Melihat gambar 4.3 dapat dilihat bahwa, pola kasus menurut waktu bulan untuk penderita DBD di Kabupaten Gunungkidul ternyata kenaikan
bermakna terjadi pada Bulan Desember dan Januari.. Dengan demikian, pada bulan-bulan tersebut perlu diwaspadai terjadinya KLB.
Kasus DBD sangat erat kaitannya dengan curah hujan. Selain itu, masalah lingkungan, mobilisasi penduduk yang tinggi, serta kepadatan
penduduk juga sangat berperan dalam proses penularan penyakit Demam Berdarah.
b. Malaria
Pada Tahun 2015 dan selama beberapa tahun terakhir di Kabupaten Gunungkidul tidak ditemukan kasus baru penyakit Malaria. Berbeda dengan
tahun 2010 yang ditemukan sebanyak 4 kasus yang tersebar di Kecamatan Karangmojo, Panggang dan Tepus. Kasus Malaria yang ada di Kabupaten
Gunungkidul hampir semua adalah import dari daerah lain. Walaupun tidak ditemukan kasus Malaria, namun kegiatan surveilans
penyakit menular tetap dilaksanakan, karena mobilitas penduduk yang berasal dari daerah kasus Malaria maupun tempat perindukan nyamuk
Malaria masih memungkinkan timbulnya kasus baru di Gunungkidul.
e. Kusta
Di Kabupaten Gunungkidul hampir setiap tahun ditemukan penderita baru penyakit Kusta yang tersebar di beberapa Puskesmas. Ditemukannya
penderita baru sangat dimungkinkan adanya kontak dengan penderita lama. Pada Tahun 2015 ditemukan kasus baru sebanyak 22 kasus dan tidak
ditemukan kasus baru yang cacat tingkat 2 maupun penderita yang berumur 14 tahun.
17
Pada tahun 2015 tercatat ada 22 penderita Kusta yang meliputi jenis Kusta Multi Basiler MB atau Kusta basah sebanyak 20 kasus dan Pousi
Basiler PB atau Kusta kering sebanyak 2 kasus. Angka prevalensi per 10.000 penduduk sebesar 0,2. Berdasar jenis kelamin, ternyata kasus Kusta
lebih banyak ditemukan pada jenis kelamin perempuan dibanding laki-laki. Jumlah penemuan Kusta baru untuk jenis MB tahun 2014 berdasar
jenis kelamin, ternyata didominasi oleh jenis kelamin laki-laki 14 kasus laki- laki dan 2 kasus perempuan.
Pencarian penderita diantaranya melalui kegiatan kontak survey di keluarga penderita dan case survey yang dilaksanakan di masyarakat
umum melalui kegiatan mini LEC dengan mengumpulkan masyarakat serta penjaringan penderita yang datang ke Puskesmas. Gambaran kasus baru
ditemukan di Kabupaten Gunungkidul selama lima tahun terakhir sebagai berikut:
f. TBC-Paru
Penanggulangan TBC-Paru merupakan salah satu sasaran yang akan dicapai dalam target Mellenium Development Goals MDGs pada tahun
2015. Penanggulangan penyakit TBC di Kabupaten Gunungkidul dilaksanakan dengan berbagai program yang melibatkan sarana pelayanan
kesehatan pemerintah, sarana kesehatan swasta dan masyarakat umum. Prioritas program TBC-paru adalah pada golongan umur 15 tahun dengan
hasil pemeriksaan laboratorium dahak dengan BTA +. Namun demikian, bila ditemukan kasus TB pada anak tetap harus ditangani.
Case Detection Rate CDR atau Angka Penemuan Kasus merupakan persentase jumlah pasien baru BTA + yang ditemukan dan diobati
dibanding jumlah pasien baru BTA + yang diperkirakan di suatu wilayah. Pada tahun 2014, dari target penderita klinis TBC yang diperiksa dahaknya,
ditemukan jumlah kasus baru dengan baksil tahan asam atau BTA + 18
sebanyak 98 kasus, atau Case Detection Rate untuk BTA + tahun 2014 sebesar 4,90 naik dibanding tahun sebelumnya. Angka penemuan ini
masih jauh dibawah target nasional. Dari 299 penderita TBC yang diobati pada tahun 2014, 249 penderita
dinyatakan sembuh 83,28 dengan Angka kesuksesan pengobatan success rate sebesar 89,97
Angka kesembuhan Cure Rate adalah angka yang menunjukkan persentase pasien baru TB dengan BTA + yang sembuh setelah selesai
masa pengobatan. Atau hasil pengobatan pada akhir fase pengobatan lanjutan 2 bulan pengobatan intensif 4 bulan adalah fase lanjutan diperiksa
dahaknya bila negatif dinyatakan sembuh. Bila penderita tidak bisa diperiksa dahaknya maka dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Angka
kesembuhan yang baik adalah bila 85 . Diperoleh angka kesembuhan pengobatan penderita sebesar 86 dari target 85. Angka kesembuhan
yang kurang dari target mengindikasikan suatu kegagalan dalam pengobatan sehingga berpotensi menimbulkan drop out ataupun resisten
terhadap obat TB. Error rate yaitu dengan menghitung tingkat kesalahan baca
pemeriksaan laboratorium sebagai pemantauan mutu pemeriksaan dahak. Angka ini menggambarkan kualitas pembacaan slide secara mikroskopis
langsung laboratorium pemeriksa pertama. Standart error rate adalah 5 . Terjadi penurunan Error rate yang signifikan pada tahun 2015 sebesar 0
. Cakupan indikator program TBC Paru di Kabupaten Gunungkidul
selengkapnya sebagai berikut :
Tabel 4.3 Pencapaian Indikator Program TBC-Paru di Kabupaten Gunungkidul
Tahun 2013 – 2015
No. Indikator
Pencapaian 2013
2014 2015
1 Case Detection Rate
CDR Target
70 70
70 Realisasi
42,45 44
44 2
Conversion Rate Target
80 84
84 Realisasi
86 86
76 3
Cure rate Target
85 85
85 Realisasi
77,04 77
83 4
Error Rate Target
5 5
5
Realisasi 2,79
4 5
Sukses Rate Target
85 85
85
Realisasi 84,24
86 86,53
19
Hasil capaian indikator program TB tahun 2014 rata-rata terjadi kenaikan kearah yang lebih baik dari pada tahun sebelumnya.
Pengobatan terhadap penderita TBC-Paru diberikan secara cuma- cuma melalui obat program TB dari Pusat. Keteraturan minum obat pada
penderita TB sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan penyakit TBC.
g. Penyakit HIV-AIDS