PROCEEDING SEMINAR NASIONAL
“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”
157 iSBN : 978-602-71716-2-6
perempuan dan anak di Kota Samarinda tidak terselesaikan sampai tuntas. Hal inilah
yang menjadi isu utama dalam penelitian ini, tentang bagaimana model perlindungan
terhadap perempuan dan anak dari tindak kekerasan
yang selama
ini diimplementasikan
belum memberikan
perlindungan yang maksimal sehingga perlu dirumuskan model perlindungan yang lebih
tepat guna dan tepat sasaran, baik secara preventif ataupun represif.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diungkapkan, maka penulisan ini
membatasi pada permasalahan sebagai berikut 1 Apa problematika yang dihadapi
terkait dengan
perlindungan terhadap
perempuan dan anak dari kekerasan di Kota Samarinda? dan 2. Bagaimana model
perlindungan terhadap perempuan dan anak dari kekerasan yang tepat untuk diterapkan
di Kota Samarinda?. B. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Pada dasarnya
penulisan ini
bertujuan untuk
mengidentifikasi implementasi bentuk-bentuk perlindungan
yang telah dilaksanakan selama ini, baik secara preventif maupun represif terkait
tindak kekerasan dalam rumah tangg terhadap perempuan dan anak di Kota
Samarinda.
Dari bentuk-bentuk perlindungan dan problematika yang telah ditemukan dan
dianalisis tersebut
dirumuskan model
perlindungan terhadap perempuan dan anak yang tepat untuk diterapkan di Kota
Samarinda sebagai langkah antisipatif untuk menurunkan
kuantitas dan
kualitas kekerasan terhadap ibu dan anak terutama
dalam rumah tangga di masa mendatang. Manfaat dari penulisan ini secara
akademis akan menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan
dengan pengembangan teori dan konsep perlindungan kepada perempuan dan anak
dari kekerasan. Secara praktis, penulisan ini dapat digunakan oleh para pengambil
kebijakan, khususnya yang ada di Kota Samarinda, untuk merumuskan kebijakan,
aturan, program kerja, target, dan sasaran yang terkait dengan perlindungan kepada
perempuan dan anak dari kekerasan.
C. Kajian Teori Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum
untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian
hukum. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek
hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif maupun dalam
bentuk yang bersifat represif, baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam
rangka menegakkan peraturan hukum. Hakekatnya
setiap orang
berhak mendapatkan perlindungan dari hukum dan
dijamin oleh Pasal 28 D ayat 1 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”.
Secara spesifik, Pasal 1 angka 2 UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak
menyebutkan “Perlindungan anak adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi anak dan hakhaknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi”.
Kekerasan Dalam
Rumah Tangga
KDRT
Kekerasan dalam Rumah Tangga KDRT berawal dari munculnya konflik
karena adanya ketidaksepahaman atau ketidakcocokan yang bersifat pertentangan
dan perbedaan. Lestari 2012 menjelaskan bahwa konflik mungkin akan menyebabkan
munculnya emosi negatif dan hasil akhir dari konflik bersifat destruktif atau bersifat
konstruktif
tergantung strategi
yang digunakan.
Strategi yang
cenderung
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL
“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”
158 iSBN : 978-602-71716-2-6
destruktif inilah yang akan berdampak pada kekerasan dalam rumah tangga.
Sumber konflik dalam rumah
tangga atau perkawinan dikarenakan adanya ketidakcocokan kebutuhan antara satu
dengan yang lainnya, kesulitan menerima perbedaan-perbedaan
nyata, masalah
keuangan atau ekonomi, masalah anak, cemburu, pembagian tugas yang tidak adil,
kegagalan dalam berkomunikasi, pasangan tidak sejalan antara minat dan tujuan awal
dari pernikahan Dandindof dalam dalam Grandiati dan suprapti, 2014.
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga UU PKDRT diterangkan
bahwa Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama
perempuan yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, sexual, psikologis, danatau penelantaran
rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga.
Bentuk-bentuk Kekerasan
Dalam Rumah Tangga.
Adapun bentuk kekerasan dalam rumah tangga tergambar dalam Pasal 5 UU
PKDRT, yang meliputi: Kekerasan fisik, Kekerasan
psikis, kekerasan
Seksual, penelantaran rumah tangga.
Hak-hak Korban KDRT
Berbicara mengenai
hak-hak korban maka Pasal 10 UU PKDRT
menjelaskan bahwa
korban berhak
mendapatkan: a Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan,
advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik
sementara maupun
berdasarkan penetapan pemerintah perlindungan dari
pengadilan, b pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis; c. penanganan
secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban;d. pendampingan oleh pekerja
sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan e.pelayanan bimbingan rohani.
Kewajiban Pemerintah dan Kewajiban Masyarakat
Guna menghindari
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga maka
pemerintah memiliki
kewajiban yang
dituangkan dalam Pasal 11 UU PKDRT bahwa pemerintah bertanggung jawab
dalam upaya pencegahan kekerasan dalam rumah tangga. Dalam Pasal 12 ayat 1
diterangkan
bahwa pemerintah
perlu melaksanakan ketentuan pasal tersebut
diatas dengan
cara a
merumuskan kebijakan tentang penghapusan kekerasan
dalam rumah tangga; b menyelenggarakan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang
kekerasan dalam
rumah tangga;
c menyelenggarakan sosialisasi dan advokasi
tentang kekerasan dalam rumah; dan d menyelenggarakan
pendidikan dan
pelatihan sensitif gender dan isu kekerasan dalam rumah tangga serta menetapkan
standar dan akreditasi pelayanan yang sensitif gender.
Pasal 13 menjelaskan bahwa untuk menyelenggarakan
pelayanan terhadap
korban, pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan fungsi dan tugas masing-
masing dapat
melakukan upaya:
a penyediaan
ruang pelayanan
khusus dikantor kepolisian; b penyediaan aparat,
tenaga kesehatan, pekerjaan sosial, dan pembimbing rohani; c pembuatan dan
pengembangan sistem dan mekanisme kerjasama
program pelayanan
yang melibatkan pihak yang mudah diakses oleh
korban; dan d memberikan perlindungan bagi pendamping, saksi, keluarga, dan
teman korban.
Adapun kewajiban
masyarakat disini tertuang dalam Pasal 14 UU PKDRT
yang menerangkan
bahwa dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya baik pemerintah dan pemerintah daerah dapat
melakukan kerjasama dengan masyarakat atau lembaga sosial lainnya. Demikian pula
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL
“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”
159 iSBN : 978-602-71716-2-6
seperti yang tertuang dalam Pasal 15 UU KDRT dijelaskan bahwa setiap orang
mendengar, melihat, atau mengetahui
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga wajib
melakukan upaya-upaya
sesuai dengan batas kemampuannya untuk a
mencegah berlangsungnya tindak pidana; b memberikan perlindungan kepada korban c
memberi pertolongan darurat; dan d membantu proses pengajuan permohonan
penetapan perlindungan.
D. Metode Penelitian 1. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian