Instrumentasi Penelitian Rancangan Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian Definisi Operasional Variabel

commit to user xxxi Sehingga didapatkan besar sampel: n = 1.96 2 . 0.05. 0.95 0.10 2 n = 18 sampel Berdasarkan perhitungan di atas maka ukuran sampel minimal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 18 subjek untuk masing- masing kelompok.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan secara Purposive Sampling sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

E. Instrumentasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan surat pernyataan kesediaan menjadi responden, dan kuesioner RDQ. commit to user xxxii

F. Rancangan Penelitian

G. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : asma bronkial 2. Variabel terikat : refluks gastroesofageal 3. Variabel luar a. terkendali : umur, jenis kelamin, ras, kehamilan,rokok Diagnosis pasti dokter Spesialis Paru Refluks Gastroesofageal + Asma bronkial + Asma bronkial - Screening : Mengisi Kuesioner RDQ Uji Chi Kuadrat Screening : Mengisi Kuesioner RDQ Refluks Gastroesofageal - Pasien Poliklinik Paru RSUD dr. Moewardi Sampel Kontrol commit to user xxxiii b.tak terkendali : genetik, atopi, polusi udara, dan subjektivitas penderita dalam mengisi kuesioner

H. Definisi Operasional Variabel

1. Refluks Gastroesofageal Penyakit refluks gastroesofageal dalam Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal GERD didefinisikan sebagai kelainan yang menyebabkan cairan lambung mengalami refluks mengalir balik ke kerongkongan. Gejala klinis khas yang mendukung penegakkan diagnosis refluks gastroesofageal antara lain : a. rasa terbakar di dada, kadang-kadang disertai rasa nyeri. b. rasa asam dan pahit di lidah. c. nyeri ulu hati, perut kembung. d. sering bersendawa, serta kesulitan menelan. Adapun penentuan ada atau tidaknya refluks gastroesofageal dilakukan dengan metode kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah Reflux Disease Questionnaire RDQ yang terdiri dari 12 pertanyaan yang mengukur frekuensi dan tingkat keburukan gejala gangguan gastrointestinal bagian atas. Frekuensi dan tingkat keburukan gejala tersebut dinilai dengan 6-point Likert scale 0-5. GERD + jika skor RDQ lebih dari 12. Cao et al, 2008; Du et al, 2007. Skala yang digunakan untuk variabel refluks gastroesofageal commit to user xxxiv adalah skala nominal dikotom. Hasil pengukuran berupa ada refluks gastroesofageal dan tidak ada refluks gastroesofageal. 2. Asma Bronkial Asma bronkial adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik tersebut menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas PDPI, 2004. Indikator dalam menegakkan asma PDPI, 2004 adalah: a. gejala berupa batuk, sesak napas, rasa berat di dada, dan berdahak. b. bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan. c. gejala timbulmemburuk terutama pada malamdini hari. d. diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu. Diagnosis asma bronkial didasarkan pada diagnosis yang dibuat oleh dokter Spesialis Paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skala yang digunakan untuk variabel asma bronkial adalah skala nominal dikotom, di mana hasil pengukuran berupa sakit asma bronkial dan tidak sakit asma bronkial. commit to user xxxv 3. Umur a. Definisi : Umur adalah jumlah tahun yang dihitung sejak kelahiran sampai ulang tahun terakhir saat penelitian ini dilakukan b. Alat ukur : Wawancara c. Skala : Rasio 4. Jenis Kelamin a. Definisi : Jenis kelamin adalah sifat keadaan laki-laki atau perempuan b. Alat ukur : Wawancara c. Skala : Nominal 5. Ras a. Definisi : Ras adalah penggolongan bangsa berdasarkan ciri- ciri fisik rumpun bangsa b. Alat ukur : Wawancara c. Skala : Nominal 6. Kehamilan a. Definisi : Tumbuhnya janin dalam uterus wanita setelah mengalami pembuahan Sarwono, 2007. Kehamilan merupakan faktor risiko penyebab eksaserbasipencetus asma Surjanto, 2001 b. Alat ukur : Diagnosis dokter yang ditanyakan melalui wawancara commit to user xxxvi c. Skala : Nominal 7. Atopi Menurut nomenklatur World Allergy Organization WAO tahun 2003 maka terminologi atopi dipakai untuk menjelaskan tendensi seseorang atau keluarga, biasanya pada masa anak atau remaja, yang tersensitisasi dan memproduksi IgE sebagai respon pajanan biasa terhadap alergen in response to ordinary exposures to allergens Sebagai konsekuensi hal tersebut maka pada individu atopi dapat timbul gejala khas asma, rinokonjungtivitis, atau eksim. Dalam penelitian ini atopi menjadi variabel tidak terkendali karena sebagaimana telah dijelaskan bahwa serangan asma dapat terjadi karena faktor atopi. 8. Genetik Studi tentang keterkaitan dan asosiasi genetik molekular menunjukan bahwa atopi berawal dari sifat genetik yang heterogen dan poligenik. Berbagai regio kromosom terkait dengan atopi dan asma, terutama dengan loki pada kromosom 5, 6, 11, 12, 13, dan 16. Berdasarkan uraian tersebut maka genetik merupakan salah satu predisposisi timbulnya asma pada individu yang memiliki karakteristik genetik tesebut, maka pada penelitian ini genetik menjadi variabel luar tidak terkendali. commit to user xxxvii 9. Polusi Udara Polusi udara adalah penurunan kualitas udara sampai pada yang mengganggu kehidupan karena masuknya polutan kedalam udara. Polutan udara dapat berupa partikulat atau gas antara lain: serat asbes, bijih besi, dan asbes yang hancur biasanya berbentuk asap, gas CO, gas CO 2 ,dan gas NO Wahidin, 2008. Polutan tersebut dalam ambang tertentu dapat memicu terjadinya serangan asma pada individu tertentu.

I. Cara Kerja Penelitian

1. Pasien yang telah didiagnosis asma oleh dokter spesialis paru di poliklinik paru RSUD Dr. Moewardi dan kelompok kontrol tidak asma bronkial dilakukan : a Wawancara nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan alamat dan penandatanganan informed consent. b Pengisian kuesioner Reflux Disease Questionnaire RDQ 2. Cara mengisi RDQ : a Berikan penjelasan secukupnya pada subyek penelitian b Dampingi subyek penelitian pada waktu pengisian kuesioner c Subyek penelitian dipersilahkan bertanya bila mengalami kesulitan d Jika subyek penelitian tidak mampu mengisi sendiri, maka pengisian kuesioner dilakukan secara wawancara oleh peneliti. commit to user xxxviii 3. Kriteria GERD dihitung dengan cara: a Kuesioner terdiri dari 12 soal, masing-masing jawabannya mempunyai skor antara 0-5 b Skor tiap soal tergantung jawaban pasien c Skor total kemudian dikelompokkan menjadi GERD + dan GERD - sesuai dengan ketentuan skor GERD yang diperoleh lewat RDQ. GERD + bila skor yang dicapai lebih dari 12.

J. Teknik Analisis Data