Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Kredit .1 Rasio Profitabilitas

21 1. Rescheduling penjadwalan ulang, yaitu perubahan persyaratan kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu kredit. 2. Reconditioning persyaratan ulang, yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan atau persyaratan lainnya, sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit. 3. Restructuring penataan ulang, yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut penambahan dana bank, konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi kredit baru atau konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan, yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali dana atau persyaratan kembali. 4. Eksekusi barang jaminan, yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan utang. Pelaksanaan ini dilakukan terhadap kategori kredit yang memang benar-benar menurut bank, usaha debitur sudah tidak dapat lagi dibantu untuk disehatkan kembali atau usaha nasabah yang sudah tidak memiliki prospek untuk dikembangkan. 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Kredit 2.2.1 Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas bank digunakan untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rasio-rasio tersebut dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank sesuai dengan standar Bank Indonesia. Hasil perhitungan rasio- rasio rentabilitas ini biasanya digunakan untuk menggambarkan hubungan timbal Universitas Sumatera Utara 22 balik antarpos, yang terdapat pada laporan keuangan bank seperti laporan laba rugi bank, neraca bank serta pos-pos yang terdapat didalamnya dan untuk mengetahui berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan. Rasio profitabilitas suatu bank yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

2.2.1.1 Return on Asset ROA

Return on Asset ROA adalah perbandingan laba sebelum pajak terhadap total asset. ROA digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja suatu bank yang semakin baik, karena tingkat kembalian return semakin besar. Menurut Brigham 2009:109, ROA dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: ROA = �� � �� E � �� x 100 Return on Asset ROA Menghasilkan income dari pengelolaan aset bank yang bersangkutan. Standar minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 12. Nilai ROA yang lebih rendah dari standard Bank Indonesia menunjukkan bahwa bank kurang mampu menghasilkan laba dengan asset yang dimilikinya.

2.2.1.2 Return on Equity ROE

Return on Equity ROE adalah rasio yang menunjukkan berapa persen laba bersih setelah pajak terhadap ekuitas modal. ROE merupakan indikator penting bagi pemilik bank, karena menunjukkan pengembalian modal atau Universitas Sumatera Utara 23 investasi yang ditanamkan oleh bank. Semakin tinggi ROE, maka semakin tinggi harapan para pemegang saham atas pengembalian investasinya. Angka ROE yang tinggi akan menarik para pemegang saham untuk menambah modal. Menurut Brigham 2009:109, ROE dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: ROE = �� � �� E � �� � � x 100 Return on Equity ROE mencerminkan produktivitas dana yang di- investasikan pemilik bank termasuk penyaluran kredit. Dengan demikian ROE dapat memberikan gambaran yang akurat tentang keefektifan perbankan dalam menyalurkan produktivitasnya serta penyaluran investasinya.

2.2.2 Variabel Ekonomi Makro

Menurut Waluyo 2007:5, terdapat beberapa variabel ekonomi makro dan satu samalainnya saling berhubungan. Variabel ekonomi makro sangat dapat mempengaruhi kinerja dan profitabilitas perusahaan yang terdiri dari: 1. Pertumbuhan GDP 2. Inflasi 3. Tingkat suku bunga 4. Kurs rupiah 5. Anggaran Defisit 6. Investasi swasta 7. Neraca perdagangan dan pembayaran Adapun variabel ekonomi makro yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Universitas Sumatera Utara 24

2.2.2.1 Pertumbuhan Gross Domestic Product GDP

Menurut Samuelson dan Nordhaus 2004, mengukur GDP untuk satu tahun tertentu dengan mengunakan harga pasar yang aktual ditahun tersebut. GDP terbagi dua, yaitu GDP rill dan nominal, GDP nominal merupakan GDP pada harga saat ini. Kemudian GDP rill merupakan indeks dari volume atau kuantitas dari barang dan jasa yang dihasilkan. GDP rill diukur dengan mengalikan kuantitas barang dengan harga yang sudah ditetapkan. DGP rill diukur dengan harga yang konstan. GDP rill adalah ukuran output yang dilihat dengan cara dekat. GDP rill berfungsi sebagai detak perekonomian suatu negara yang diamati secara teliti. Menurut Thomson 2000:163, GDP mencerminkan produksi pasar. Sebagian besar produksi rumah tangga dan perekonomian bahwa aktiva tetap tidak dimasukan dalam GDP. GDP juga membuat perkiraan yang lebih tinggi terhadap jumlah sebenarnya dari produksi yang terjadi seperti penyaluran kredit, tetapi GDP tidak mampu mencerminkan depresiasi stok kapital dan juga tidak mencerminkan eksternalitas negatif dari produksi sumber daya alam. Menurut Samuelson dan Nordahaus 2004, peningkatan perekonomian menunjukkan bahwa adanya perluasan atau peningkatan dari Gross Domestic Product potensialoutput dari suatu negara. Ada 4 empat faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi yaitu: 1. Sumber Daya Manusia Keahlian, keterampilan, pengetahuan, dan disiplin tenaga kerja merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan ekonomi.Suatu negara mempersiapkan faktor- Universitas Sumatera Utara 25 faktor produksi. Tetapi teknik-teknik dan penerapan produktivitas tinggi atas kondisi-kondisi ini hampir selalu menuntut tersedianya manajemen, produktivitas yang tinggi, dan keahlian yang dapat diperoleh melalui angkatan kerja terampil yang terdidik. Agar tercapainya tujuan panjang faktor-faktor produksi yang disediakan negara harus dirawat dan secara efektif oleh tenaga-tenaga kerja yang terampil dan terlatih. 2. Sumber Daya Alam Faktor produksi kedua yang terpenting adalah sumber daya alam. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting. Selain tanah, sumber daya alam yang penting antara lain minyak, gas, hutan, air, dan bahan-bahan mineral lainnya. 3. Pembentukan Modal Pembentukan modal dibutuhkan pengorbanan yang besar dapat berupa pengurangan konsumsi dan pengurangan kegiatan yang bersifat hiburan yang mungkin berlangsung selama beberapa puluh tahun. Suatu negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cepat diawali dari pembentukan modal dan investasi yang sangat besar. 4. Perubahan Teknologi dan Inovasi Peningkatan standar kehidupan masyarakat suatu negara dapat ditandai dengan keadaan ekonomi dan tingkat teknologi yang dapat digunakan oleh masyarakat tersebut. Para pengusaha yang memiliki inovasi yang tinggi harus diiringi dengan perkembangan teknologi agar dapat bersaing dipasar internasional dan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Universitas Sumatera Utara 26

2.2.2.2 Inflasi

Menurut Waluyo 2007:167, yang dimaksud dengan inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Efek ini akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat, karena redistribusi pendapatan yang terjadi akan menyebabkan pendapatan rill satu orang meningkat, pendapatan rill orang lain jatuh. Inflasi juga dapat menyebabkan penurunan dalam efesiensi ekonomi Economic Effeciency. Keadaan seperti ini terjadi karena inflasi dapat mengalihkan sumber daya dari investasi yang produktif ke investasi yang tidak produktif sehingga mengurangi ekonomi produktif. Efek inflasi seperti ini dapat dikatakan sebagai Efficiency Effect of Inflation. Lingkungan yang tidak stabil Unstable Environment bagi keputusan ekonomi juga merupakan efek inflasi. Dalam dunia perbankan atau lembaga peminjam Lenders lainnya, jika sekiranya mereka menduga bahwa tingkat inflasi akan naik di masa mendatang, maka mereka akan meningkatkan bunga yang tinggi untuk pinjaman yang diberikan sebagai langkah proteksi dalam menghadapi penurunan pendapatan rill dan kekayaan Losses of Real Income and Wealth J. M. Keynes dalam Samuelson dan Nordhaus 2004:386, menyatakan ketika inflasi terjadi dan nilai nyata mata uang berubah-ubah dari hari ke hari, semua hubungan debitur dan kreditur, yang membentuk pokok kapitalisme, menjadi tidak teratur dan hampir tidak berarti, dan proses dari memperoleh kekayaan menurun menjadi sebuah undian. Karena inflasi cenderung memperendah tingkat bunga rill, menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan Universitas Sumatera Utara 27 dipasar modal. Karena ketidak seimbangan di pasar modal akan menyebabkan penawaran investasi menurun, dan sebagai akibatnya investasi sektor swasta tertekan sampai ke bawah tingkat keseimbangannya, yang disebabkan oleh terbatasnya penawaran dana yang dapat dipinjamkan Loanable Funds.

2.2.2.3 Nilai Tukar

Menurut Samuelson dan Nordhaus 2004:305, nilai tukar atau kurs valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar valuta asing dapat juga diartikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. nilai tukar yang stabil merupakan syarat utama untuk mencapai stabilitas ekonomi makro. Karena selalu ada interaksi antara sektor rill dengan sektor moneter, sehingga ketidakstabilan nilai tukar menggambarkan ketidakstabilan sektor rill dan sektor moneter. Ketidak stabilan disektor moneter dapat mengakibatkan ketidakstabilan dan ketidakefesiensian sektor rill. Salah satu ukuran stabilitas nilai tukar adalah arah perkembangan dan fluktuasi nilai tukar, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Hady 2008:113, secara umum sistem nilai tukar dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Sistem nilai tukar tetap fixed exchange rate 2. Sistem nilai tukar mengambang bebas 3. Sistem nilai tukar mengambang terkendali floating rate system 4. Sistem nilai tukar terikat Universitas Sumatera Utara 28

2.2.2.4 Suku Bunga SBI

Menurut Thomson 2000:138, yang dimaksud dengan suku bunga adalah bunga per tahun sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Semakin besar tingkat bunga, hal lain diasumsikan konstan, maka semakin besar return yang diterima oleh bank dari kredit yang disalurkannya. Jadi, jumlah dana yang ingin disalurkan dalam bentuk kredit akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat suku bunga dengan faktor lain diasumsikan konstan, semakin tinggi pula Opportunity Cost dari penyaluran kredit. jumlah Loanable Funds yang diminta menurun jika tingkat bunga naik, faktor lain diasumsikan konstan, sehinga tingkat bunga dan jumlah Loanable Fund yang diminta berhubungan terbalik. Menurut Pratama 2010, SBI diterbitkan oleh BI sebagai salah satu piranti operasi pasar terbuka, kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh BI dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter. Menurut Ferdian 2008 dalam Pratama 2010, tingkat suku bunga ini ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang PBI No. 410PBI2002. SBI merupakan instrumen yang menawarkan return yang cukup kompetitif serta bebas risiko risk free gagal bayar. Menurut Sugema 2010 dalam Pratama 2010, suku bunga SBI yang terlalu tinggi membuat perbankan betah menempatkan dananya di SBI daripada menyalurkan kredit. Universitas Sumatera Utara 29

2.2.3 Ukuran Bank

Ukuran perusahaan dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, logsize, nilai pasar saham, dan lain-lain. Menurut Riyadi 2003:186, setiap bank yang beroperasi di Indonesia diwajibkan untuk memelihara kewajiban penyediaan modal minimum 8. Tinggi rendahnya Capital Adequacy Ratio CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah aktiva tertimbang menurut risiko yang dikelola oleh bank tersebut. Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Pada umumnya perusahaan besar yang memiliki total aktiva yang besar mampu menghasilkan laba yang lebih besar, dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran bank, maka semakin baik kinerja suatu bank. Semakin besar ukuran perusahaan perbankan size yang ditunjukkan dengan kepemilikan total assets yang besar juga memiliki peluang yang lebih besar dalam meningkatkan risiko yang harus ditanggung oleh pihak bank. Variabel ukuran perusahaan size diukur dengan logaritma natural Ln dari total assets. Hal ini dikarenakan besarnya total assets masing-masing perusahaan berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga dapat menyebabkan nilai yang ekstrim. Untuk menghindari adanya data yang tidak normal tersebut, maka data total assets perlu di Logaritma Natural-kan. Universitas Sumatera Utara 30

2.3 Penelitian Terdahulu