commit to user
xvi 1 kontraksi otot polos bronkus yang merupakan respon terhadap
alergen spesifik 2 hipertrofi edema selaput lendir yang disebabkan karena
bertambahnya permeabilitas pembuluh darah 3 hipersekresi kelenjar mukus dan sel goblet dengan penyumbatan
bronkus oleh lendir yang kental 4 airway remodeling
c. Faktor Resiko
Perkembangan resiko terjadinya asma adalah interaksi antara faktor pejamu host factor dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini
termasuk predisposisi genetik antara lain genetik asma, atopi, hipereaktiviti bronkus, jenis kelamin, dan ras.
Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya
eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala menetap Faktor lingkungan tersebut antara lain rokok, polusi udara, exercise, substansi mikro, dan
alergen PDPI, 2004.
d. Diagnosis
commit to user
xvii Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala
berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada, dan variabilitas yang berkaitan dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk
menegakkan diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru PDPI, 2004.
Indikator yang digunakan dalam menegakkan diagnosis asma Surjanto, 2001 adalah sebagai berikut:
1 mengi wheezing. 2 riwayat satu atau lebih :
a batuk, yang memburuk terutama pada malam hari b mengi berulang
c sesak napas berulang d merasa berat di dada
3 penyempitan saluran napas yang reversibel dan variasi diurnal. Variasi diurnal diukur dengan peak flow meter. Arus
Puncak Ekspirasi APE yang diukur pagi hari sebelum inhalasi Agonis Beta-2 dan malam hari setelah inhalasi Beta Agonis-2
menunjukkan perbedaan 20 atau lebih. 4 gejala timbul atau memburuk pada berbagai faktor pencetus.
5 gejala terjadi atau memburuk pada malam hari yang menyebabkan penderita bangun.
Pemeriksaan penunjang yang paling penting pada asma ialah uji faal paru. Pengukuran faal paru dapat menilai adanya dan beratnya
commit to user
xviii obstruksi jalan napas, membantu diagnosis, memantau perjalanan
penyakit, dan menilai hasil terapi Mariono, 1999.
e. Derajat Berat
Klasifikasi asma yang sekarang digunakan ialah berdasarkan pada derajat beratnya penyakit dan bertujuan untuk memberikan
penatalaksanaan yang tepat dan adekuat. Berat penyakit ditentukan oleh gejala, eksaserbasi, gejala malam hari, dan uji faal paru Aditama, 2004.
Klasifikasi derajat berat asma terbaru yang diadaptasi dari Global Initiative of Asthma GINA, 2006 adalah :
1 Intermiten Gejala 1 kali seminggu, tanpa gejala di luar serangan, serangan
singkat, gejala malam ≤ 2 kali sebulan.
2 Persisten ringan Gejala 1 kali seminggu tetapi 1 kali perhari, serangan dapat
mengganggu aktivitas tidur, gejala malam 2 kali sebulan. 3 Persisten sedang
Gejala setiap hari, serangan mengganggu aktivitas dan tidur, gejala malam 1 kali seminggu.
4 Persisten berat Gejala terus-menerus, sering kambuh, aktivitas fisik terbatas, gejala
malam sering.
commit to user
xix Asma pada kebanyakan penderita dapat dikontrol secara efektif
meskipun tidak dapat disembuhkan. Penatalaksanaan yang paling efektif adalah mencegah atau mengurangi inflamasi kronik dan menghilangkan