commit to user
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik yang berhubungan dengan peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi
berulang, sesak napas , dan batuk terutama pada malam atau dini hari. Gejala ini berhubungan dengan luas inflamasi, menyebabkan obstruksi saluran napas
yang bervariasi derajatnya dan bersifat reversibel secara spontan maupun dengan pengobatan Mariono, 1999; Bosquet et al , 2000 .
Asma dapat timbul pada berbagai usia,dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Dari hasil penelitian prevalensi asma di Indonesia masih
tergolong rendah, namun terlihat kecenderungan peningkatan jumlah penderita penyakit ini. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT tahun 1986
menunjukkan bahwa asma menduduki urutan ke-5 pola kesakitan dan urutan ke-10 penyebab kematian sedangkan hasil SKRT tahun 1992 menunjukkan
asma sebagai urutan ke-7 penyebab kematian. Referensi lain yang juga dapat digunakan untuk memperlihatkan kecenderungan peningkatan prevalensi
penyakit ini adalah penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC International Study on Asthma and Allergy
in Children tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1, yang meningkat tahun 2003 menjadi 5,2.
commit to user
xi Refluks gastroesofageal didefinisikan sebagai gejala atau kerusakan
mukosa esofagus akibat masuknya isi lambung ke dalam esofagus Caestecker , 2001. Gejala yang timbul adalah akibat keterlibatan esofagus, faring, laring,
dan saluran napas. Reflus gastroesofageal terjadi akibat hilang atau sangat rendahnya perbedaan tekanan antara LES Lower Esophageal Sphincter dan
laring, hal ini dapat disebabkan oleh menurunnya kekuatan otot LES yang kadang-kadang tidak diketahui sebabnya Mahdi, 2008.
Refluks gastroesofageal merupakan kondisi umum yang ada pada sekitar 20-25 populasi dewasa Stein, 2001. Prevalensi refluks
gastroesofageal dan komplikasinya di Asia termasuk rendah dibandingkan dengan negara-negara Barat. Prevalensi di negara-negara Barat berkisar 10-20
persen, sedangkan di Asia 3-5 persen, dengan pengecualian di Jepang 13-15 persen dan Taiwan 15 persen. Syafruddin 1998 menyebutkan bahwa belum
ada data epidemiologi mengenai refluks gastroesofageal di Indonesia. Hubungan antara penyakit asma dan refluks gastroesofageal telah
sering didiskusikan , meskipun sampai sekarang belum ada konsep seragam yang dapat menjelaskan tentang prevalensi tinggi refluks gastroesofageal pada
penderita asma Field, 2002. Beberapa studi kasus mengenai pasien dengan gejala kronik gangguan saluran napas atas Theodoropoulus et al, 2001
menjelaskan adanya hubungan yang potensial antara saluran napas atas dan GERD Gastroesofageal Reflux Disease. Berdasarkan uraian tersebut di atas
maka penulis ingin meneliti hubungan antara asma bronkial dan refluks gastroesofageal di RSUD Dr. Moewardi.
commit to user
xii
B. Perumusan Masalah