2012 jumlah kantor bank hanya 116 unit yang terdiri dari 23 unit bank swasta nasional, 92 unit bank persero dan pemerintah daerah serta 1 unit perkreditan rakyat. Di tahun 2013 jumlahnya meningkat menjadi 129 unit kantor bank, yang terbagi menjadi 24 unit bank swasta nasional, 102 unit bank persero dan pemerintah daerah serta 3 perkreditan rakyat. 5. Fasilitas Air Bersih Persentase terbesar rumah tangga pengguna air bersih memiliki sendiri fasilitasnya, sebesar 49,02. Meningkat dari kondisi Tahun 2009 yaitu sebesar 46,65 dari total rumah. Sementara 25,33 menggunakan air bersih secara bersama dan 16,73 masih menggunakan fasilitas umum. 8,92 tidak memiliki akses terhadap air bersih. 6. Fasilitas Energi Listrik Rumah tangga di Papua Barat 82,24 yang menggunakan listrik PLN. Belum seluruh desa di Papua Barat teraliri listrik dan belum seluruh kabupaten mendapatkan pasokan listrik 24 jam dalam sehari. Masyarakat yang tidak teraliri listrik 24 jam biasanya menggunakan genset. Untuk desa-desa yang tidak teraliri listrik, terutama di daerah yang jauh dari ibukota kabupaten umumnya menggunakan pelitasenteroborlainnya. Kondisi penggunaan energi listrik terutama yang memanfaatkan listrik negara PLN masih belum maksimal. Belum seluruh kabupaten mendapatkan pasokan listrik 24 jam, seperti contohnya di Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat. Hanya 32,37 desa saja yang telah terjangkau layanan PLN. Sulitnya kondisi geografis dan terbatasnya ketersediaan energy listrik menjadi penyebab belum meratanya pasokan listrik. Dari total 189.649 rumah tangga di Papua Barat, hanya 107.002 rumah tangga yang terdaftar sebagai pelanggan PLN . Gambar 2.18 Cakupan Pelayanan Listrik dan Air Bersih Pada Perkampungan Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009 RKPD Provinsi Papua Barat 2016 48 7. Fasilitas Telekomunikasi a. Untuk jaringan telekomunikasi di Provinsi Papua Barat berkembang pesat melalui pelayanan provider telepon selular yang mulai mengembangkan jaringan paling tidak di kawasan perkotaan ataupun ibukota setiap distrik di masing-masing kabupatenkota. Untuk di kawasan perkampungan, penggunaan telepon satelit masih diandalkan. b. Telekomunikasi menggunakan jaringan internet juga berkembang cukup pesat meskipun hanya di kawasan perkotaan dengan layanan gabungan dari provider telepon seluler maupun dari PT.Telkom sebagai perusahaan negara yang menangani masalah penyediaan layanan komunikasi. Untuk sistem jaringan nirkabel untuk internet, belum dikembangkan secara umum dan gratis dari pemerintah. Namun di banyak tempat umum, sudah mulai disediakan dengan jenis dan ketentuan layanan yang berbeda-beda dan sebagian besar bersifat komersil. c. Kantor pos juga masih diandalkan oleh masyarakat baik untuk pengiriman suratdokumen dan barang. Kantor pos besar hanya terdapat di dua wilayah yaitu Kota Sorong dan Manokwari sementara kantor pos pembantu terdapat di semua wilayah kecuali Kabupaten Raja Ampat. Kebutuhan pos di Raja Ampat dipenuhi oleh rumah pos dan kantor pos desa. 8. Iklim Investasi a. Kondisi investasi di Papua Barat menunjukan kecenderungan yang terus membaik. Peningkatan jumlah proyek yang dijalankan memberikan gambaran meningkatnya kepercayaan publik dalam menanamkan modal yang dimilikinya. Penanaman modal yang berasal dari dalam negeri maupun asing atau luar negeri secara jumlah memang mengalami peningkatan, namun secara nilai tidak terlalu meningkat. b. Penggunaan kredit perbankan untuk keperluan investasi meningkat dari 11,87 persen di tahun 2012 menjadi 18,89 persen di tahun 2013, sedangkan penggunaan untuk keperluan konsumsi sedikit menurun dari 39,33 persen menjadi 39,21 persen. Hal ini tersirat bahwa kesadaran masyarakat untuk berinvestasi dalam perbankan menunjukkan kondisi semakin membaik. Penurunan pada penggunaan kredit untuk konsumsi yang jauh lebih kecil dibandingkan penurunan kredit untuk keperluan modal kerja menunjukkan masih adanya kecenderungan perilaku konsumtif masyarakat di Papua Barat. Gambar 2.19 Posisi Kredit Perbankan Rupiah dan Valas menurut Jenis Penggunaan 2009-2013 RKPD Provinsi Papua Barat 2016 49 Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat, 2014 b. Di Provinsi Papua Barat Pada Tahun 2010 telah terjadi 89 kasus kriminal. 74 kasus atau sekitar 83,1 diantaranya telah ditangani oleh pihak yang berwenang. Kasus yang paling banyak terjadi adalah kasus pencurian kendaraan bermotor yaitu sebanyak 15 kasus 16,85. Kasus yang paling sedikit terjadi adalah kasus pemerkosaan yaitu sebanyak 1 kali 1,12. Tidak ada kasus kejahatan terhadap kepala negara. 9. Sumber Daya Manusia a. Berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir, ternyata persentase penduduk yang bekerja sebagian besar berpendidikan rendah. Sebesar 39,81 persen penduduk yang bekerja berlatar belakang pendidikan rendah 20,48 persen belum bersekolahtidak tamat SD dan 19,33 persen tamat SD. Diantara penduduk yang bekerja tersebut hanya 13,23 persen yang berijazah diploma dan sarjana. b. Secara nasional peringkat IPM Papua Barat berada pada ranking 31 dari 34 provinsi. Posisi peringkat tersebut mengalami penurunan dibandingakan dengan kondisi tahun sebelumnya. Peringkat tersebut masih berada di atas Provinsi NTT 32, NTB 33, dan Papua 34. IPM tertinggi di Papua Barat selama tiga tahun terakhir selalu berada di Kota Sorong. Capaiannya di tahun 2013 sebesar 78,92 persen. Sementara IPM terendah berada di Kabupaten Tambrauw dengan capaian hanya sebesar 51,54 persen. c. Capaian IPM wilayah Maluku dan Papua tahun 2012 termasuk kategori menengah, namun secara peringkat keempat provinsi ini masih tergolong papan bawah di tingkat nasional. Peringkat terbaiknya diraih oleh Provinsi Maluku dengan capaian IPM sebesar 72,70 persen dan hanya berada pada urutan ke-22. Sedangkan Provinsi Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua hanya berada diurutan 30, 31, dan 34 Gambar 2.20 IPM menurut KabupatenKota dan Provinsi Papua Barat Tahun 2013 Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat, 2014 . RKPD Provinsi Papua Barat 2016 50 2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD dan Realisasi RPJMD Kondisi ideal bagi pelaksanaan pembangunan di Indonesia adalah dilaksanakan secara sinergis baik antara tingkatan maupun antar tahapan. Pertahapan pembangunan di tingkat daerah provinsi dan kabupaten direncanakan dalam RPJMD untuk jangka waktu 20 tahun, RPJMD untuk periode lima tahunan dan RKPD untuk jangka waktu satu tahun. Perencanaan tersebut kemudian dilaksanakan dalam periode tahunan melalui programkegiatan pembangunan. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD merupakan suatu proses untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Melalui evaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan akan dihasilkan informasi kinerja yang dapat menjadi masukan bagi proses perencanaan dan penganggaran yang didukung oleh ketersediaan informasi dan data yang lebih akurat. Dengan demikian, program pembangunan menjadi lebih efisien, efektif, disertai dengan akuntabilitas pelaksanaannya yang jelas. Keberhasilan pencapaian sasaran pada semua tingkat pelaksana pembangunan akan dapat diukur dengan menggunakan indikator kinerja yang telah didefinisikan secara tepat sebelumnya. Evaluasi terhadap status dan kedudukan pencapaian kinerja pembangunan daerah dilakukan dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang mencerminkan keberhasilan penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Namun demikian dalam pelaksanaannya, program pembangunan mempunyai potensiuntuk tidak memberikan hasil sesuai dengan target yang telah direncanakan dan ditargetkan.Untuk itu, diperlukan evaluasi program pembangunan untuk melihat bagaimana pencapaian tujuan sebuah programkegiatan dikaitkan dengan prosestahapan perencanaan sebelumnya. Secara umum faktor penyebab kurangnya capaian target di beberapa kegiatan adalah kegiatan yang bersumber pada dana othonomi khusus otsus memiliki keterbatasan waktu dalam pelaksanaan, sehingga tidak semua keluaran dapat terpenuhi. Selain itu ada beberapa kegiatan fisik yang tidak selesai di akhir tahun serta adanya beberapa kegiatan yang waktu pelaksanaannya tergantung dari pemerintah pusat. Setiap program pembangunan dengan berbagai kegiatan di dalamnya pada dasarnya merupakan unsur yang dibutuhkan untuk mewujudkan prioritas-prioritas yang telah ditetapkan dalam RPJMD. Sehingga keberadaan kegiatan yang capaian fisiknya kurang dari 100 akan berdampak tidak optimalnya capaian prioritas yang terkait dalam RPJMD. Kebijakan atau tindakan perencanaan dan penganggaran yang perlu diambil untuk mengatasi faktor-faktor penyebab tersebut. Untuk mengatasi Permasalahan- permasalahan yang menyebabkan capaian kegiatan di bawah 100 dapat disimpulkan sebagai berikut : a Kegiatan yang bersumber dari dana otsus, dimana kegiatan tersebut harus melakukan lelang sehingga proses lelang tidak dapat dilakukan karena waktu yang terbatas. Waktu perencanaan programkegiatan dengan dana otsus harus disesuaikan, b Kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan karena bersifat antisipatif harus tetap dianggarkan karena harus dilaksanakan bilamana dibutuhkan, RKPD Provinsi Papua Barat 2016 51 c Rencana Operasional Pelaksanaan Kegiatan ROPK penting untuk mejadi acuan didalam pelaksanaan programkegiatan, d Indikator keluaran yang berupa jumlah orangvolume harus didukung dengan data yang akurat dan didukung dengan analisis tren. Sedangkan untuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan proses pengadaan barangjasa dilakukan melalui pengawalan pelaksanaan supaya tidak melampaui tahapan waktu kritis pengumuman lelang dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya gagal lelang. RKPD Provinsi Papua Barat 2016 52 Tabel …Evaluasi Hasil Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2014 RKPD Provinsi Papua Barat 2016 64 2.3 Permasalahan Pembangunan Provinsi Papua Barat Pembangunan daerah yang telah dilaksanakan diberbagai sektor selama ini memberikan hasil dan manfaat bagi kehidupan masyarakat secara keseluruhan di Papua Namun demikian, permasalahan yang timbul dalam proses pembangunan menyebabkan kesejahteraan hidup mayarakat yang memadai belum terealisasi sesuai dengan hara Pembangunan yang dilaksanakan belum sepenuhnya diikuti oleh penguatan kelembagaan termasuk alokasi sumberdaya yang efisien. Manfaat pembangunan yang diharapkan belum m dan kerawanan sosial masih sering terjadi, sehingga kehidupan masyarakat belum sepen membaik. Keadaan ini timbul sebagai akibat dari berbagai permasalahan yang terjadi baik lalu maupun sekarang yang belum teratasi secara maisu strasimal. 1. Secara geologi, tingkat kemampuan tanah sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi,semak banyak faktor penghambat yang dijumpai di suatu wilayah seperti lereng terjal, keters air kurang dan mudah terjadi erosi maka dapat dikatakan kemampuan pada wilayah te rendah. 2. Bila ditinjau dari latar belakang geomorfologi dan geologinya, tanah di Provinsi Papua sangat rawan erosi, rawan longsor, sementara tebing cenderung rawan gugur. 3. Dilihat dari sumberdaya alam darat Provinsi Papua Barat memiliki kekayaan alam yang berupa hamparan hutan tropika humid yang sangat luas yang didalamnya terdapat kaw lindung. Di kawasan lindung ini pula terkandung sumberdaya andalan Provinsi Papua berupa batu bara dan mineral galian. Kombinasi keruangan yang paling rawan ialah ba dan hutan. Sejarah Papua Barat telah mencatat bahwa eksploitasi hutan di formasi mengandung batubara telah menghasilkan bencana banjir. 4. Karena sifat fisik ruang habitatnya sumberdaya alam perairan laut cenderung sepenuhnya dapat dikuasaidimanfaatkan oleh penduduk. Ada peluang infiltrasi peman oleh kekuatan ekonomi dari luar daerah, yang dari segi teknologi maupun organisasi pr cenderung lebih unggul. Meskipun demikian paling tidak ada dua zona di mana pen daerah mempunyai keunggulan akses, baik dari segi fisik maupun segi hukum, yakni w perairan zona I 6mil dan perairan interface payau. Sumber kerawanan utama di kaw ini adalah apabila terjadi eksploitasi yang berlebihan dan pencemaran air penambangan emas, batubara dan minyak bumi. 5. Secara kultural penduduk asli Papua Barat masih terpisah oleh sekat-sekat nilai ada dalam beberapa hal sangat eksklusif. Dari segi pendidikan, pendatang cenderung mem pendidikan lebih tinggi. Orientasi adat asli dalam memanfaatkan sumber alam pada umu mengandung kebijakan ekologi yang tinggi. Sementara itu sebagian besar pen berorientasi komersial. Ada semangat datang, lihat, ambil dan hengkang pergi. Papua bagi mereka bukan habitat, tetapi tidak lebih dari kesempatan investasi dan ekstrasi. 6. Jaringan jalan merupakan salah satu unsur utama yang diperlukan dalam proses pem potensi-potensi wilayah ke dalam satu sistem interaksi yang produktif. Melalui jaringa terangkai secara sistemik sinergi keruangan yang produktif antara sumberdaya, baik yan di dalam wilayah maupun yang ada di luar wilayah dapat dikembangkan di Provinsi Barat. Dari segi fisik pembangunan jalan berhadapan dengan medan pegunungan yan segi geomorfologi sangat rawan. Ini berarti beban biaya konstruksi dan beban biaya peraw yang mahal. Pengembangan jaringan menerobos pegunungan yang sebagian berfungsi seb kawasan lindung dan kawasan hutan produksi akan merangsang eksploitasi huta tambang yang secara ekologis sulit dikendalikan keamanannya. 7. Minimnya infrastruktur disuatu wilayah seperti kondisi jalan, alat transportasi, penerangan air bersih seringkali menjadi penyebab kemiskinan suatu wilayah. Meskipun di w tersebut dihasilkan produk-produk pertanian atau lainnya, namun karena min RKPD Provinsi Papua Barat 2016 65 8. Di bidang Perlindungan dan pengamanan masyarakat, permasalahan yang dihadapiad kurangnya sumberdaya manusia yang menangani perlindungan dan pengamanan minimnya prasarana dan sarana yang mendukung bidang tersebut, sementara di Pr Papua Barat merupakan wilayah yang rawan bencana alam terutama Gempa Bumi dan B 9. Permasalahan yang dihadapi di bidang kependudukan dan sumberdaya manusia Pr Papua Barat adalah kualitas dan kuantitas SDM yang masih rendah, SDM belum mam bersaing dalam dunia global yang semakin menuntut kompetensi tinggi, jumlah pen yang tidak merata dan tersebar dalam kelompok-kelompok kecil di daerah pedalaman pulau-pulau terpencil, serta cenderung terpusat di daerah perkotaan. 10. Permasalahan di bidang pendidikan yang terjadi di Provinsi Papua Barat antara lain pe peningkatan pengetahuan masyarakat, pemerataan pendidikan di berbagai jenis dan j pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan di semua jenjang pend peningkatan pelayanan serta sarana dan prasarana pendidikan. 11. Sementara di bidang kebudayaan, sebagaimana diketahui bahwa Provinsi Papua Barat mem masyarakat yang heterogen dan multi etnis. Besarnya jumlah migran yang masuk ke w Provinsi Papua Barat telah menimbulkan berbagai persoalan budaya dalam interaksi etnik pendatang dengan penduduk setempat. Salah satu persoalan yang menonjo dialami oleh Suku Asli Papua Barat adalah peliknya masalah hak ulayat. 12. Provinsi Papua Barat mempunyai luas wilayah 140.375,62 Km 2 , sebagian besar berupa Hutan.Dengan luas hutan yang sedemikian besar maka produksi hasil hutan meru andalan untuk memperoleh pendapatan bagi Provinsi Papua Barat. Masalah yang dih dalam pengembangan sub sektor kehutanan antara lain adanya penurunan produktivitas hutan alam akibat konversi lahan dari lahan hutan sekunder ke areal HTI, perkeb transmigrasi, pertambangan dan lain-lain. Pelanggaran lalu lintas hasil hutan, tebang liar perambahan hutan cenderung meningkat sementara jumlah personil pengama perlindungan hutan Jagawana terbatas dan belum didukung oleh sarana operasional memadai. Permasalahan lainnya adalah belum adanya data yang akurat tentang luas da lahan kritis sehingga kurang membantu dalam penyusunan program. Pelaksanaan reboisasi dan penghijauan di hutan lindung sering terhambat dengan masalah o lahanperambahan hutan oleh masyarakat yang status kepemilikannya belum jelas. 13. Dalam setiap kegiatan pengembangan wilayah, salah satu bidang yang sangat penting diperhatikan adalah bidang infrastruktur. Bila dilihat dari wilayah Provinsi Papua Bara sangat luas dengan jarak antar Kota Kabupaten yang relatif jauh menjadikan permasal infrastruktur terutama jalan menjadi hal yang sangat mendesak. 14. Di bidang agroindustri, kendala yang dihadapi adalah pelaksanaan kegiatan yang terkoordinasi dengan baik dan kesulitan mengubah pola pikir petani terhadap pembah dan penerimaan inovasi bidang agribisnis dan agorindustri. 15. Di bidang sosial, penduduk Provinsi Papua Barat dengan latar belakang budaya dan etn beragam sangat rentan terhadap terjadinya konflik horisontal, terutama disebabkan ad kesenjangan sosial. 16. Di bidang pariwisata, realitas pembangunan kepariwisataan baik wisata alam maupun buatan di Provinsi Papua Barat dianggap masih sebatas skenariowacana, sehingga dikembangkan dan dikelola secara profesional.

2.4 Isu Strategis Pembangunan Provinsi Papua Barat Tahun 2016

Dari permasalahan pembangunan yang harus dihadapi Provinsi Papua Barat, ada be hal yang sifatnya strategis yang perlu diangkat sebagai isu utama pembangunan Tahun 2016