RKPD 2008
4
BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN REMBANG
A. Kondisi Umum
Secara Keseluruhan, jumlah penduduk Kabupaten Rembang sampai akhir Tahun 2006 berjumlah sekitar 594.306 jiwa atau tumbuh sebesar 1,08 atau lebih kecil jika
dibandingan rata-rata pertumbuhan 5 tahun terakhir 2001 – 2005 sebesar 1,50 atau relatif rendah apabila dibanding dengan pertumbuhan di tingkat Jawa Tengah yang
mencapai 1,68. Apabila dilihat dari komposisi penduduk, menunjukkan kategori piramida yang sudah berada pada penyempitan penduduk usia muda. Hal ini terlihat pada
komposisi kelompok usia 0 – 14 tahun sebesar 157.539 jiwa 26,26; dan kelompok usia 15 – 64 tahun sebesar 400.708 jiwa 67,71 serta kelompok usia 65 tahun ke atas
sebesar 33.539 jiwa 5,67. Sementara itu dalam perkembangannya sampai pada tahun 2005 terdapat 160.876 keluarga yang ada di Kabupaten Rembang, dimana
sebanyak 99.068 61,58 keluarga diantaranya berada pada level atau tingkat Keluarga Pra Sejahtera, sebanyak 16.074 9,99 Keluarga Sejahtera I, sebanyak 14.430 8,96
KS II, sebanyak 26.119 16,23 KS III dan sebanyak 5.186 3,22 KS III+. Meskipun demikian dampak dari kenaikan jumlah penduduk tersebut masih
berada pada daerah dalam Kategori Kota Sedang, mengakibatkan adanya masalah tenaga kerja yang merupakan aspek mendasar dalam kehidupan masyarakat. Kurang
seimbangnya lapangan kerja baru dan laju pertumbuhan penduduk serta angkatan kerja akan mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran. Kondisi ini dapat dilihat dari
angka tingkat partisipasi angkatan kerja TPAK tahun 2005 sebesar 70.34 dan tingkat pengangguran terbuka TPT sebesar 11.90 . Walaupan telah mengalami peningkatan
jika dibandingkan pada tahun sebelumnya, namun masih jauh dari harapan bahwa semua penduduk mendapatkan pekerjaan. Jumlah pekerja pada sektor primer saat ini baru
mencapai sebesar 69.488 orang dan jumlah pekerja pada sektor tersier sebesar 38.157
orang. Secara umum tingkat keberhasilan suatu periodisasi pelaksanaan pembangunan
daerah dapat dilihat melalui indikator pendapatan per kapita masyarakat. Selama lima tahun terakhir terjadi peningkatan pendapatan perkapita masyarakat Kabupaten
Rembang, dimana tahun 2001 PDRB Per kapita atas dasar harga konstan sebesar Rp 2.814.000,- meningkat menjadi Rp 2.794.000,- pada tahun 2005. Pada sisi pemerataan
pendapatan masyarakat berkurangnya kesenjangan ekonomi dalam masyarakat, yang ditandai dengan indikator Gini Rasio Kabupaten Rembang menunjukkan penurunan.
Jika pada tahun 2001 angka gini rasio adalah 0,199 maka pada tahun 2005 telah turun
RKPD 2008
5
menjadi 0,188. Ini berarti bahwa dari tahun ke tahun terjadi perbaikan distribusi pendapatan yang lebih merata pada 14 kecamatan yang ada sehingga Kabupaten
Rembang termasuk dalam kelompok daerah dengan ketimpangan rendah. Sampai dengan tahun 2006, secara umum upaya Pencapaian pembangunan
bidang kesehatan yang dilakukan pemerintah Kabupaten Rembang terlihat pada hasil capaian indikator kesehatan, berikut ini : pertama, pada derajat kesehatan masyarakat
yaitu Angka kematian Ibu AKI di Kabupaten Rembang pada tahun 2006 mengalami penurunan dari 174,01100.000 KH pada tahun 2005 menjadi 91,46100.000 KH pada
tahun 2006. Angka kematian Bayi AKB meningkat dari 17,81.000 pada tahun 2005 dan menjadi 20,351.000 pada tahun 2006. Angka kesakitan Demam Berdarah dari tahun
2003 sd tahun 2006 mengalami penurunan dari 4,510.000 pdd tahun 2003 menjadi 2,4010.000 pdd pada tahun 2006. Tetapi untuk angka kematian pada tahun 2006
mengalami kenaikan yang sangat significant, dimana pada tahun 2005 angka kematian karena penyakit Demam Berdarah adalah 0 dan menjadi 2,8 . Penemuan Penderita TB
Paru CDR pada tahun 2006 mengalami kenaikan dari 41 pada tahun 2005 menjadi 44,41 pada tahun 2006.
Kedua, Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar yang cakupan indikatornya meliputi kepemilikan jamban keluarga, sarana air bersih SAB, cakuan pengelolaan
limbah sarana kesehatan terlihat pada tabel berikut: Tabel II. 1
Sarana Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar Cakupan
Th. 2003
Th. 2004
Th. 2005 Th. 2006
Ket 1.
2. 3.
Jamban Keluarga Sarana Air Bersih
Sarana Pengolahan Air
Limbah 59,54
62,78 28,11
64,92 64,10
30,85 65,40
68,07 30,89
66,37 52,03
45,70
Ketiga, Upaya pelayanan kesehatan dilakukan melalui Pustu, Puskesmas, sarana rujukan Rumah Sakit, sarana pelayanan kesehatan swasta. Jumlah Posyandu
Mandiri dan Purnama pada tahun 2006 sebanyak 377 buah 31,08 . Cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan 88,83 , cakupan K4 82,71 , Cakupan
Imunisasi DPT 1 91 , cakupan imunisasi campak 81 , Gizi Lebih sebanyak 0,32 110 balita, Gizi Baik sebanyak 82,19 27.626 balita, Gizi Kurang 15,50 5.213
balita dan Gizi Buruk 1,96 662 balita. Dengan demikian karena untuk pencapaian target Rembang sehat 2010 masih jauh,
perlu terus ditingkatkan.
RKPD 2008
6
Perkembangan pembangunan dibidang pendidikan pada tahun 2006 cukup signifikan terutama pada indikator keberhasilan wajib belajar 9 tahun. Pencapaian Angka
Partisipasi Kasar APK tingkat satuan pendidikan SDMI dan Paket A sebesar 97, 74 , APK tingkat satuan pendidikan SMPMTs dan Pakart B sebesar 86,20 , berarti masih
ada sekitar 2,26 anak usia SD dan 13,80 anak usia SMP yang belum mendapat layanan pendidikan. Sedangkan Angka partisipasi Murni APM SDMI dan Paket A
sebesar 82,82 , APM SMPMTs dan Paket B sebesar 61,73 , berarti masih kurangya perhatian terhadap usia anak untuk sekolah. Adapun Angka Transisi AT SDMI ke SLTP
sebesar 96,97 dan AT SMPMTs ke Sekolah Menengah sebesar 70.56 . Berarti masih ada 12,13 lulusan SD tidak melanjutkan ke pendidikan SMP dan 19,44
lulusan SMPMts tidak melanjutkan ke SLTA dan yang sederajat. Kelayakan sarana pendidikan terutama Ruang Belajarkelas yang kondisinya baik
pada jenjang TKRA 57,70 , Tingkat satuan pendidikan SDMI 44,6 dan Tingkat satuan Pendidkan SMPMTs 80,05 . Berarti masih perlunya perhatian untuk melakukan
rehab dan pembangunan ruang belajarkelas karena kondisinya telah rusak, baik rusak ringan maupun rusak berat.
Mutu pendidikan yang tergambar melalui tingkat kelulusan menunjukkan bahwa pada tingkat SDMI tingkat kelulusan mencapai 94,56 , pada tingkat satuan pendidikan
SMPMTs tingkat kelulusan sebesar 85,35 . Berarti upaya peningkatan mutu pendidikan masih harus dioptimalkan.
Nilai Indeks Pembangunan Manusia IPM Kabupaten Rembang pada Tahun 2005 adalah sebesar 69,0 dan berada pada peringkat 23 di Jawa Tengah yang berarti
mengalami peningkatan peringkat bila dibandingkan pada Tahun 2004 dengan nilai IPM sebesar 67,5 yang menduduki peringkat 25 di Jawa Tengah. Seiring tantangan
pembangunan, IPM Kabupaten Rembang terus diupayakan peningkatannya , yaitu pada komponen pembentuknya yang meliputi angka harapan hidup, angka melek huruf rata-
rata lama seolah dan paritas daya beli masyarakat. Adapun data unsur IPM Kabupaten Rembang dari Tahun 2002 hingga 2005 seperti terlihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel II.2 Data Unsur Indeks Pembangunan Manusia IPM Kabupaten Rembang
No Jenis data
Tahun 2002
2003 2004
2005 1
Usia harapan hidup Tahun 67,1
67,3 67,4
67,6 2
Angka melek huruf 85,71
87,02 88,46
89,75 3
Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas
5,5 5,8
5,9 5,9
4 Rata-rata pengeluaran riil per kapita
Rp 000 3240,2
3527,4 3775,7
4188,3
RKPD 2008
7
Indikator pertumbuhan ekonomi wilayah yang ditunjukkan oleh pertumbuhan PDRB, meski mengalami fluktuasi selama 5 tahun terakhir, namun menunjukkan
kecenderungan yang positif. Setelah mengalami pertumbuhan ekonomi yang mencapai nilai – 10,38 pada tahun 1998 pada saat krisis ekonomi, berangsur-angsur
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang mampu diupayakan bangkit bahkan mencapai nilai 4,98 pada tahun 2000. Namun rata-rata pertumbuhan ekonomi selama
kurun waktu 2001-2005 sebesar 3,75 Kegiatan ekonomi yang berkembang di Kabupaten Rembang dalam tahun 2005
masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, yang memberikan kontribusi sebesar 47.32 , sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan
kontribusi sebesar 17.64 dan sektor jasa - jasa sebesar 12,58 . Kemudian berturut turut adalah sektor bangunan sebesar 7.75 , sektor angkutan dan komunikasi 5.53 ,
sektor industri pengolahan sebesar 4.04 , sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 2.54 , sektor pertambangan dan penggalian sebesar 2.23 , serta sektor
listrik, gas dan air bersih sebesar 0,37 . Dari analisis kontribusi sektoral ini, terlihat adanya indikasi surplus produksi pada sektor Pertanian, Perdagangan Hotel Restoran,
dan Jasa-jasa; sehingga sektor-sektor tersebut layak untuk disebut sebagai sektor basis ekonomi Kabupaten Rembang.
Indikator perekonomian wilayah lainnya adalah Pendapatan Asli Daerah PAD. Kemampuan PAD selama 3 tahun terakhir menunjukkan angka yang cukup
menggembirakan, artinya selama kurun waktu itu terjadi peningkatan kemampuan kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah yakni pada tahun 2003 sebesar 6,61
menjadi 6,39 dan pada tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi sebesar 7,89. Namun demikian dari besaran persentase tersebut menunjukkan betapa masih jauh dari
kemandirian. Kecenderungan kebutuhan belanja daerah menunjukkan angka yang semakin besar sementara peningkatan PAD tidak sejalan dengan kebutuhan sehingga
gap fiskal yang muncul semakin besar. Berbagai upaya terus dilakukan agar dapat meningkatkan sumber-sumber PAD tanpa harus membebani masyarakat melalui cara –
cara konvensional serta berupaya memperoleh sumber-sumber pembiayaan, baik dari DAU, DAK maupun sumber-sumber lain yang sah guna membiayai kebutuhan daerah.
Disisi lain, fluktuasi nilai inflasi yang terjadi di Kabupaten Rembang, terlihat cukup signifikan. Hal ini terlihat seperti setelah terjadinya kenaikan laju inflasi barang dan jasa
dari tahun 2000 yang menunjukkan nilai 7,48 menjadi 11,42 di tahun 2001. Nilai laju inflasi pada tahun 2002 menjadi 9,79 dan pada tahun 2003, laju inflasi barang dan jasa
di Kabupaten Rembang kembali menurun menjadi 5,27. Kondisi ini mampu bertahan hingga tahun 2004 sebesar 5,52 . Namun pada akhir tahun 2005 mengalami kenaikan
RKPD 2008
8
yang cukup besar yakni sebesar 13,14 sebagai akibat kebijakan kenaikan harga BBM oleh pemerintah pusat. Kenaikan harga BBM ini memberikan dampak yang besar
terhadap penurunan kemampuan daya beli masyarakat. Sampai dengan Tahun 2004 investasi swasta di kabupaten Rembang sebesar Rp
317.785.000.000,- sedangkan investasi pemerintah sebesar Rp 24.145.790.000,- hal ini mengalami kenaikan dibanding Tahun 2003 dimana Investasi swasta sebesar Rp
219.359.00.000 dan investasi pemerintah sebesar Rp 23.368.360.000,-. Nilai Investasi di Kabupaten Rembang mulai Tahun 1999 – 2004 didominasi oleh sektor swasta dengan
rata – rata 88,8 dari total investasi. Perkembangan daerah yang sangat pesat, membutuhkan berbagai sarana dan
prasarana wilayah agar dapat mengakomodir kebutuhan prasarana kota yang tersedia agar aktivitas perkotaan dapat berjalan dengan lancar mengikuti dinamika masyarakat
yang senantiasa tumbuh secara dinamis. Di bidang perhubungan, sebagian besar wilayah di Kabupaten Rembang telah terjangkau layanan angkutan umum, namun kondisi
terminal Rembang dan beberapa terminal pendukung lain, saat ini kurang memadai kualitasnya, yang mengakibatkan pelayanan angkutan umum menjadi kurang optimal.
Guna lebih mengoptimalkan sarana prasarana perhubunga ini direncanakan relokasi dan peningkatan terminal kota Rembang.
Pada bidang infrastruktur jalan dan jembatan sebagai prasarana pengangkutan semakin menjadi lebih baik kondisinya. Prasarana jalan dan jembatan menjadi sangat
penting guna meningkatkan usaha pembangunan, mempermudah akses dan mobilitas penduduk serta memperlanca lalu lintas barang dalam wilayah Kabupaten Rembang serta
dari dan keluar Kabupaten Rembang. Panjang jalan di Kabupaten Rembang sampai pada Tahun 2006 mencapai 559,79 Km, dimana 86,24 sudah beraspal dengan kondisi
sampai dengan tahun 2006 sebesar 35,39 dalam keadaan baik, 23,08 dalam keadaan sedang dan sisanya dalam kondisi rusak, guna lebih memicu perkembangan
kota mulai tahun 2008 direncanakan pembangunan inner ring road kota Rembang. Pada kondisi sarana prasarana lingkungan perumahan permukiman dan
penyediaan air bersih masih belum memadai secara kualitasdan kuantitas. Sedangkan pada kawasan perkotaan masih terdapat permasalahan yaitu penataan wilayah kota yang
belum mencitrakan image kota rembang sebagai waterfront city, yang diharapkan mampu mengoptimalkan kota sebagai pusat perekonomian wilayah dan kota. Pada kawasan
perdesaan masihbelum optimalnya pengelolaan pengembangan desa pusat pertumbuhan DPP dan kawasan terpilih pusat pengembangan desa KTP2D yang diharapkan
mampu memicu bagi pengembangan desa-desa hinterland. Pendekatan pengembangan kawasan perdesaaan menjadi fokus utama pembangunan daerah yang dimaksudkan
untuk lebih meningkatkan keterkaitan fungsional kawasan perkotaan dan perdesaan
RKPD 2008
9
dalam sistem jaringan prsarana transportasi, praarana kegiatan ekononi dan sistem prasarana lainnya dalam mewujudkan tujuan penataan ruang Kabupaten.
Pada bidang prasarana ekonomi, kondisinya masih belum optimal terutama pada pengelolaan pasar dan pengembangan sentra perdagangan lokal hasil produksi
komoditas unggulan dan kerajinan rakyat. Sedangkanm kondisi sarana prasarana dalam pengembangan kawasan prioritas seperti KBT, kawasan BBS, Kawasan sentra
peternakan dan lainnya juga masih belum optimal, sehingga terus selalu diupayakn peningkatannya.
Disisi lain, upaya pemberdayaan perempuan, dilakukan melalui peningkatan akses perempuan di bidang pendidikan SD sampai SMA, namun masih disertai kecenderungan
makin marak dan tingginya angka kekerasan berbasis gender. Pada Tahun 2006 terdapat 30 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, baik di rumah maupun tempat
bekerja.
B. Visi Dan Misi Pembangunan Daerah