Jenis penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Variabel dan Definisi Operasional

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan mahasiswa terhadap antibiotik danpenatalaksanaan alergi antibiotik oleh mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut FKG USU Tahun 2015 secara objektif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Bedah Mulut FKG USU yang bertempat di Jl. Alumni No.2 USU, Medan. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Desember 2014 sampai dengan Maret 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut FKG USU Tahun 2015 periode November 2014 sampai Febuari 2015. Seluruh populasi dijadikan sampel total sampling. Sehingga jumlah sampel keseluruhan sebanyak 42orang.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 4. Variabel dan Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional 1 Pengetahuan terhadap antibiotik Pengetahuan responden tentang antibiotik meliputi definisi, klasifikasi, indikasi di kedokteran gigi, dan efek samping 2. a. Definisi antibiotik b. Klasifikasiantibiotik c. Indikasi antibiotik di kedokteran gigi. d. Efek samping Pengetahuan terhadap penatalaksanaan alergi antibiotik. penggunaannya. Zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan mikroorganisme. Pembagian antibiotik berdasarkan strukstur kimianya yaitu 1 Antibiotik β-laktam yang terdiri atas golongan penisilin dan derivatnya, sefalosporin, karbapenem, dan monobaktam; 2 Antibiotik makrolida dan ketolida; 3 Linkosamida; 4 Metronidazol; 5 Tetrasiklin; 6 Glisilsiklin; 7 Golongan kuinolonfluoro- kuinolon; 8 Golongan aminoglikosida; 9 Vankomisin; 10 Steptogramin; 11 Oksasolidinon; 12 Sulfonamida; 13 Kloramfenikol. Adalah penggunaan antibiotik dalam dunia kedokteran gigi adalah sebagai pengobatan atau terapi antibiotik dan sebagai profilaksis antibiotik, Adalah suatu dampak atau pengaruh yang tidak diinginkan dari antibiotik. Efek samping yang terjadi pada antibiotik meliputi reaksi alergi, reaksi toksik, dan perubahan biologik dan metabolik. Pengetahuan responden tentang alergi yang terjadi pada antibiotik meliputi, definisi, patofisiologi, tipe hipersensitivitas, diagnosa alergi, manifestasi klinis dan penatalaksanaannya. a. Alergi antibiotik b. Patofisiologi alergi c. Tipe hipersensitivitas d.Diagnosa alergi antibiotik e. Manifestasi klinis Adalah reaksi imunologis berlebihan dalam tubuh yang timbul segera atau dalam rentan waktu tertentu setelah eksposisi atau kontak dengan antibiotik. Adalah permulaan dan perjalanan proses alergi dalam tubuh yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada seseorang. Adalah klasifikasi alergi obat menurut waktu interval terjadi yaitu tipe satu anafilaksis , tipe dua autotoksik , tipe 3 reaksi imun kompleks , dan tipe empat reaksi alergi tipe lambat . Adalah pemeriksaan untuk mendiagnosa apakah antibiotik dapat diberikan kepada pasien karena setiap pemberian obat harus diberikan secara bijaksana. Tes diagnosa yang biasanya dilakukan adalah anamnesa atau menanyakan riwayat klinis pasien dan melakukan tes kulit pada pasien. Adalah gejala klinis yang tampak pada tubuh dan disebabkan oleh suatu penyakit. Manifestasi klinis yang biasanya terjadi pada antibiotik adalah urtikaria atau angioedema, erupsi eksemantosa, SSJ, NET, dan syok anafilaktik. 1. Urtikaria dan angioedema Adalah gangguan umum yang terjadi secara berulang seperti pruritus gatal, edema kemerahan bengkak, lesi yang pucat f. Penatalaksanaan bercak.Sementara angioedema terjadi disertai dengan urtikaria dengan tambahan mengalami pembengkakan dibawah kulit. 2. Erupsi eksemantosa Adalah berbentuk mobiliformis atau makulopapuler. Pada mulanya akan terjadi perubahan yang bersifat eksantematosa pada kulit tanpa didahului blister ataupun pustulasi. Erupsi bermula pada daerah leher dan menyebar ke bagian perifer tubuh secara simetris dan hampir selalu disertai pruritus. 3. SSJ sindrom Steven Johnson Adalah suatu sindroma kumpulan gejala yang mengenai kulit, selaput sendiri di orifisum dan mata dengan keadaan umum yang beravariasi dari ringan sampai berat dapat menyebabkan kematian. 4. NET nekrolisis epidermal toksik Adalah penyakit kulit akut dan berat dengan gejala khas berupa epidermolisis yang menyeluruh, disertai kelainan pada selaput lender di orifisum genetalia eksterna dan mata Adalah hal – hal yang harus dilakukan jika terjadi reaksi alergi terhadap antibiotik. Penanganan dapat dilakukan dengan pemberian obat, melakukan teknik desensitisasi dan penatalaksanaan syok bagi reaksi syok anafilaktik. 1. Antihistamin Adalah obat andalan untuk reaksi alergi urtikaria. Antihistamin sangat baik dalam mengobati urtikaria akut maupun kronis. Antihistamin yang sering digunakan adalah seperti feksofenadin, desloratadin, loratadin, cetirizin. 2. Kortikosteroid Untuk beberapa pasien yang menderita urtikaria berat dan tidak berhasil menggunakan antihistamin, dapat menggunakan kortikosteroid oral seperti prednison dengan dosis 40 mg perhari selama 7 hari. Namun penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang harus dihindari karena akan timbul efek samping yang tidak baik bagi tubuh. 3. Teknik Desensitisasi Adalah terapi yang dilakukan dengan cara memberikan alergen sedikit demi sedikit untuk membangkitkan pembentukan Ig-G yang disebut blockingantibody. 4. Penatalaksanaan syok anafilaktik a. Baringkan pasien pada posisi horizontal dengan kaki dinaikkan b. Lakukan penilaian A,B,C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu airway, breathing support, dan circulation support. c. Berikan injeksi larutan adrenalin epinefrin 1:1000 dengan perlahan-lahan sebanyak 0,3- 0,4 ml. Pemberian dapat diulangi sampai beberapa kali tiap 5 sampai 10 menit apabila tekanan darah sistolik belum mencapai 90mmHg. d. Berikan injeksi hidrokortison suksinat 200mg untuk menekan reaksi alergi selanjutnya. e. Berikan injeksi klorpeniramin maleat piriton 10-20 mg untuk mengurangi pelepasan histamin yang lebih banyak. f. Berikan oksigen untuk memperbaiki jalan nafas akibat edema laring dan bronkospasme. g. Minta bantuan medis atau ambulans. Pertolongan medis harus diperoleh dan pasien harus dipindahkan ke rumah sakit secepat mungkin untuk observasi atau perawatan lebih lanjut jika diperlukan.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Bell’s Palsy Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode Desember 2014 – Januari 2015

4 62 54

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Trigeminal Neuralgia Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode Januari 2015-Februari 2015

2 108 70

Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tentang Anestetikum Lokal

6 75 49

Tingkat Pengetahuan penggunaan Antibiotik Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode september 2013 – maret 2014

4 77 84

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015

0 6 66

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015

0 1 12

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Trigeminal Neuralgia Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode Januari 2015-Februari 2015

0 0 14

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP PENGETAHUAN ANTIBIOTIK DAN PENATALAKSANAAN ALERGI ANTIBIOTIK DI KLINIK BEDAH MULUT FKG USU 2015

0 1 32

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik - Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Antibiotik Dan Penatalaksanaan Alergi Antibiotik Di Klinik Bedah Mulut Fkg Usu 2015

1 1 27

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP ANTIBIOTIK DAN PENATALAKSANAAN ALERGI ANTIBIOTIK DI KLINIK BEDAH MULUT FKG USU 2015

0 0 13