Kesehatan Lingkungan HASIL DAN PEMBAHASAN

170 mempunyai akses dasar minimal, 13,98 akses menengah, dan 31,88 akses optimal. Secara umum, konsumsi air per orang per hari di Provinsi Riau dengan jumlah konsumsi 5 liter hampir berimbang dengan jumlah konsumsi lebih dari 100 liter. Apabila dibandingkan antar wilayah kabupatenkota, persentase tertinggi masyarakat dengan konsumsi air lebih dari 100 liter adalah Kabupaten Rokan Hulu dan Kampar. Masih terdapat beberapa kabupatenkota yang pemenuhan kebutuhan airnya di bawah rata- rata provinsi. Bila mengacu pada kriteria Joint Monitoring Program WHO-Unicef, di mana batasan minimal akses untuk konsumsi air bersih adalah 20 literoranghari, maka secara nasional akses terhadap air bersih menurut jumlah pemakaian air per orang per hari adalah 85,6. Dilihat dari karakteristik rumah tangga, rerata pemakaian air bersih per orang per hari menunjukkan perbedaan, baik menurut tipe daerah maupun menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. Tabel 3.152 Persentase Rumah Tangga Menurut Rerata Pemakaian Air Bersih per Orang per Hari dan Karakteristik, di Provinsi Riau, Riskesdas 2007 Karakteristik Jumlah Rata-Rata Pemakaian Air Bersih per Orang per Hari dalam Liter 5 5-20 21-50 51-100 ≥100 Tipe Daerah Perkotaan 28,45 7,39 13,68 20,93 29,55 Perdesaan 33,87 13,82 8,88 10,34 33,09 Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil 1 34,07 11,62 11,15 14,78 28,38 Kuintil 2 33,33 11,50 10,49 14,53 30,15 Kuintil 3 31,86 10,85 10,54 15,27 31,47 Kuintil 4 30,81 12,28 10,12 13,82 32,97 Kuintil 5 29,98 11,84 10,36 11,53 36,29 Proporsi rumah tangga yang aksesnya rendah terhadap air bersih lebih tinggi di perdesaan 47,69 dibandingkan dengan di perkotaan 35,84. Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga semakin tinggi akses terhadap air bersih optimal. Di samping jumlah pemakaian air bersih untuk keperluan rumah tangga, ditanyakan juga tentang jarak dan waktu tempuh ke sumber air, serta persepsi tentang ketersediaan sumber air. Kepada kepala rumah tangga ditanyakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau sumber air bersih pulang pergi, berapa jarak antara rumah dengan sumber air, dan bagaimana kemudahan dalam memperoleh air bersih. Hasil tersaji pada Tabel 3.153. 171 Tabel 3.153 Persentase Rumah Tangga Menurut Waktu dan Jarak ke Sumber Air, Ketersediaan Air Bersih, dan KabupatenKota, di Provinsi Riau, Riskesdas 2007 KabupatenKota Lama Waktu dan Jarak untuk Menjangkau Sumber Air Ketersediaan Air Waktu menit Jarak kilometer Mudah Sepanjang Tahun Sulit pada Musim Kemarau Sulit Sepanjang Tahun 30 30 1 1 Kuantan Singingi 98,33 1,67 94,99 5,01 44,17 55,83 0,00 Indragiri Hulu 60,63 39,37 35,90 64,10 48,07 51,69 0,24 Indragiri Hilir 77,55 22,45 61,88 38,12 18,62 81,02 0,36 Pelalawan 96,21 3,79 77,03 22,97 61,25 35,23 3,52 Siak 96,32 3,68 85,05 14,95 60,05 39,95 0,00 Kampar 97,49 2,51 98,33 1,67 81,03 17,43 1,53 Rokan Hulu 97,67 2,33 96,32 3,68 43,71 56,29 0,00 Bengkalis 90,26 9,74 82,12 17,88 49,14 50,86 0,00 Rokan Hilir 83,50 16,50 73,95 26,05 29,13 59,71 11,17 Pekan Baru 99,48 0,52 96,89 3,11 93,15 6,54 0,31 Dumai 81,65 18,35 81,65 18,35 45,32 53,24 1,44 Riau 89,63 10,37 81,45 18,55 53,81 44,57 1,62 Tabel di atas menunjukkan secara provinsi sebanyak 10,37 rumah tangga memerlukan rerata waktu tempuh ke sumber air lebih dari 30 menit. Terdapat 4 kabupaten dengan persentase di atas 10,37, tertinggi Kabupaten Indragiri Hulu 39,37 di susul oleh Indragiri Hilir 22,45 Dilihat dari jarak, secara provinsi terdapat 18,55 rumah tangga yang jarak tempuh ke sumber airnya lebih dari 1 kilometer. Kabupaten dengan proporsi jarak ke sumber air lebih dari 1 kilometer terbesar adalah Kabupaten Indragiri Hulu 64,10, disusul oleh Indragiri Hilir 38,12 dan Rokan Hilir 26,05. Dilihat dari ketersediaan air bersih dalam satu tahun, secara provinsi terdapat 53,81 rumah tangga yang air bersihnya tersedia sepanjang waktu. Kabupatenkota dengan proporsi kesediaan air bersih sepanjang tahun tertinggi adalah Kota Pekanbaru 93,15 sedangan Kabupaten Rokan Hilir adalah kabupaten dengan proporsi ketersediaan air yang sulit sepanjang tahun. Akses air bersih menurut waktu, jarak dan ketersediaan air bersih bervariasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. 172 Tabel 3.154 Persentase Rumah Tangga Menurut Waktu dan Jarak ke Sumber Air, Ketersediaan Air Bersih dan Karakteristik, di Provinsi Riau, Riskesdas 2007 Karakteristik Lama Waktu dan Jarak untuk Menjangkau Sumber Air Ketersediaan Air Waktu Menit Jarak Kilometer Mudah Sepanjang Tahun Sulit pada Musim Kemarau Sulit Sepanjang Tahun 30 30 1 1 Tipe Daerah Perkotaan 8,20 91,80 14,31 85,69 77,85 20,92 1,23 Perdesaan 11,52 88,48 20,71 79,29 41,32 56,89 1,80 Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil1 11,46 88,54 19,60 80,40 44,11 52,57 3,32 Kuintil2 10,96 89,04 17,88 82,12 52,33 46,19 1,48 Kuintil3 8,92 91,08 17,22 82,78 54,66 43,71 1,63 Kuintil4 9,19 90,81 18,69 81,31 57,76 41,31 0,93 Kuintil5 11,37 88,63 19,24 80,76 60,05 39,25 0,70 Proporsi rumah tangga yang waktu tempuh ke sumber airnya lebih dari 30 menit lebih tinggi di perkotaan 91,80 dibandingkan dengan di perdesaan 88,48. Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, ada kecenderungan proporsi waktu tempuh mengalami penurunan sesuai dengan peningkatan pengeluaran rumah tangga per kapita. Proporsi rumah tangga yang jarak tempuh ke sumber airnya lebih dari 1 kilometer lebih tinggi di perkotaan 85,69 dibandingkan dengan di perdesaan 79,29. Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, ada kecenderungan proporsi jarak tempuh mengalami penurunan sesuai dengan peningkatan pengeluaran rumah tangga per kapita. Begitu pula proporsi rumah tangga yang ketersediaan airnya mudah sepanjang tahun lebih tinggi di perkotaan 77,85 dibandingkan dengan di perdesaan 41,32. Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, ada kecenderungan proporsi rumah tangga yang ketersediaan airnya mudah sepanjang waktu mengalami peningkatan sesuai dengan peningkatan pengeluaran rumah tangga per kapita. Dalam rangka memperoleh air untuk keperluan rumah tangga bila sumbernya berada di luar pekarangan, ditanyakan siapa yang biasanya mengambil air dalam rumah tangga tersebut, sebagai upaya untuk melihat aspek gender dan perlindungan anak. Aspek gender dalam pengambilan air bersih dapat dilihat pada Tabel 3.155. 173 Tabel 3.155 Persentase Rumah Tangga Menurut Individu yang Biasa Mengambil Air dalam Rumah Tangga dan KabupatenKota, di Provinsi Riau, Riskesdas 2007 KabupatenKota Orang yang Biasa Mengambil Air dalam Rumah Tangga Sumber dalam Pekarangan Perempuan Laki-laki Dewasa Anak 12 thn Dewasa Anak 12 thn Kuantan Singingi 34,54 1,11 16,99 0,56 46,80 Indragiri Hulu 6,28 0,24 60,87 1,69 30,92 Indragiri Hilir 23,87 0,36 15,44 1,07 59,26 Pelalawan 11,92 0,81 22,22 5,42 59,62 Siak 38,24 0,00 19,12 1,23 41,42 Kampar 4,61 0,00 12,01 0,14 83,24 Rokan Hulu 13,35 0,58 20,70 0,39 64,99 Bengkalis 22,72 1,29 29,15 2,04 44,80 Rokan Hilir 8,41 0,81 23,62 15,21 51,94 Pekan Baru 8,09 3,22 7,78 2,28 78,63 Dumai 6,81 0,00 26,16 1,43 65,59 Riau 15,80 0,97 21,22 2,88 59,14 Tabel di atas menunjukkan, secara nasional terdapat 5,9 rumah tangga yang anak- anaknya mempunyai beban untuk mengambil air keperluan rumah tangga 2,4 wanita dan 3,5 anak laki-laki. Persentase perempuan yang bertanggung jawab dalam pengambilan air di rumah tangga lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Sedangkan pada Provinsi Riau terdapat 3,85 rumah tangga yang anak-anaknya mempunyai beban untuk mengambil air keperluan rumah tangga 0,97 wanita dan 2,88 anak laki-laki. Persentase laki-laki yang bertanggung jawab dalam pengambilan air di rumah tangga lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Adapun sumber air, lebih dari 50 rumah tangga di Provinsi Riau memiliki sumber air di dalam pekarangan rumah. Individu yang biasa mengambil air dalam rumah tangga di Kabupaten Siak lebih banyak perempuan dewasa, dan di Kabupaten Indragiri Hulu lebih banyak laki-laki dewasa. 174 Tabel 3.156 Persentase Rumah Tangga Menurut Anggota Rumah Tangga yang Biasa Mengambil Air dan Karakteristik, di Provinsi Riau, Riskesdas 2007 Karakteristik Orang yang Biasa Mengambil Air dalam Rumah Tangga Sumber dalam Pekarangan Perempuan Laki-laki Dewasa Anak 12 thn Dewasa Anak 12 thn Tipe Daerah Perkotaan 13,04 1,46 18,38 3,19 63,93 Perdesaan 17,22 0,71 22,66 2,72 56,68 Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil1 19,05 1,74 22,69 4,03 52,49 Kuintil2 18,20 1,17 23,41 2,41 54,82 Kuintil3 15,36 1,09 21,02 2,48 60,05 Kuintil4 15,12 0,54 20,22 3,16 60,96 Kuintil5 11,29 0,31 18,77 2,26 67,37 Proporsi individu yang mengambil air bersih di rumah tangga menunjukkan variasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita Individu yang biasa mengambil air, baik di perkotaan maupun di pedesaan adalah laki- laki dewasa. Di perkotaan, sumber air rumah tangga lebih banyak di dalam pekarangan. Berdasarkan kuintil, persentase individu yang biasa mengambil air dalam rumah tangga lebih banyak laki-laki dewasa. Tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara antar kuintil dalam hal individu yang biasa mengambil air dalam rumah tangga. Persentase rumah tangga dengan sumber air di dalam pekarangan paling tinggi pada kuintil 5. Tabel 3.157 Persentase Rumah Tangga Menurut Kualitas Fisik Air Minum dan KabupatenKota, di Provinsi Riau, Riskesdas 2007 KabupatenKota Kualitas Fisik Air Minum Utama Keruh Berwarna Berasa Berbusa Berbau Baik Kuantan Singingi 23,61 20,89 13,93 10,58 11,70 73,82 Indragiri Hulu 11,84 5,06 1,21 0,48 6,28 83,82 Indragiri Hilir 7,36 9,62 3,56 0,59 1,31 89,09 Pelalawan 14,63 12,43 13,28 3,51 7,05 78,86 Siak 15,20 22,30 1,47 0,00 1,47 75,98 Kampar 10,88 5,17 1,26 0,56 0,70 87,31 Rokan Hulu 3,68 3,09 0,39 0,39 2,13 94,78 Bengkalis 4,28 14,99 12,96 0,43 2,03 83,30 Rokan Hilir 7,77 8,90 4,38 3,07 2,27 82,36 Pekan Baru 8,20 3,84 1,87 0,00 6,44 85,37 Dumai 2,51 5,04 2,51 0,36 1,08 93,19 Riau 9,08 9,55 5,05 1,37 3,50 84,86 Catatan : Tidak keruh, berwarna, berasa, berbusa dan berbau 175 Secara provinsi, proporsi rumah tangga dengan air minum berkualitas fisik baik sebesar 84,86.Terdapat perbedaan yang mencolok dalam hal kualitas air diantara kabupatenkota. Pada Kabupaten Kuantan Singingi kualitas airnya keruh, berwarna, berasa dan berbusa Proporsi kualitas fisik air minum rumah tangga yang baik bervariasi menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. Tabel 3.158 Persentase Rumah Tangga Menurut Kualitas Fisik Air Minum dan Karakteristik, di Provinsi Riau, Riskesdas 2007 Karakteristik Kualitas Fisik Air Minum Utama Keruh Berwarna Berasa Berbusa Berbau Baik Tipe Daerah Perkotaan 7,25 5,15 3,05 0,68 4,38 87,74 Perdesaan 10,01 11,85 6,06 1,68 3,05 83,37 Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil 1 10,75 13,36 9,02 2,29 3,88 80,00 Kuintil 2 9,40 9,64 5,36 1,24 3,57 84,29 Kuintil 3 10,24 9,78 4,34 1,63 3,80 84,02 Kuintil 4 8,73 8,72 3,55 0,62 2,78 86,80 Kuintil 5 6,23 6,38 2,88 0,93 3,50 89,17 Riau 9,06 9,56 5,02 1,34 3,51 84,87 Catatan : Tidak keruh, berwarna, berasa, berbusa dan berbau Menurut tipe daerah kualitas fisik air minum di perdesaan lebih keruh, berwarna, berasa dan berbusa dibandingkan dengan di perkotaan. Kualitas fisik air minum lebih baik diperkotaan dibandingkan dengan di perdesaan. Semain tinggi tingkat pengeluaran maka akan semakin baik kualitas fisik air minum Tidak terdapat perbedaan yang mencolok pada pedesaan dalam hal kualitas fisik air minum. Tetapi terdapat perbedaan yang mencolok pada perkotaan Kualitas air minum di peekotaan maupun di pedesaan pada umumnya baik. Kualitas fisik air minum rumah tangga dalam semua kuintil pada umumnya baik. Tidak terdapat perbedaan kualitas fisik air minum untuk setiap kuintil Data jenis sumber air minum utama yang digunakan rumah tangga diambil dari data Kor Susenas 2007. 176 Tabel 3.159 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Sumber Air dan KabupatenKota di Provinsi Riau, Susenas 2007 KabupatenKota Jenis Sumber Air Minum Air Kemasan Ledeng Eceran Ledeng Meteran Sumur Bor Pompa Sumur Terlindung Sumur Tak Terlindung Mata Air Terlindung Mata Air Tak Terlindung Air Sungai Air Hujan Lainnya Kuantan Singingi 0,83 0,28 0,56 2,78 46,39 28,61 0,28 3,33 12,22 4,17 0,56 Indragiri Hulu 4,36 10,17 0,73 4,84 35,11 37,29 0,48 0,24 4,36 2,42 0,00 Indragiri Hilir 1,66 0,71 0,00 0,36 0,12 0,83 0,00 0,00 0,36 95,85 0,12 Pelalawan 12,74 1,90 0,00 10,57 41,19 13,28 1,36 4,88 5,69 7,86 0,54 Siak 14,22 0,98 1,72 21,81 32,35 9,07 0,25 0,00 1,96 17,40 0,25 Kampar 3,77 1,39 2,51 7,25 60,81 19,67 0,42 0,84 1,81 0,84 0,70 Rokan Hulu 2,32 0,77 0,19 2,71 43,52 44,29 0,00 1,35 3,48 0,19 1,16 Bengkalis 12,97 2,79 0,21 1,29 21,44 23,26 0,21 0,43 0,54 36,87 0,00 Rokan Hilir 1,79 0,00 0,00 6,01 24,84 32,14 0,32 0,49 1,95 32,31 0,16 Pekan Baru 33,54 1,14 0,31 37,28 21,39 5,61 0,21 0,00 0,00 0,00 0,52 Dumai 19,35 4,30 2,87 7,89 15,41 9,32 0,36 0,36 0,36 33,69 6,09 Riau 10,72 1,92 0,69 10,24 28,98 18,93 0,30 0,81 2,23 24,57 0,62 Secara provinsi masih banyak rumah tangga yang menggunakan air minum dari sumber tidak terlindung sumur tidak terlindung 18,83; mata air tidak terlindung 4,7; air sungai 3,0 dan lainnya 0,4. Jenis sumber air minum yang digunakan pada umumnya sumur, baik terlindung maupun tak terlindung. Di Indragiri Hilir lebih dari 90 rumah tangga menggunakan air hujan. Sedangkan di Kota Pekanbaru lebih dari 30 rumah tangga menggunakan sumur borpompa. Sebaran proporsi penggunaan jenis sumber air minum bervariasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita 177 Tabel 3.160 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Sumber Air dan Karakteristik, di Provinsi Riau, Susenas 2007 Karakteristik Jenis Sumber Air Minum Air Kemasan Ledeng Eceran Ledeng Meteran Sumur Bor Pompa Sumur Terlindung Sumur Tak Terlindung Mata Air Terlindung Mata Air Tak Terlindung Air Sungai Air Hujan Lainnya Tipe Daerah Perkotaan 26,28 4,33 0,82 21,03 24,64 6,80 0,46 0,14 0,14 14,32 1,05 Perdesaan 2,70 0,66 0,59 4,64 31,21 25,22 0,24 1,16 3,31 29,86 0,40 Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil1 3,00 0,40 0,71 9,01 25,45 24,27 0,24 0,95 3,32 32,17 0,47 Kuintil2 4,74 1,16 0,70 10,17 29,74 22,90 0,16 0,70 2,64 26,63 0,47 Kuintil3 9,46 1,16 0,93 10,86 29,25 20,02 0,23 0,85 2,95 23,66 0,62 Kuintil4 13,66 2,55 0,62 11,50 31,25 15,90 0,31 1,16 1,47 20,99 0,62 Kuintil5 22,71 4,35 0,47 9,56 28,93 11,74 0,62 0,39 0,86 19,44 0,93 Penggunaan air kemasan, ledeng eceran, ledeng meteran, dan sumur bor lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan. Di daerah perdesaan sumber air minum yang menonjol digunakan dibandingkan di perkotaan adalah jenis sumur terlindung dan tidak terlindung, mata air, air sungai dan air hujan. Sedangkan menurut tingkat pengeluaran rumah tangga, ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita semakin tinggi proporsi yang menggunakan air kemasan, ledeng eceran, dan sumur pompa. Semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita semakin menurun proporsi rumah tangga yang menggunakan sumber air hujan Tabel 3.161 menggambarkan jenis tempat penampungan air untuk keperluan minum yang digunakan rumah tangga dan jenis pengolahan air minum yang dilakukan sebelum air tersebut dikonsumsi. 178 Tabel 3.161 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Tempat Penampungan dan Pengolahan Air Minum Sebelum DigunakanDiminum dan KabupatenKota, di Provinsi Riau, Riskesdas 2007 KabupatenKota Tempat Penampungan Pengolahan Air Minum Sebelum Digunakan Wadah Terbuka Wadah Tertutup Tidak Ada Wadah Langsung Diminum Dimasak Disaring Bahan Kimia Lainnya Kuantan Singingi 12,57 72,63 14,80 1,67 97,50 6,41 0,56 11,70 Indragiri Hulu 6,28 84,30 9,42 3,61 91,30 12,80 2,65 1,21 Indragiri Hilir 6,53 90,02 3,44 1,54 98,22 10,32 0,48 0,12 Pelalawan 31,71 40,11 28,18 13,55 87,26 13,01 5,96 2,44 Siak 7,37 29,48 63,14 5,15 94,12 17,69 2,95 0,25 Kampar 28,45 43,79 27,75 1,26 95,40 13,11 0,28 3,63 Rokan Hulu 7,36 52,13 40,50 1,35 97,29 3,29 0,39 0,39 Bengkalis 38,69 36,87 24,44 21,84 80,19 6,42 0,43 0,75 Rokan Hilir 16,53 51,22 32,25 2,91 87,54 8,41 3,07 0,32 Pekan Baru 6,33 53,73 39,94 22,10 59,85 0,73 0,93 38,01 Dumai 10,07 84,17 5,76 14,39 83,09 8,24 1,08 10,07 Riau 16,63 56,59 26,78 9,28 86,39 8,35 1,40 7,62 Tempat penampungan air di rumah tangga sebagian besar menggunakan wadah tertutup 56,59 dan tidak menggunakan penampungan 26,78, sedangkan yang menggunakan wadah terbuka sebesar 16,63. Hanya di Kabupaten Siak lebih dari 60 rumah tangga yang tidak memiliki wadah penampungan. Pengolahan air minum sebelum digunakan terutama dilakukan dengan cara dimasak 86,39. Terdapat 8,35 yang melakukan pengolahan dengan cara penyaringan dan 1,4 dengan membubuhkan bahan kimia. Proporsi penggunaan tempat penampungan air dan pengolahan air sebelum dikonsumsi bervariasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita 179 Tabel 3.162 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Tempat Penampungan dan Pengolahan Air Minum Sebelum DigunakanDiminum dan Karakteristik, di Provinsi Riau, Riskesdas 2007 Karakteristik Tempat Penampungan Pengolahan Air Minum Sebelum Digunakan Wadah Terbuka Wadah Tertutup Tidak Ada Wadah Langsung Diminum Dimasak Disaring Bahan Kimia Lainnya Tipe Daerah Perkotaan 11,72 55,18 33,11 22,74 68,78 5,70 1,50 18,46 Perdesaan 19,17 57,31 23,52 2,27 95,53 9,73 1,35 2,04 Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil1 20,16 55,02 24,82 3,56 93,12 9,26 0,79 5,38 Kuintil2 18,34 57,03 24,63 6,53 89,74 8,09 1,24 5,75 Kuintil3 16,76 56,48 26,76 7,37 87,51 7,76 1,63 7,53 Kuintil4 14,35 56,25 29,40 12,28 82,55 8,26 1,31 9,88 Kuintil5 13,70 57,98 28,33 16,51 79,13 8,40 2,02 9,57 Menurut tipe daerah masyarakat yang menggunakan tempat penampungan menggunakan wadah terbuka dan wadah tertutup lebih banya k di perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan. Sedangkan menurut pengolahan air minum sebelum digunakandiminum dengan cara langsung diminum pada masyarakat perkotan lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat perdesaan Sedangkan menurut tempat penampungan yang menggunakan wadah terbuka pada masyarakat yang status ekonominya rendah lebih banyak daripada masyarakat yang status ekonominya tinggi. Pengolahan air minum sebelum digunakan dengan cara langsung diminum pada masyarakat yang status ekonominya tinggi lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat yang status ekonominya rendah. Menurut Joint Monitoring Program WHOUnicef, akses terhadap air bersih ‗baik‘ apabila pemakaian air minimal 20 liter per orang per hari, sarana sumber air yang digunakan improved, dan sarana sumber air berada dalam radius 1 kilometer dari rumah. Data konsumsi air dan jarak ke sumber air berasal dari Riskesdas 2007, sedangkan data jenis sarana air minum berasal dari Kor Susenas 2007. Sarana sumbe r air yang improved menurut WHOUnicef adalah sumber air jenis perpipaanledeng, sumur borpompa, sumur terlindung, mata air terlindung, dan air hujan; selain dari itu dikategorikan not improved. 180 Tabel 3.163 Persentase Rumah Tangga Menurut Akses Terhadap Air Bersih dan KabupatenKota, di Provinsi Riau, Susenas dan Riskesdas 2007 KabupatenKota Air Bersih Kurang Baik Kuantan Singingi 78,83 21,17 Indragiri Hulu 94,70 5,30 Indragiri Hilir 97,98 2,02 Pelalawan 52,03 47,97 Siak 79,66 20,34 Kampar 31,94 68,06 Rokan Hulu 53,97 46,03 Bengkalis 99,04 0,96 Rokan Hilir 64,40 35,60 Pekan Baru 43,51 56,49 Dumai 51,08 48,92 Riau 68,69 31,31 Pada Provinsi Riau terdapat 31,31 yang mempunyai akses terhadap air bersih. Kabupaten dengan proporsi akses baik terhadap air bersih di bawah rerata provinsi sebanyak 5 kabupaten, terendah Bengkalis 0,96, disusul oleh Indragiri Hilir 2,02 dan Indragiri Hulu 5,30. Proporsi rumah tangga dengan akses baik terhadap air bersih bervariasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. Tabel 3.164 Persentase Rumah Tangga Menurut Akses Terhadap Air Bersih dan Karakteristik, di Provinsi Riau, Susenas dan Riskesdas 2007 Karakteristik Air Bersih Kurang Akses Tipe Daerah Perkotaan 62,99 37,01 Perdesaan 71,68 28,32 Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil 1 69,49 30,51 Kuintil 2 67,42 32,58 Kuintil 3 68,89 31,11 Kuintil 4 67,26 32,74 Kuintil 5 70,43 29,57 Tabel di atas menunjukkan di perkotaan akses baik terhadap air bersih lebih tinggi 37,01 dibandingkan dengan di perdesaan 28,32. Sedangkan berdasarkan status ekonomi ada kejanggalan karena pada masyarakat yang yang berstatus ekonomi tinggi kurang mendapatkan akses air bersih dibandingkan dengan masyarakat yang status ekonominya rendah. 181

3.10.2 Fasilitas Buang Air Besar

Data fasilitas buang air besar meliputi jenis penggunaan fasilitas buang air besar dan jenis fasilitas buang air besar. Data ini diambil dari data rumah tangga Kor Susenas 2007. Tabel 3.165 Persentase Rumah Tangga Menurut Penggunaan Fasilitas Buang Air Besar dan KabupatenKota, di Provinsi Riau, Susenas 2007 KabupatenKota Jenis Penggunaan Sendiri Bersama Umum Tidak Ada Kuantan Singingi 53,20 4,46 3,62 38,72 Indragiri Hulu 70,84 9,16 2,17 17,83 Indragiri Hilir 88,97 1,07 2,37 7,59 Pelalawan 71,62 12,70 4,32 11,35 Siak 87,50 7,84 0,98 3,68 Kampar 79,33 9,22 1,96 9,50 Rokan Hulu 63,64 10,25 2,13 23,98 Bengkalis 79,14 10,91 0,53 9,41 Rokan Hilir 89,30 8,59 0,65 1,46 Pekan Baru 85,17 12,03 1,24 1,56 Dumai 93,53 6,12 0,00 0,36 Riau 79,82 8,55 1,68 9,95 Tabel di atas menunjukkan rumah tangga yang menggunakan jamban sendiri sebesar 79,82, Namun demikian ada 2 kabupaten yang menggunakan fasilitas buang air besar secara sendiri masih rendah yaitu Kabupaten Kuantan Singingi 53,20. Cakupan penggunaan jamban sendiri menunjukkan variasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. Tabel 3.166 Persentase Rumah Tangga Menurut Penggunaan Fasilitas Buang Air Besar dan Karakteristik, di Provinsi Riau, Susenas 2007 Karakteristik Jenis Penggunaan Sendiri Bersama Umum Tidak Ada Tipe Daerah Perkotaan 88,78 8,94 0,87 1,41 Perdesaan 75,20 8,33 2,11 14,36 Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil1 68,30 11,30 2,21 18,18 Kuintil2 75,29 10,10 2,41 12,20 Kuintil3 80,68 7,99 1,47 9,85 Kuintil4 85,73 7,48 1,47 5,32 Kuintil5 88,79 5,91 0,93 4,36 Yang menggunakan jamban sendiri di perkotaan lebih tinggi 88,78 dibandingkan dengan di perdesaan 75,20. Sedangkan pada masyarakat yang status ekonominya rendah lebih sedikit menggunakan fasilitas buang air besar secara sendiri dibandingkan dengan masyarakat yang status ekonominya tinggi. Namun pada masyarakat yang 182 status ekonominya tinggi lebih sedikit yang menggunakan fasilitas buang air besar secara bersama dibandingkan dengan masyarakat yang status ekonominya rendah. Tabel 3.167 menggambarkan berbagai jenis sarana pembuangan kotoran. Jenis sarana pembua ngan kotoran dianggap ‗saniter‘ bila menggunakan jenis leher angsa. Tabel 3.167 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Buang Air Besar dan KabupatenKota, di Provinsi Riau, Susenas 2007 KabupatenKota Jenis Tempat Buang Air Besar Leher Angsa Plengsengan CemplungCubluk Tidak Pakai Kuantan Singingi 69,86 11,42 13,24 5,48 Indragiri Hulu 53,37 15,25 25,22 6,16 Indragiri Hilir 34,15 24,90 31,07 9,88 Pelalawan 57,80 13,15 23,55 5,50 Siak 69,97 12,98 16,54 0,51 Kampar 77,20 7,86 13,10 1,85 Rokan Hulu 46,45 11,17 39,59 2,79 Bengkalis 61,47 24,00 11,23 3,31 Rokan Hilir 40,30 21,71 28,13 9,87 Pekan Baru 85,35 10,43 3,90 0,32 Dumai 67,15 24,91 7,94 0,00 Riau 60,71 16,66 18,42 4,22 Tabel di atas menunjukkan bahwa secara nasional rumah tangga yang menggunakan jamban jenis leher angsa sebesar 71,7. Sedangkan di Provinsi Riau sebesar 60,71 Namun kabupaten yang paling rendah menggunakan leher angsa adalah Kabupaten Indragiri Hilir 34,15 Proporsi penggunaan tempat buang air besar bervariasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. Tabel 3.168 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Tempat Buang Air Besar dan Karakteristik, di Provinsi Riau, Susenas 2007 Karakteristik Jenis Tempat Buang Air Besar Leher Angsa Plengsengan CemplungCubluk Tidak Pakai Tipe Daerah Perkotaan 80,16 13,27 5,60 0,97 Perdesaan 49,10 18,65 26,08 6,16 Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil1 40,77 22,51 27,73 8,99 Kuintil2 48,72 20,28 24,36 6,64 Kuintil3 60,98 17,48 18,52 3,01 Kuintil4 68,43 14,52 14,68 2,37 Kuintil5 80,63 9,60 8,87 0,90 Proporsi penggunaan jamban jenis leher angsa lebih tinggi di perkotaan 80,16 dibandingkan dengan di perdesaan 49,10. Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita semakin tinggi yang menggunakan jamban jenis leher angsa. 183 Menurut Joint Monitoring Program WHOUnicef, akses sanit asi disebut ‗baik‘ bila rumah tangga menggunakan sarana pembuangan kotoran sendiri dengan jenis sarana jamban leher angsa. Tabel 3.169 Persentase Rumah Tangga Menurut Akses Terhadap Sanitasi dan KabupatenKota, di Provinsi Riau,Susenas 2007 KabupatenKota Sanitasi Kurang Akses Kuantan Singingi 60,72 39,28 Indragiri Hulu 60,39 39,61 Indragiri Hilir 68,88 31,12 Pelalawan 56,10 43,90 Siak 37,01 62,99 Kampar 37,01 62,99 Rokan Hulu 70,02 29,98 Bengkalis 49,57 50,43 Rokan Hilir 63,92 36,08 Pekan Baru 24,79 75,21 Dumai 36,56 63,44 Riau 50,34 49,66 Catatan : 20 ltrorghari dari sumber terlindung dlm jarak 1 km atau waktu tempuh kurang dari 30 menit Memiliki jamban jenis latrin + tangki septik Berdasarkan kriteria tersebut, secara nasional rumah tangga dengan akses baik terhadap sanitasi sebesar 46,0 dan pada Provinsi Riau sebesar 49,66. Sedangkan untuk sanitasi pada Provinsi Riau tidak terdapat perbedaan pada setiap kabupaten yang kurang mendapatkan akses sanitasi dengan yang mendapatkan akses sanitasi. Proporsi rumah tangga dengan akses baik terhadap sanitasi bervariasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. 184 Tabel 3.170 Persentase Rumah Tangga Menurut Akses Terhadap Sanitasi dan Karakteristik, di Provinsi Riau, Susenas dan Riskesdas 2007 Karakteristik Sanitasi Kurang Akses Tipe Daerah Perkotaan 27,53 72,47 Perdesaan 62,19 37,81 Tingkat Pengeluaran Per Kapita Kuintil1 73,58 26,42 Kuintil2 62,21 37,79 Kuintil3 50,23 49,77 Kuintil4 39,00 61,00 Kuintil5 27,18 72,82 Catatan : 20 ltrorghari dari sumber terlindung dlm jarak 1 km atau waktu tempuh kurang dari 30 menit Memiliki jamban jenis latrin + tangki septik Tabel di atas menunjukkan proporsi rumah tangga dengan akses baik terhadap sanitasi lebih tinggi di perkotaan 72,47, hampir dua kali dibandingkan dengan di perdesaan 37,81. Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran semakin tinggi proporsi rumah tangga dengan akses baik terhadap sanitasi. Untuk pembuangan akhir tinja, data diambil dari Kor Susenas 2007. Tempat pembuangan akhir tinja dikategorikan saniter adalah bila menggunakan jenis tangkisarana pembuangan air limbah SPAL. Tabel 3.171 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja dan KabupatenKota, di Provinsi Riau, Susenas 2007 KabupatenKota Tempat Pembuangan Akhir Tinja Tengki SPAL Kolam Sawah Sungai Laut Lobang Tanah Pantai Tanah Lainnya Kuantan Singingi 27,30 1,39 32,59 36,49 1,67 0,56 Indragiri Hulu 29,06 1,94 19,61 48,18 0,24 0,97 Indragiri Hilir 25,39 2,97 29,30 31,79 10,20 0,36 Pelalawan 27,10 2,98 6,78 53,39 8,67 1,08 Siak 57,49 3,19 8,60 28,99 0,49 1,23 Kampar 62,40 1,53 10,45 24,79 0,14 0,70 Rokan Hulu 33,46 1,93 17,60 42,36 4,06 0,58 Bengkalis 52,14 1,71 0,75 34,15 9,74 1,50 Rokan Hilir 28,59 1,45 6,95 59,45 1,62 1,94 Pekan Baru 81,93 1,66 3,32 12,36 0,31 0,42 Dumai 74,55 1,08 0,72 23,30 0,36 0,00 Riau 47,47 1,98 11,76 33,97 3,96 0,87 185 Secara provinsi, proporsi rumah tangga dengan tempat pembuangan akhir tinja menggunakan tangkiSPAL saniter sebesar 47,47, sisanya dibuang ke sungailaut, lobang tanah, kolamsawah, dan pantaitanah. Sedangkan kabupatenkota yang menggunakan SPAL lebih dari 50, yaitu di Kota Pekanbaru, Kota Dumai, Kabupaten Kampar, Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak. Kondisi mencolok terdapat pada Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Rokan Hilir, dimana penggunaan tempat pembuangan akhir tinja berupa lobang tanah lebih dari 50. Proporsi rumah tangga dengan penggunaan tempat pembuangan akhir tinjanya jenis tangkiSPAL saniter bervariasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. Tabel 3.172 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja dan Karakteristik, di Provinsi Riau, Susenas 2007 Karakteristik Tempat Pembuangan Akhir Tinja Tengki SPAL Kolam Sawah Sungai Laut Lobang Tanah Pantai Tanah Lainnya Tipe Daerah Perkotaan 74,84 1,09 4,28 18,69 0,55 0,55 Perdesaan 33,27 2,41 15,62 41,91 5,75 1,04 Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil1 28,56 2,45 16,46 42,48 9,02 1,03 Kuintil2 36,47 2,10 14,00 40,90 5,37 1,17 Kuintil3 49,34 1,55 12,57 33,51 2,33 0,70 Kuintil4 54,56 2,78 8,96 31,53 1,47 0,70 Kuintil5 68,17 0,86 6,85 21,71 1,71 0,70 Proporsi rumah tangga yang menggunakan tangkiSPAL sebagai tempat pembuangan akhir tinja lebih tinggi di perkotaan 74,84 dibandingkan dengan di perdesaan 33,27. Sedangkan menurut status ekonomi, semakin baik tingkat ekonomi maka semakin banyak rumah tangga yang menggunakan tempat pembuangan akhir tinja berupa SPAL, dan semakin sedikit rumah tangga yang menggunakan tempat buang air besar jenis lainnya. Status ekonomi semakin rendah maka semakin banyak rumah tangga yang menggunakan lobang tanah sebagai tempat pembuangan akhir tinja.

3.10.3 Sarana Pembuangan Air Limbah

Data penggunaan saluran pembuangan air limbah SPAL rumah tangga didapatkan dengan cara wawancara dan pengamatan. 186 Tabel 3.173 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Saluran Pembuangan Air Limbah dan KabupatenKota, di Provinsi Riau, Riskesdas 2007 KabupatenKota Saluran Pembuangan Air Limbah Terbuka Tertutup Tidak Ada Kuantan Singingi 41,50 13,37 45,13 Indragiri Hulu 57,49 22,71 19,81 Indragiri Hilir 25,74 4,03 70,23 Pelalawan 52,85 15,99 31,17 Siak 68,14 16,18 15,69 Kampar 54,89 28,07 17,04 Rokan Hulu 84,91 9,28 5,80 Bengkalis 60,71 26,77 12,53 Rokan Hilir 47,57 10,19 42,23 Pekan Baru 45,44 47,10 7,47 Dumai 70,25 17,92 11,83 Riau 53,01 21,29 25,70 Menurut jenis saluran pembuangan air limbah, lebih dari 50 rumah tangga di Provinsi Riau menggunakan saluran pembungan air limbah yang terbuka. Kondisi mencolok terdapat pada Kabupaten Indragiri Hilir, lebih dari 70 rumah tangga tidak menggunakan saluran pembungan air limbah. Proporsi rumah tangga yang tidak menggunakan SPAL bervariasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. Tabel 3.174 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Saluran Pembuangan Air Limbah dan Karakteristik, di Provinsi Riau, Riskesdas 2007 Karakteristik Saluran Pembuangan Air Limbah Terbuka Tertutup Tidak Ada Tipe Daerah Perkotaan 51,07 36,89 12,04 Perdesaan 54,01 13,18 32,81 Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil 1 48,77 15,34 35,89 Kuintil 2 55,44 16,41 28,15 Kuintil 3 54,93 19,86 25,21 Kuintil 4 54,55 24,15 21,30 Kuintil 5 51,32 30,53 18,15 Berdasarkan tempat tinggal tidak ada perbedaan rumah tangga yang menggunakan Saluran Pembuangan Air Limbah di perkotaan dan di perdesaan. Masyarakat yang status ekonominya rendah lebih banyak yang tidak ada saluran pembuangan air limbah dibandingkan dengan masyarakat yang status ekonominya tinggi. 187

3.10.4 Pembuangan Sampah

Data pembuangan sampah meliputi ketersediaan tempat penampungan pembuangan sampah di dalam dan di luar rumah. Tabel 3.175 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Penampungan Sampah di Dalam dan Luar Rumah dan KabupatenKota, di Provinsi Riau, Riskesdas 2007 KabupatenKota Penampungan Sampah di Dalam Rumah Penampungan Sampah di Luar Rumah Tertutup Terbuka Tidak Ada Tertutup Terbuka Tidak Ada Kuantan Singingi 2,50 21,94 75,56 3,35 23,46 73,18 Indragiri Hulu 24,10 8,67 67,23 11,59 0,24 88,16 Indragiri Hilir 4,04 3,68 92,28 3,80 1,54 94,66 Pelalawan 11,92 37,40 50,68 17,62 20,60 61,79 Siak 2,45 72,30 25,25 9,07 1,96 88,97 Kampar 4,75 40,78 54,47 4,18 4,04 91,77 Rokan Hulu 7,56 76,74 15,70 18,38 4,26 77,37 Bengkalis 35,01 15,95 49,04 32,98 4,28 62,74 Rokan Hilir 0,97 51,78 47,25 0,81 7,27 91,92 Pekan Baru 7,99 31,43 60,58 6,75 13,91 79,34 Dumai 6,09 63,80 30,11 12,23 21,94 65,83 Riau 10,86 34,53 54,62 11,39 7,99 80,62 Secara provinsi terdapat 45,39 rumah tangga yang memiliki tempat sampah di dalam rumah dan 19,38 rumah tangga memiliki tempat sampah di luar rumah. Menurut jenis penampungan sampah, lebih dari 50 kabupaten di Provinsi Riau tidak memiliki penampungan sampah baik didalam maupun diluar rumah. Proporsi rumah tangga yang memiliki tempat sampah bervariasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. Tabel 3.176 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Penampungan Sampah di Dalam dan Luar Rumah dan Karakteristik, di Provinsi Riau, Riskesdas 2007 Karakteristik Penampungan Sampah di Dalam Rumah Penampungan Sampah Luar Rumah Tertutup Terbuka Tidak Ada Tertutup Terbuka Tidak Ada Tipe Daerah Perkotaan 15,95 34,55 49,50 19,20 13,04 67,76 Perdesaan 8,16 34,52 57,31 7,31 5,35 87,34 Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil 1 6,80 35,76 57,44 4,91 7,20 87,90 Kuintil 2 11,50 34,50 54,00 8,31 6,22 85,47 Kuintil 3 10,24 33,75 56,01 11,02 7,53 81,46 Kuintil 4 11,11 36,34 52,55 13,75 8,65 77,61 Kuintil 5 14,40 32,37 53,23 18,75 10,35 70,89 188 Jenis penampungan sampah pada masyarakat perkotaan lebih banyak yang tertutup dibandingkan dengan pada masyarakat perdesaan tempat tinggal dan kuintil, tidak ada perbedaan rumah tangga yang tidak memiliki tempat penampungan sampah dalam rumah dan luar rumah, baik di perkotaan dan di perdesaan.

3.10.5 Perumahan

Data perumahan yang dikumpulkan dan menjadi bagian dari persyaratan rumah sehat adalah jenis lantai rumah, kepadatan hunian, dan keberadaan hewan ternak dalam rumah. Data jenis lantai, luas lantai rumah dan jumlah anggota rumah tangga diambil dari Kor Susenas 2007, sedangkan data pemeliharaan ternak diambil dari Riskesdas 2007. Kepadatan hunian diperoleh dengan cara membagi jumlah anggota rumah tangga dengan luas lantai rumah dalam meter persegi. Hasil perhitungan dikategorikan sesuai kriteria Permenkes tentang rumah sehat, yaitu memenuhi syarat bila ≥8m 2 kapita tidak padat dan tidak memenuhi syarat bila 8m 2 kapita padat. Tabel 3.177 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Rumah dan Kepadatan Hunian dan KabupatenKota, di Provinsi Riau, Susenas 2007 KabupatenKota Jenis Lantai Kepadatan Hunian Bukan Tanah Tanah ≥8m2 Kapita 8m2 Kapita Kuantan Singingi 96,38 3,62 82,17 17,83 Indragiri Hulu 96,14 3,86 83,33 16,67 Indragiri Hilir 97,51 2,49 93,23 6,77 Pelalawan 95,93 4,07 81,30 18,70 Siak 97,06 2,94 78,68 21,32 Kampar 98,33 1,67 85,63 14,37 Rokan Hulu 93,22 6,78 78,53 21,47 Bengkalis 98,50 1,50 87,79 12,21 Rokan Hilir 94,50 5,50 75,40 24,60 Pekan Baru 94,50 5,50 78,09 21,91 Dumai 88,13 11,87 87,10 12,90 Riau 95,98 4,02 83,29 16,71 Menurut jenis lantai, lebih dari 95 kabupatenkota di Provinsi Riau menggunakan jenis lantai bukan tanah. Sedangkan kabupatenkota yang menggunakan lantai tanah tertinggi adalah Kota Dumai. Menurut kepadatan hunian, lebih dari 80 kabupaten di Provinsi Riau memiliki kepadatan hunian 8m2. Proporsi rumah tangga dengan lantai rumah tanah dan tingkat hunian padat bervariasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. 189 Tabel 3.178 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Rumah dan Kepadatan Hunian dan Karakteristik, Susenas 2007 Karakteristik Jenis Lantai Kepadatan Hunian Bukan Tanah Tanah 8m2 Kapita 8m2 Kapita Tipe Daerah Perkotaan 96,49 3,51 83,82 16,18 Perdesaan 95,69 4,31 82,99 17,01 Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil1 94,62 5,38 64,40 35,60 Kuintil2 95,80 4,20 76,75 23,25 Kuintil3 95,66 4,34 85,74 14,26 Kuintil4 97,30 2,70 92,90 7,10 Kuintil5 96,34 3,66 96,19 3,81 Tabel di atas memperlihatkan proporsi rumah tangga dengan lantai tanah di perdesaan lebih tinggi 4,31 dibandingkan dengan di perkotaan 3,51, sedangkan proporsi rumah dengan kepadatan hunian tinggi di perdesaan lebih tinggi 17,01 dibandingkan dengan di perkotaan 16,18. Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, ada kecenderungan semakin meningkat pengeluaran rumah tangga per kapita semakin menurun proporsi rumah tangga yang lantai rumahnya tanah dan tingkat hunian padatnya. Dalam hal pemeliharaan ternak, data dikumpulkan dengan menanyakan kepada seluruh kepala rumah tangga apakah memelihara binatang jenis unggas, ternak sedang kambing, domba, babi, dll, ternak besar sapi, kuda, kerbau, dll atau binatang peliharaan seperti anjing, kucing dan kelinci. Bila di rumah tangga memelihara ternak, kemudian ditanyakan dan diamati apakah dipelihara di dalam rumah. Secara provinsi terdapat 29,33 rumah tangga yang memelihara unggas, 2,99 memelihara ternak sedang, 2,37 memelihara ternak besar dan 22,84 memelihara binatang jenis anjing, kucing atau kelinci. Dari rumah tangga yang memelihara ternak sekitar 10-20 memeliharanya di dalam rumah. Menurut tempat pemeliharaan ternak, di Provinsi Riau persentase rumah tangga yang tidak memelihara ternak unggas, ternak sedang dan ternak besar jauh lebih besar dibanding yang memelihara. 190 Proporsi rumah tangga yang memelihara ternak bervariasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. Proporsi rumah tangga yang memelihara ternak di perkotaan lebih rendah dibandingkan dengan di perdesaan. Sedangkan menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita semakin sedikit memelihara ternak, baik jenis unggas, ternak sedang, ternak besar, maupun binatang kucing, anjing atau kelinci. Tabel 3.179 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pemeliharaan TernakHewan Peliharaan dan KabupatenKota, di Provinsi Riau, Riskesdas 2007 KabupatenKota Ternak Unggas Ternak Sedang KambingDombaBabi dll Ternak Besar SapiKerbauKuda dll Anjing KucingKelincI Dalam Rumah Luar Rumah Tidak Pelihara Dalam Rumah Luar Rumah Tidak Pelihara Dalam Rumah Luar Rumah Tidak Pelihara Dalam Rumah Luar Rumah Tidak Pelihara Kuantan Singingi 5,85 35,93 58,22 0,28 5,56 94,17 0,28 17,27 82,45 24,51 5,01 70,47 Indragiri Hulu 0,72 35,27 64,01 0,00 2,65 97,35 0,00 8,21 91,79 30,43 7,97 61,59 Indragiri Hilir 0,71 16,86 82,42 0,00 0,48 99,52 0,00 0,12 99,88 19,81 0,95 79,24 Pelalawan 1,63 42,28 56,10 0,00 1,08 98,92 0,00 0,81 99,19 24,93 1,63 73,44 Siak 2,70 20,15 77,15 0,00 0,98 99,02 0,00 0,98 99,02 3,68 2,94 93,38 Kampar 2,65 20,08 77,27 0,42 2,93 96,65 0,14 2,51 97,35 2,93 2,09 94,98 Rokan Hulu 0,78 38,57 60,66 0,00 1,93 98,07 0,00 2,33 97,67 35,66 1,16 63,18 Bengkalis 0,75 32,44 66,81 0,00 3,00 97,00 0,00 0,21 99,79 34,90 10,17 54,93 Rokan Hilir 9,55 42,72 47,73 0,00 12,14 87,86 0,00 0,81 99,19 7,94 1,78 90,28 Pekan Baru 1,25 9,66 89,10 0,00 0,10 99,90 0,21 0,31 99,48 10,06 4,15 85,79 Dumai 3,60 23,74 72,66 0,00 3,58 96,42 0,00 1,43 98,57 11,51 8,99 79,50 Riau 2,46 26,87 70,67 0,06 2,93 97,01 0,06 2,31 97,63 18,65 4,19 77,16 191 Tabel 3.180 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pemeliharaan TernakHewan Peliharaan dan Karakteristik, di Provinsi Riau, Riskesdas 2007 Karakteristik Ternak Unggas Ternak Sedang Ternak Besar AnjingKucingKelinci Dalam Rumah Luar Rumah Tidak Pelihara Dalam Rumah Luar Rumah Tidak Pelihara Dalam Rumah Luar Rumah Tidak Pelihara Dalam Rumah Luar Rumah Tidak Pelihara Tipe Daerah Perkotaan 1,41 11,71 86,87 0,05 0,46 99,50 0,00 0,32 99,68 11,80 5,47 82,73 Perdesaan 3,05 34,74 62,21 0,07 4,19 95,74 0,09 3,34 96,57 22,20 3,53 74,28 Tingkat Pengeluaran per Kapita Kuintil1 3,56 33,47 62,97 0,08 3,64 96,28 0,08 2,85 97,08 22,85 4,43 72,73 Kuintil2 2,02 29,45 68,53 0,08 3,19 96,74 0,08 2,25 97,67 20,06 4,43 75,51 Kuintil3 2,48 27,46 70,05 0,08 2,25 97,67 0,08 2,56 97,36 19,47 4,97 75,56 Kuintil4 2,01 23,86 74,13 0,00 2,93 97,07 0,08 2,70 97,22 17,14 3,63 79,23 Kuintil5 2,41 20,23 77,35 0,08 2,49 97,43 0,08 1,17 98,75 13,77 3,58 82,65 192

BAB 4. PENUTUP

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan nikmat, hidayah, kekuatan dan kesehatan sehingga Laporan Riskesdas Provinsi Riau ini dapat diselesaikan dan disajikan. Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau beserta seluruh jajaranya, khususnya Bapak dr. Taswan Yacob, Sp.S dan dr. Erna Swadesi, M.Kes yang telah membantu dalam koordinasi dan perencanaan lapangan serta pelaksanaan pengumpulan data di lapangan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Direktur beserta staf Poltekkes di Pekanbaru, yang telah ikut serta sebagai penanggung jawab teknis kabupatenkota dan pengumpulan dan pengiriman data di lapangan. Ucapan terima kasih yang mendalam kami sampaikan kepada seluruh tenaga lapangan surveyor di 9 kabupaten dan 2 kota di Provinsi Riau yang telah dengan sabar dan tekun melaksanakan tugas wawancara dan pengukuran dalam rangka pengumpulan data Riskesdas. Kami tidak dapat menyebutkan satu per satu tetapi kepada semua yang telah membantu hingga terwujudnya laporan ini kami mengucapkan banyak terima kasih Tuhan YME pasti akan membalas budi baik kita semua. Akhirnya, kami berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama yang bekerja di bidang kesehatan. 193 DAFTAR PUSTAKA 1. ------------------ Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi. http:www.klinik pria.comdatatopik hipertensi.htm. 2005 2. ------------------- Hipertensi. http:www.medicastore.compenyakithiperten.htm. 9202002 3. Abas B. Jahari, Sandjaja, Herman Sudiman, Soekirman, Idrus Jusat, Fasli Jalal, Dini Latief, Atmarita. Status gizi balita di Indonesia sebelum dan selama krisis Analisis data antropometri Susenas 1989 - 1999. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII. Jakarta 29 Februari - 2 Maret 2000. 4. AMA American Medical Association, 2001, Depression Linked With Increased Risk of Heart Failure Among Elderly With Hypertension, http:www.medem.comMedLBarticle_ID=ZZZUKQQ9EPCsub_cat=73 8242002. 5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan SKRT 2001: Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular, Studi Morbiditas dan Disabilitas. Tahun 2002. 6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan SKRT 2001: Studi Morbiditas dan Disabilitas. Tahun 2002. 7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan SKRT 2001: Studi Kesehatan Ibu dan Anak. 8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan SKRT 2001: Studi Tindak Lanjut Ibu Hamil. 9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan Data Susenas 2001: Status Kesehatan Pelayanan Kesehatan, Perilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Lingkungan. Tahun 2002 10. Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen Kesehatan. Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003. ORC Macro 2002-2003. 11. Balitbangkes. Depkes RI. Operational Study an Integrated Community-Based Intervention Program on Common Risk Factors of Major Non-communicable Diseases in Depok Indonesia, 2006. 12. Basuki, B Setianto, B. Age, Body Posture, Daily Working Load, Past Antihypertensive drugs and Risk of Hypertension : A Rural Indonesia Study. 2000. 13. Bedirhan Ustun. The International Classification Of Functioning, Disability And Health – A Common Framework For Describing Health States. p.344-348, 2000 14. Bonita R et al. Surveillance of risk factors for non-communicable diseases: The WHO STEP wise approach. Summary.Geneva World Health Organization, 2001 15. Bonita R, de Courten M, Dwyer T et al, 2001, The WHO Stepwise Approach to Surveillance STEPS of NCD Risk Faktors, Geneva: World Health Organization 16. Bonita, R., de Courten, M., Dwyer, T., Jamrozik, K., Winkelmann, R. Surveillance Noncommunicable Diseases and Mental Health. The WHO STEPwise Approach to Surveillance STEPS of NCD Risk Factors. Geneva: World Health Organization, 2002. 17. Brotoprawiro, S dkk. Prevalensi Hipertensi pada Karyawan Salah Satu BUMN yang menjalani pemeriksaan kesehatan, 1999. Kelompok Kerja Serebro Vaskular FK UNPADRSHS ― . Disampaikan pada seminar hipertensi PERKI, 2002.