16
pelaksanaan entry data ini menjadi bagian yang penting bagi petugas manajemen data yang bertanggungjawab untuk melakukan cleaning dan analisis data.
2.6.3 Cleaning
Tahapan cleaning dalam manajemen data merupakan proses yang amat menentukan kualitas hasil Riskesdas Provinsi Riau 2007. Tim Manajemen Data menyediakan pedoman
khusus untuk melakukan cleaning data Riskesdas. Perlakuan terhadap missing values, no responses, outliers amat menentukan akurasi dan presisi dari estimasi yang dihasilkan
Riskesdas 2007. Petugas cleaning data harus melaporkan keseluruhan proses perlakuan cleaning kepada penanggung jawab analisis Riskesdas agar diketahui jumlah sampel
terakhir yang digunakan untuk kepentingan analisis. Besaran numerator dan denominator dari suatu estimasi yang mengalami proses data cleaning merupakan bagian dari laporan
hasil Riskesdas Provinsi Riau 2007. Bila pada suatu saat data Riskesdas Provinsi Riau 2007 dapat diakses oleh publik, maka informasi mengenai imputasi proses data cleaning
dapat meredam munculnya pertanyaan-pertanyaan mengenai kualitas data.
2.7 Keterbatasan Riskesdas
Keterbatasan Riskesdas 2007 mencakup berbagai permasalahan non-random error. Banyaknya sampel blok sensus, sampel rumah tangga, sampel anggota rumah tangga serta
luasnya cakupan wilayah merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pengumpulan data Riskesdas Provinsi Riau 2007. Pengorganisasian Riskesdas Provinsi Riau 2007 melibatkan
berbagai unsur Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, pusat-pusat penelitian, balaibalai besar, loka, serta perguruan tinggi setempat. Proses pengadaan logistik untuk
kegiatan Riskesdas Provinsi Riau 2007 terkait erat dengan ketersediaan biaya. Perubahan kebijakan pembiayaan dalam tahun anggaran 2007 dan prosedur administrasi yang panjang
dalam proses pengadaan barang menyebabkan keterlambatan dalam kegiatan pengumpulan data. Keterlambatan pada fase ini telah menyebabkan keterlambatan pada
fase berikutnya. Berbagai keterlambatan tersebut memberikan kontribusi penting bagi berbagai keterbatasan dalam Riskesdas 2007, sebagaimana uraian berikut ini:
1. Pembentukan kabupatenkota baru hasil pemekaran suatu kabupatenkota yang terjadi setelah penetapan blok sensus Riskesdas dari Susenas 2007, sehingga tidak menjadi
bagian sampel kabupatenkota Riskesdas Lihat Sub Bab 2.2. 2. Blok sensus tidak terjangkau, karena ketidak-tersediaan alat transportasi menuju lokasi
dimaksud, atau karena kondisi alam yang tidak memungkinkan seperti ombak besar. Riskesdas tidak berhasil mengumpulkan 9 blok sensus yang terpilih dalam sampel
Susenas 2007, seperti terlihat pada Tabel 2.1. BS yang tidak berhasil dikunjungi karena masalah daerah sulit atau cuaca yang tidak memungkinkan, serta alasan lainnya
termasuk alasan biaya.
3. Rumah tangga yang terdapat dalam DSRT Susenas 2007 ternyata tidak dapat dijumpai oleh Tim Pewawancara Riskesdas 2007. Total rumah tangga yang berhasil dikunjungi
Riskesdas Provinsi Riau tersebar di seluruh kabupatenkota Lihat Tabel 2.2. RT yang tidak berhasil dikunjungi karena RT sampel pindah, RT sampel tidak berada di rumah
saat kunjungan tim Riskesdas Riau berlangsung di BS tersebut, RT tidak ditemukan dan menolak dikunjungi.
4. Bisa juga terjadi anggota rumah tangga dari rumah tangga yang terpilih dan bisa dikunjungi oleh Riskesdas, pada saat pengumpulan data dilakukan tidak ada di tempat.
Tercatat sebanyak 25530 anggota rumah tangga berhasil diwawancarai Lihat Tabel 2.3. Anggota rumah tangga yang gagal diwawancarai karena alasan pindah, sedang
sekolahbekerja di luar wilayah BS, meninggal dan menolak untuk diwawancarai karena alasan sibuk.
17
5. Pelaksanaan pengumpulan data mencakup periode waktu yang berbeda sehingga ada kemungkinan beberapa estimasi penyakit menular yang bersifat seasonal pada
beberapa provinsi atau kabupatenkota menjadi under-estimate atau over-estimate; 6. Pelaksanaan pengumpulan data mencakup periode waktu yang berbeda sehingga
estimasi jumlah populasi pada periode waktu yang berbeda akan berbeda pula. Pada Riskesdas, variabel tanggal pengumpulan data bisa digunakan pada saat melakukan
analisis; 7. Meski
Riskesdas dirancang
untuk menghasilkan
estimasi sampai
tingkat kabupatenkota, tetapi tidak semua estimasi bisa mewakili kabupatenkota, terutama
kejadian-kejadian yang frekuensinya jarang. Kejadian yang jarang seperti ini hanya bisa mewakili tingkat provinsi atau bahkan hanya tingkat nasional;
8. Khusus untuk data biomedis, estimasi yang dihasilkan hanya mewakili sampai tingkat perkotaan nasional;
9. Terbatasnya dana dan waktu realisasi pencairan anggaran yang tidak lancar, menyebabkan pelaksanaan Riskesdas tidak serentak; ada yang dimulai pada bulan Juli
2007, tetapi ada pula yang dilakukan pada bulan Februari tahun 2008, bahkan lima provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan NTT baru melaksanakan pada
bulan Agustus-September 2008.
2.8 Hasil Pengolahan dan Analisis Data
Isu terpenting dalam pengolahan dan analisis data Riskesdas Provinsi Riau 2007 adalah sampel Riskesdas 2007 yang identik dengan sampel Susenas 2007. Disain penarikan
sampel Susenas 2007 adalah two stage sampling. Hasil pengukuran yang diperoleh dari two stage sampling design memerlukan perlakuan khusus yang pengolahannya
menggunakan paket perangkat lunak statistik konvensional seperti SPSS. Aplikasi statistik yang tersedia didalam SPPS untuk mengolah dan menganalisis data seperti Riskesdas
2007 adalah SPSS Complex Sampels. Aplikasi statistik ini memungkinkan penggunaan two stage sampling design seperti yang diimplementasikan di dalam Susenas 2007. Dengan
penggunaan SPSS Complex Sampel dalam pengolahan dan analisis data Riskesdas Provinsi Riau 2007, maka validitas hasil analisis data dapat dioptimalkan.
Pengolahan dan analisis data yang dipresentasikan pada Bab Hasil Riskesdas, sudah memperhatikan faktor pembobotan. Riskesdas yang terdiri dari 6 Kuesioner dan 11 Blok
Topik Analisis perlu menghitung jumlah sampel yang dipergunakan untuk mendapatkan hasil analisis baik secara nasional, provinsi, kabupatenkota, serta karakteristik penduduk.
Jumlah sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga Riskesdas yang terkumpul seperti tercantum pada tabel 2.2, dan tabel 2.3 perlu dilengkapi lagi dengan jumlah sampel setelah
―missing value‖ dan ―outlier‖ dikeluarkan dari analisis. Berikut ini rincian jumlah sampel yang dipergunakan untuk analisis data, terutama dari hasil pengukuran dan pemeriksaaan dan
kelompok umur.
1. Status gizi Untuk analisis status gizi, kelompok umur yang digunakan adalah balita, anak usia 6-14
tahun, wanita usia 15-45 tahun, dewasa usia 15 tahun ke atas. 2. Hipertensi
Untuk analisis hasil pengukuran tekanan darah pada kelompok umur 18 tahun ke atas. 3. Pemeriksaan katarak
Untuk analisis pemeriksaan katarak adalah pada umur 30 tahun ke atas. 4. Pemeriksaan visus
Untuk analisis visus untuk umur 6 tahun ke atas. 5. Pemeriksaan Gigi
Analisis untuk umur 12 tahun ke atas. 6. Perilaku dan Disabilitas
Analisis untuk umur 12 tahun ke atas untuk perilaku dan 15 tahun ke atas untuk disabilitas.