Analisis Data Hasil Identifikasi Tanaman Hasil Karakteristik Simplisia Hasil Ekstraksi Serbuk Daun Sirih Merah Hasil Karakteristik Nanopartikel dan Simplisia Daun Sirih Merah .1

28 Kelompok VIII : suspensi Metformin dosis 65 mgkg bb Kedelapan kelompok diberi sediaan uji selama 15 hari, pengukuran kadar glukosa darah diukur pada hari ke-3, 5, 7, 9, 11, 13, dan ke-15 menggunakan alat ukur glukometer EasyTouch®GCU.

3.9 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis variasi ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95 dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan. Analisis statistik ini menggunakan program Statistic and Service Solutions SPSS versi 17. Universitas Sumatera Utara 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tanaman

Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor menyatakan bahwa spesimen tanaman yang diidentifikasi adalah daun sirih merah Piper crocatum Ruiz Pav dari famili Piperaceae. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.2 Hasil Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan Makroskopik terdiri dari pemeriksaan bentuk, warna dan rasa. Hasil pemeriksaa karakteristik daun sirih merah menunjukkan bahwa daun sirih merah memiliki bentuk daun pipih menyerupai jantung dengan panjang daun 15-20 cm, dan lebar daun 5-10 cm, berwarna merah pada bagian bawah daun, dan warna putih keabuan dan mengkilap pada bagian atas daun. Pemeriksaan makroskopik simplisia daun sirih merah berwarna hijau dengan bau khas daun sirih yang menyengat dan berasa sedikit pahit. Lampiran 2 dan 3.

4.3 Hasil Ekstraksi Serbuk Daun Sirih Merah

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96. Hasil maserasi dari 400 g serbuk simplisia diperoleh ekstrak kental 37,81 g randemen 9,45. Universitas Sumatera Utara 30 4.4 Hasil Karakteristik Nanopartikel dan Simplisia Daun Sirih Merah 4.4.1 Scanning Electron Microscopy SEM Hasil pengujian scanning electron microscopy SEM dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan 4.2. Gambar 4.1 Hasil SEM nanopartikel daun sirih merah Nanopartikel simplisia berbentuk persegi dengan permukaan yang halus dan berukuran 644 nm sedangkan serbuk simplisia berukuran 164 µm yang memiliki bentuk memanjang. Menunjukkan hasil ukuran nanopartikel daun sirih merah lebih kecil dari simplisia daun sirih merah. Dapat dilihat pada Gambar 4.2. Universitas Sumatera Utara 31 Gambar 4.2 Hasil SEM serbuk simplisia daun sirih merah

4.4.2 Particle Size Analyzer PSA

Keberhasilan suatu sampel menjadi nanopartikel diketahui dengan melihat distribusi ukuran sampel tersebut. Hasil pengukur ukuran partikel atau particles size analyzer PSA menunjukkan rerata distribusi ukuran 744,1 ± 207,9 nm. Hasil analisis ukuran partikel simplisia daun sirih merah terbukti berukuran nanometer karena ukuran partikel ini masuk dalam range 10-1000 nm Mohanraj dan Chen, 2006. Hasil dapat dilihat pada lampiran 5. Ukuran partikel dan distribusi ukuran karakteristik sangat penting dalam sistem nanopartikel. Ukuran partikel dan distribusi ukuran ditentukan dengan distribusi in vivo, toksisitas, dan kemampuan penargetan dalam sistem nanopartikel. Selain itu, ukuran partikel dan distribusi ukuran juga dapat memperngaruhi dalam pengantaran obat, pelepasan obat, dan stabilitas nanopartikel Mohanraj dan Chen, 2006. 4.5 Pengujian Efek Antidiabetes Nanopartikel Daun Sirih Merah NDSM dan Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah EEDSM dengan Metode Toleransi Glukosa Metode toleransi glukosa sebagai uji pendahuluan. Mencit dipuasakan 18 jam sebelum percobaan, tetapi air minum tetap diberi, lalu diukur KGD puasa Universitas Sumatera Utara 32 mencit pada saat pengerjaan sebagai KGD awal lalu diberikan perlakuan sesuai pembagian kelompok. Kemudian 30 menit setelah perlakuan, dilakukan pemberian larutan glukosa 50 dan diukur KGD mencit pada menit ke-30, 60, 90 dan 120. Hasil pengukuran KGD mencit pada metode toleransi glukosa dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pada pengujian ini digunakan glibenklamid sebagai obat pembanding karena dapat meningkatkan sekresi insulin dan hanya efektif pada diabetes mellitus tipe yang keadaan diabetesnya tidak begitu berat serta sel betanya masih bekerja cukup baik Tjay dan Rahardja, 2007. Hasil persen penurunan KGD mencit setelah diberi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.1 Hasil pengukuran KGD mencit setelah perlakuan dengan metode toleransi glukosa Kelompok Uji Berat Badan rata-rata gram KGD Puasa rata-rata mgdL KGD Setelah Perlakuan mgdL Waktu menit 30 60 90 120 Kontrol Na- CMC 0,5 bv dosis 1 BB 30,2 86,4 266 ± 8.49 251,8 ± 10,16 218,6 ± 13,62 201,2 ± 11,65 NDSM dosis 100 mgkg BB 28,6 83,4 227,2 ± 6,41 187 ± 7,23 143,2 ± 7,33 90,8 ± 3,93 NDSM dosis 150 mgkg BB 29,4 89,8 229,4 ± 10,58 163 ± 11,73 135 ± 12,37 91,6 ± 5,07 NDSM dosis 200 mgkg BB 27,4 91,6 216,6 ± 10,52 173,6 ± 9,93 139,8 ± 4,84 94,8 ± 1,71 EEDSM dosis 100 mgkg BB 29 87,8 205,2 ± 5,62 166,2 ± 6,29 139,4 ± 8,28 98,2 ± 0,97 Universitas Sumatera Utara 33 EEDSM dosis 150 mgkg BB 30,1 92 221 ± 6,88 159,4 ± 10,94 132,6 ± 7,84 96,4 ± 2,16 EEDSM dosis 200 mgkg BB 30,5 99,8 208,8 ± 4,49 167,8 ± 5,18 138 ± 7,87 98,8 ± 0,97 Glibenklamid dosis 0,65 mgkg BB 27,9 88,4 219,4 ± 10,16 156,6 ± 3,83 124,6 ± 3,67 85,4 ± 8,07 Data persentase penurunan KGD rata-rata mencit antar individu dianalisa secara statistic dengan metode ANOVA lalu dilanjutkan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan yang nyata antar perlakuan. Berdasarkan hasil analisis statistik uji toleransi glukosa pada menit ke-120 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok uji dengan kelompok kontrol P 0,05. Penurunan KGD NDSM dosis 150 mgkg bb pada menit ke-60 menunjukkan terjadi penurunan KGD dan tidak memberikan perbedaan yang nyata atau memiliki efek yang sama dengan Glibenklamid dosis 0,65 mgkg bb, dimana nilai signifikannya 0,999 p 0,05 dan EEDSM dosis 150 mgkg bb dimana nilai signifikannya 0,997. Hal ini menunjukkan bahwa NDSM dosis 150 mgkg bb dapat menurunkan KGD lebih baik dibandingkan EEDSM dosis 150 mgkg bb. Universitas Sumatera Utara 34 Gambar 4.3 Grafik penurunan KGD rata-rata dengan metode toleransi Glukosa 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 30 60 90 120 K a d a r G lu k o sa D a ra h mg d L Waktu menit Kontrol Na‐CMC 0,5 NDSM dosis 100 mgkg BB NDSM dosis 150 mgkg BB NDSM dosis 200 mgkg BB EEDSM dosis 100 mgkg BB EEDSM dosis 150 mgkg BB EEDSM dosis 200 mgkg BB Glibenklamid dosis 0,65 mgkg BB Universitas Sumatera Utara 35 Tabel 4.2 Hasil rata-rata persen penurunan KGD mencit setelah perlakuan dengan metode toleransi glukosa Kelompok Rata-rata Penurunan KGD ± SD mgdL Menit ke-60 p Menit ke-90 p Menit ke-120 p Kontrol Na- CMC 0,5 bv dosis 1 BB 5,43 ± 0,97 - 0,000 18,05 ± 3,14 - 0,001 24,51 ± 2,77 - 0,000 NDSM dosis 100 mgkg BB 17,64 ± 3,59 0,113 0,061 36,99 ± 4,22 0,017 0,960 59,82 ± 2,55 0,000 1,000 NDSM dosis 150 mgkg BB 28,80 ± 3,32 0,000 0,999 41,09 ± 3,00 0,002 1,000 59,92 ± 2,13 0,000 1,000 NDSM dosis 200 mgkg BB 19,92 ± 1,98 0,034 0,186 34,85 ± 3,82 0,047 0,813 55,76 ± 2,52 0,000 0,880 EEDSM dosis 100 mgkg BB 18,73 ± 3,99 0,065 0,107 31,82 ± 4,70 0,166 0,456 52,03 ± 1,16 0,000 0,288 EEDSM dosis 150 mgkg BB 28,12 ± 3,20 0,000 0,997 40,13 ± 2,24 0,003 1,000 56,26 ± 1,30 0,000 0,929 EEDSM dosis 200 mgkg BB 19,59 ± 2,19 0,041 0,161 33,97 ± 3,08 0,069 0,719 52,60 ± 1,13 0,000 0,369 Glibenklamid dosis 0,65 mgkg BB 31,06 ± 3,56 0,000 - 42,44 ± 4,23 0,001 - 60,52 ± 4,66 0,000 - Keterangan : = berbeda signifikan dengan kelompok glibenklamid = berbeda signifikan dengan kelompok Na-CMC Pada Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa pada selang waktu 60 menit persen penurunan KGD mencit pada setiap kelompok perlakuan dibanding dengan kelompok Kontrol Na-CMC 0,5 yaitu 5,43 untuk kelompok kontrol Na-CMC 0,5; 31,06 untuk Glibenklamid dosis 0,65 mgkg bb, untuk kelompok NDSM 100, 150 dan 200 mgkg bb masing-masing 17,64; 28,80 dan 19,9; dan untuk kelompok EEDSM 100, 150 dan 200 mgkg bb masing-masing 18,73; 28,12 dan 19,59. Universitas Sumatera Utara 36 Pada menit ke-120 menunjukkan terjadi penurunan KGD kelompok uji NDSM dosis 100 dan 150 mgkg bb pada nilai signifikan 1,000 p 0,05 dengan masing-masing persentase penurunan 59,82 dan 59,92. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok uji NDSM dosis 100 dan 150 mgkg bb lebih efektif menurunkan KGD dibandingkan NDSM 200 mgkg bb dengan persen penurunan 55,76 dan EEDSM dosis 100, 150 dan 200 mgkg bb dengan masing-masing persen penurunan 52,03; 56,26 dan 52,60. 4.6 Pengujian Efek Antidiabetes Nanopartikel Daun Sirih Merah NDSM dan Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah EEDSM dengan Metode Induksi Aloksan Mencit dibagi menjadi 8 kelompok yaitu kelompok Na-CMC 0,5 dosis 1 bb, NDSM dosis 100 mgkg bb, NDSM dosis 150 mgkg bb, NDSM dosis 200 mgkg bb, EEDSM dosis 100 mgkg bb, EEDSM dosis 150 mgkg bb, EEDSM dosis 200 mgkg bb, dan kelompok Metformin dosis 65 mgkg bb. Mencit dipuasakan selama 18 jam. Kemudian mencit diinduksi dengan aloksan dosis 150 mgkg bb secara intraperitonial, diamati tingkah laku dan bobot badan, serta diukur KGD pada hari ke-3 hingga hari berikutnya sampai menunjukkan kenaikan KGD dan mencit dapat mulai digunakan dalam pengujian. Mencit yang telah memiliki KGD ≥ 200 mgdL disebut mencit diabetes. Perlakuan diberikan selama 15 hari untuk melihat penurunan KGD mencit yang telah diabetes. Pemberian sediaan uji pada setiap kelompok mencit diabetes selanjutnya dianggap sebagai hari pertama. Hasil pengukuran KGD mencit pada metode induksi aloksan dapat dilihat pada Tabel 4.3. Universitas Sumatera Utara 37 Tabel 4.3 Data pengukuran kadar glukosa darah KGD mencit yang diinduksi aloksan Kelompok Uji Berat Badan rata-rata gram KGD Puasa rata-rata sebelum diinduksi aloksan mgdL KGD Puasa rata-rata setelah diinduksi aloksan mgdL KGD Setelah Perlakuan mgdL Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7 Hari ke-9 Hari ke-11 Hari ke-13 Hari ke-15 P1 27,98 76,60 283,00 289,20 306,80 319,60 331,40 340,00 344,80 351,20 P2 32,18 83,6 306,60 290,60 258,20 239,00 181,20 147,40 115,00 95,80 P3 29,56 82,2 321 285,6 261,8 247,2 188 142,6 106,8 94,2 P4 31,26 93 301,4 287,2 278,4 245,2 177,6 144,8 115,2 99,8 P5 31,34 86 306,4 287,8 264 233 197 155 135,8 109,6 P6 31,14 82,2 306,20 289,80 264,40 238,40 187,80 142,40 114,80 104,80 P7 29,24 82,8 326 305,6 292 271,4 238,6 170,4 143 122 P8 31,36 79,8 328 282 251,4 232,6 166,8 120,2 105,2

91,8

Universitas Sumatera Utara 38 Keterangan: P1 = Suspensi Na-CMC 0,5 P2, P3, dan P4 = Suspensi Nanopartikel daun sirih merah dosis 100, 150 dan 200 mgkg bb P5, P6 dan P7 = Suspensi Ekstrak etanol daun sirih merah dosis 100, 150 dan 200 mgkg bb P8 = Suspensi Metformin 65 mgkg bb Universitas Sumatera Utara 39 Gambar 4.4 Grafik penurunan KGD rata-rata dengan induksi aloksan 50 100 150 200 250 300 350 1 3 5 7 9 11 13 15 K ad ar gl u k os a d ar ah m g d L Waktu Hari Na‐CMC 0,5 NDSM 100 NDSM 150 NDSM 200 EEDSM 100 EEDSM 150 EEDSM 200 Metformin 65 mgkg bb Universitas Sumatera Utara 40 Pada grafik Gambar 4.4 menunjukkan KGD setelah diinduksi aloksan pada kelompok mencit yang diberikan suspensi Na-CMC 0,5 dosis 1 bb mengalami peningkatan pada hari ke- 15. Hal ini dikarenakan rusaknya sel β di pankreas yang disebabkan oleh aloksan sehingga KGD pun meningkat. Aloksan adalah suatu senyawa yang sering digunakan untuk penelitian diabetes menggunakan hewan percobaan yang dapat menyebabkan kerusakan fungsional irreversibel pada sel-sel beta pankreas dalam beberapa menit dan perubahan struktural dalam beberapa jam Rohilla dan Ali, 2012. Hasil analisis data Area Under the Curve AUC setiap perlakuan ditunjukkan pada Tabel 4.4 dan grafik hasil analisis data Area Under the Curve AUC setiap perlakuan ditunjukkan pada Gambar 4.5. Tabel 4.4 Hasil analisis data Area Under the Curve AUC Setiap Perlakuan No AUC KGD Setelah Perlakuan mgdl.hari Na- CMC 0,5 NDSM 100 mgkg bb NDSM 150 mgkg bb NDSM 200 mgkg bb EEDSM 100 mgkg bb EEDSM 150 mgkg bb EEDSM 200 mgkg bb Metformin 65 mgkg bb 1 4712 2930 2972 2901 3138 2880 3430 2761 2 4446 3004 2761 2903 2717 2915 3226 2737 3 4335 2849 2790 2949 2991 2886 3288 2734 4 4415 2826 2970 2871 2987 2913 3196 2738 5 4581 2717 2903 2866 2973 2837 3310 2711 Rata - rata 4497,8 2865,2 2879,2 2898 2961,2 2886,2 3290 2736,2 AUC adalah total jumlah obat yang ada dalam tubuh kadar obat dalam sirkulasi sistemik versus waktu. Nilai AUC menggambarkan derajat absorpsi, yakni berapa banyak obat di absorbsi dari sejumlah dosis yang diberikan Harianja, 2011. Universitas Sumatera Utara 41 Selanjutnya dilakukan analisis variansi terhadap hasil analisis data Area Under the Curve AUC setiap perlakuan. Gambar 4.5 Grafik hasil analisis data Area Under the Curve AUC setiap perlakuan. Untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antar perlakuan maka dilakukan uji beda rata-rata Tukey. Hasil perhitungan uji beda rata-rata Tukey AUC ditunjukkan pada Tabel 4.5 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 A U C mg d L Universitas Sumatera Utara 42 Tabel 4.5 Hasil perhitungan AUC berdasarkan uji beda rata-rata Tukey Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 4 Metformin 65 mgkg bb 5 2736.2000 NDSM 100 mgkg bb 5 2865.2000 2865.2000 NDSM 150 mgkg bb 5 2879.2000 2879.2000 EEDSM 150 mgkg bb 5 2886.2000 2886.2000 NDSM 200 mgkg bb 5 2898.0000 2898.0000 EEDSM 100 mgkg bb 5 2961.2000 EEDSM 200 mgkg bb 5 3290.0000 Na-CMC 0,5 5 4497.8000 Sig. .194 .780 1.000 1.000 Hasil analisis uji beda nyata rata-rata Tukey tampak bahwa pada pemberian NDSM dosis 100, 150 dan 200 mgkg bb dan EEDSM dosis 150 mgkg bb menunjukkan penurunan KGD yang tidak berbeda nyata dengan metformin 65 mgkg bb, sehingga pemberian NDSM dosis 100, 150 dan 200 mgkg bb dan EEDSM dosis 150 mgkg bb dapat menurunkan KGD, sedangkan pemberian EEDSM dosis 100, 200 mgkg bb dan Na-CMC 0,5 masih menunjukkan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai metformin 65 mgkg bb maupun NDSM dosis 100, 150 dan 200 mgkg bb dan EEDSM dosis 150 mgkg bb. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian NDSM 100 dan 150 mgkg bb didapatkan sebagai dosis efektif dalam menurunkan KGD. Hasil persen penurunan KGD mencit setelah diberi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.6. Universitas Sumatera Utara 43 Tabel 4.6 Hasil persen penurunan KGD rata-rata mencit setelah diinduksi aloksan Kelompok Uji penurunan rata-rata KGD mencit ± SD mgdL Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7 Hari ke-9 Hari ke-11 Hari ke-13 Hari ke-15 Kontrol Na- CMC 0,5 bv dosis 1 BB -2,18 ± 0,94 -8,51 ± 3,97 -13,00 ± 4,54 -17,18 ± 4,59 -20,23 ± 4,54 -21,93 ± 4,32 -24,21 ± 4,65 NDSM dosis 100 mgkg BB 4,57 ± 2,31 15,36 ± 4,84 22,66 ± 5,51 41,48 ± 8,47 53,59 ± 6,27 62,48 ± 1,37 68,75 ± 1,07 NDSM dosis 150 mgkg BB 11,01 ± 1,76 15,32 ± 2,33 22,92 ± 1,00 41,98 ± 5,64 55,79 ± 3,19 65,08 ± 1,94 69,20 ± 1,76 NDSM dosis 200 mgkg BB 4,69 ± 2,36 7,63 ± 1,01 18,62 ± 3,22 41,07 ± 1,11 51,91 ± 3,88 61,78 ± 1,01 66,88 ± 2,32 EEDSM dosis 100 mgkg BB 6,07 ± 1,44 13,86 ± 4,83 23,95 ± 3,67 35,73 ± 9,02 49,38 ± 9,47 55,65 ± 5,59 64,22 ± 3,93 EEDSM dosis 150 mgkg BB 8,85 ± 1,71 14,91 ± 1,97 22,68 ± 2,60 41,45 ± 3,85 53,47 ± 4,35 64,24 ± 1,33 67,36 ± 0,86 EEDSM dosis 200 mgkg BB 6,25 ± 1,35 10,37 ± 2,52 16,66 ± 4,01 26,74 ± 4,04 47,67 ± 3,28 56,18 ± 3,97 62,58 ± 2,41 Metformin 65 mgkg bb 14,00 ± 2,24 23,34 ± 2,33 29,05 ± 2,27 49,13 ± 1,62 63,35 ± 0,58 67,92 ± 1,01 72,00 ± 1,30 Data persentase penurunan KGD rata-rata mencit antar individu dianalisa secara statistik dengan metode ANOVA lalu dilanjutkan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan yang nyata antar perlakuan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pada hari ke-3, NDSM dosis 100, 150 dan 200 mgkg bb dan EEDSM dosis 100, 150, 200 mgkg bb telah menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan kontrol Na-CMC 1 bb p 0,05. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6 Grafik hasil persentase penurunan KGD rata-rata mencit antar individu setelah diinduksi aloksan Pada hari ke-3 NDSM 150 mgkg bb menunjukkan terjadi penurunan KGD 11,01 dan tidak memberikan perbedaan yang signifikan dengan kelompok metformin 65 mgkg bb, dengan nilai signifikan 0,198 p 0,05. Sedangkan pada hari ke-7 NDSM 100 dan 150 mgkg bb, EEDSM 100, 150 mgkg bb menunjukkan terjadi penurunan KGD masing-masing 22,66; ‐10 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Hari ke‐3 Hari ke‐5 Hari ke‐7 Hari ke‐9 Hari ke‐11 Hari ke‐13 Hari ke‐15 P e rs e n P e n u ru n a n K G D Waktu NDSM 100 mgkg BB NDSM 150 mgkg BB NDSM 200 mgkg BB EEDSM 100 mgkg BB EEDSM 150 mgkg BB EEDSM 200 mgkg BB Metformin 65 mgkg BB Universitas Sumatera Utara 45 22,92; 23,95 dan 22,68 dan tidak memberikan perbedaan yang signifikan dengan kelompok metformin 65 mgkg bb p 0,05. Pada hari ke-15 NDSM 100, 150 dan 200 mgkg bb menunjukkan terjadi penurunan KGD dan tidak memberikan perbedaan yang signifikan dengan kelompok metformin 65 mgkg bb p 0,05 dengan masing-masing persentase penurunan KGD 68,75; 69,20 dan 66,88. Dan pada EEDSM dosis 100, 150 dan 200 mgkg bb memberikan perbedaan yang signifikan dengan kelompok metformin 65 mgkg bb p 0,05 . Hal ini menyatakan bahwa NDSM dosis 100, 150 mgkg bb lebih efektif menurunkan KGD pada mencit yang diinduksi aloksan dibandingkan dengan NDSM dosis 200 mgkg bb dan EEDSM dosis 100, 150 dan 200 mgkg bb. Peningkatan dosis obat seharusnya meningkatkan respon yang sebanding dengan dosis yang ditingkatkan, namun dengan peningkatan dosis respon akhirnya menurun karena sudah tercapainya dosis yang sudah tidak dapat meningkatkan respon lagi Bourne dan Zastrow, 2001. Hal ini karena telah jenuhnya reseptor yang berikatan dan terjadinya interaksi dengan senyawa kimia yang terkandung didalam daun sirih merah. Jika reseptor telah jenuh, maka peningkatan dosis tidak bisa mencapai efek maksimumnya. Nanopartikel adalah partikel dengan ukuran 1-1000 nanometer Fernandez, 2011; Handayani, et al., 2010. Secara umum nanopartikel adalah partikel berukuran 10-1000 nanometer Soppimath, 2001. Hasil analisis ukuran partikel simplisia daun sirih merah berukuran antara 1-1000 nanometer maka mempengaruhi pelepasan zat aktif dalam tubuh mudah dan mudah diabsorpsi dalam tubuh. Universitas Sumatera Utara 46 Dari penelitian-penelitian sebelumnya mengatakan bahwa Ekstrak daun sirih merah Piper crocatum dengan dosis 50, 100 dan 200 mgkg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus, dari hasil analisis statistik ekstrak etanol daun sirih merah dengan dosis 100 mgkg bb sebanding dengan pemberian glibenklamid dosis 1 mlkg bb Sitepu, 2010. Dan penelitian lainnya diketahui bahwa daun sirih merah mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan triterpenoidsteroid, dan hasil isolasi diperoleh senyawa flavonoid yaitu flavonol, flavon dan isoflavon Ria, 2012. Dari buku “A review of natural product and plants as potensial antidiabetic” dilaporkan bahwa senyawa alkaloid dan flavonoid memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurunan kadar glukosa darah Hidayat, 2013. Selain itu ada penelitian juga yang mengatakan bahwa Daun Sirih Merah mempunyai aktivitas antioksidan yang cukup tinggi sehingga dapat bertindak sebagai penangkap radikal hidroksil dan superoksida dalam tubuh Serlahwaty, et al., 2011. Kondisi ini dapat menetralisir dan mencegah kerusakan pada sel beta pankreas karena pemberian aloksan. Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap ekstrak etanol daun sirih merah mengandung senyawa flavonol yang bersifat antioksidan. Antioksidan dapat mengikat radikal hid roksil yang merusak sel β pulau langerhans pankreas. Sehingga produksi insulin akan menjadi maksimal. Universitas Sumatera Utara 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan