Ringkasan Eksekutif Laporan hasil riset kesehatan dasar ( RISKESDAS) Provinsi Riau tahun 2007 - [ BUKU ]
vi
4. Kandungan iodium dalam garam yang dikonsumsi penduduk Riau 82,8 termasuk kategori cukup garam mengandung 30 ppm iodat.
5. Cakupan imunisasi dasar anak balita di Provinsi Riau rata-rata 47. Sedangkan cakupan imunisasi lengkap anak balita terendah di Kabupaten Indragiri Hulu
26.0 sedangkan cakupan imunisasi lengkap tertinggi di Siak 71,5. 6. Cakupan ibu periksa hamil di Provinsi Riau sebesar 71,5, terendah di Pelalawan
45,8 dan tertinggi di Kota Pekan Baru 99,1. 7. Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan terhadap bayi neonatus umur 0-7 hari Kn-1
sebesar 50,0 dan umur 8-28 hari Kn-2 sebesar 32,8. 8. Prevalensi beberapa penyakit menular menurut hasil diagnosis tenaga kesehatan
dan gabungan hasil diagnosis dan gejala klinis adalah 8,46‰ dan 20,29‰ untuk malaria, 2,19‰ dan 7,8‰ untuk DBD, 0,43‰ dan 0,78‰ untuk filariasis, 6,3 dan
22,9 untuk ISPA, 0,4 dan 1,6 untuk pneumonia, 0,4 dan 1,0 untuk TBC, 0,7 dan 1.3 untuk campak, 0,4 dan 1,0 untuk tifoid, 0,2 dan 0,8 untuk
hepatitis, serta 5,7 dan 10,3 untuk diare. Prevalensi malaria diketahui tinggi di Kabupaten Rokan Hilir, dan DBD
9. Prevalensi beberapa penyakit tidak menular di Provinsi Riau menurut hasil diagnosis petugas dan gabungan hasil diagnosis petugas dengan gejala klinis atau minum
obat, diketahui 13,6 dan 29,0 untuk sendi, 3,8 ‰ dan 5,0‰ untuk stroke, 1,6
dan 3,3 untuk asma, 0,8 dan 7,7 untuk jantung, 0,8 dan 1,2 untuk DM, dan 3,3
‰ untuk tumorkanker. 10. Prevalensi penderita hipertensi di Riau adalah 8,4 berdasarkan hasil diagnosis
tenaga kesehatan, 8.8 gabungan diagnosis dan minum obat, dan 33,9 berdasarkan hasil pemeriksaan.
11. Prevalensi gangguan mental emosional di Provinsi Riau sebesar 14.5. Prevalensi tertinggi di Belitung Timur 31.0 dan terendah di Pangkalpinang 7.4. Proporsi
penduduk usia 30 tahun ke atas dengan katarak yang didiagnosa tenaga kesehatan sebesar 2,32 dan gabungan diagnosa dan gejala 16,62.
12. Proporsi low vision dan kebutaan pada penduduk Provinsi Riau umur 6 tahun ke atas adalah 3,61 dan kebutaan 0.50. Sedangkan pada kelompok umur 30 tahun
ke atas yang pernah didiagnosis menderita katarak oleh petugas kesehatan sebesar 2,32 dan 16.02 penduduk yang mengaku memiliki gejala utama katarak seperti
penglihatan berkabut dan silau dalam 12 bulan terakhir.
13. Terdapat 22,8 penduduk Riau yang mempunyai masalah gigi dan mulut, dimana 2,2 diantaranya mengalami kehilangan seluruh gigi aslinya. Prevalensi masalah
gigi dan mulut tertinggi di Kabupaten Indragiri Hilir 32,2 dan terendah di Kabupaten Siak 5,8.
14. Prevalensi cedera di Provinsi Riau adalah 5,0, tetinggi di Kampar 7,7 dan terendah di Rokan Hulu 1,5. Penyebab cedera paling tinggi adalah karena jatuh,
kecelakaan transportasi di darat, dan terluka benda tajamtumpul, bagian tubuh yang terkena cedera lutut dan tungkai bawah.
15. Persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang biasa merokok setiap hari sebesar 25,6, tertinggi di Kabupaten Pelalawan 29,7 dan terendah di Kampar
20,7. Umur mulai merokok tiap hari umumnya pada umur 15 sampai 19 tahun 39,08.
16. Di Provinsi Riau yang mengkonsumsi alkohol dalam 12 bulan terakhir adalah 3,4, sedangkan dalam 1 bulan terakhir sekitar 1,3. Prevalensi penduduk yang
mengkonsumsi alkohol paling tinggi adalah di Kabupaten Kuantan Singingi.
vii
17. Prevalensi kurang aktivitas fisik penduduk 10 tahun ke atas di Provinsi Riau 59,7, tertinggi di Kota Pekan Baru 71,3 dan terendah di Kabupaten Rokan Hilir 50,5
18. Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat di Provinsi Riau masih rendah sebesar 18,1, tertinggi 38,3 di Kabupaten Kampar.
19. Rata-rata hanya 28,78 rumah tangga yang memanfaatkan Posyandu Poskesdes dan 19,92 yang memanfaatkan polindesbidan di desa dalam 3 bulan terakhir.
Proporsi rumah tangga yang memanfaatkan posyandu poskesdes dan polindes paling tinggi di Kabupaten Rokan Hilir. Jenis pelayanan posyandu yang paling
banyak dimanfaatkan adalah penimbangan balita dan imunisasi.
20. Dalam hal pemanfaatan rawat inap, penduduk di provinsi Riau lebih senang ke RS swasta 38,59 baru ke RS Pemerintah 26,97. Sumber pembiayaan untuk
berobat rawat inap pada umumnya berasal dari keluargamembiayai sendiri 65,91 sedangkan askeskin 4,55 dan dana sehat 4,77.
21. Pemanfaatan rawat jalan paling banyak adalah RSB 40,73, diikuti praktek petugas kesehatan 33,49 kemudian Puskesmas 7.86. Sumber pembiayaan
untuk berobat rawat jalan pada umumnya berasal dari keluargamembiayai sendiri 58,01, AskesJamsostek 22,84 sedangkan dana sehat 5,24 dan
askeskinSKTM 3,89.
22. Ketanggapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rawat inap, hampir semua rumah tangga di kabupatenkota menyatakan puas dalam hal waktu tunggu,
keramahan petugas, kejelasan informasi, kebebasan memilih fasilitas kesehatan, kebersihan ruangan, maupun kemudahan dikunjungi. Aspek ketanggapan yang
penilaiannya paling baik mudah dikunjungi 87,91.
23. Ketanggapan terhadap pelayanan kesehatan rawat jalan, hampir semua rumah tangga di kabupatenkota menyatakan puas dalam hal waktu tunggu, keramahan
petugas, kejelasan informasi, kebebasan memilih fasilitas kesehatan, kebersihan ruangan, maupun kemudahan mengunjungi pasien. Aspek ketanggapan yang
penilaiannya paling baik kerahasiaan 87,1.
24. Konsumsi air per orang per hari di Provinsi Riau adalah 32,5 di bawah 5 liter tidak akses; 11,63 mengkonsumsi 5-19,9 liter akses kurang, 10,51 mengkonsumsi
20-49,9 liter akses dasar, 13,98 mengkonsumsi 50-99,9 liter akses menengah dan 31,88 mengkonsumsi 100 liter akses optimal.
25. Lebih dari 84,6 rumah tangga di Provinsi Riau mengkonsumsi air dengan kualitas fisik air baik.
26. Proporsi rumah tangga yang akses air bersihnya baik sebesar 31,31 dan akses terhadap sanitasi sebesar 49,66. Akses terhadap air bersih paling baik Kabupaten
Kampar dan sanitasi tertinggi adalah di Kota Pekan Baru.