4
mengidentifikasi hubungan spiritualitas dengan kualitas hidup lansia di Lingkungan IX Kelurahan Petisah Hulu Medan.
1.2 Tujuan penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan sebagai berikut: 1
Untuk mengidentifikasi spiritualitas lansia di Lingkungan IX Kelurahan Petisah Hulu Medan
2 Untuk mengidentifikasi kualitas hidup lansia di Lingkungan IX
Kelurahan Petisah Hulu Medan 3
Untuk mengidentifikasi hubungan spiritualitas dengan kualitas hidup lansia di Lingkungan IX Kelurahan Petisah Hulu Medan
1.3 Pertanyaan penelitian
1 Bagaimana spiritualitas lansia di Lingkungan IX Kelurahan Petisah
Hulu Medan? 2
Bagaimana kualitas hidup lansia di Lingkungan IX Kelurahan Petisah Hulu Medan?
3 Apakah ada hubungan spiritualitas dengan kualitas hidup lansia di
Lingkungan IX Kelurahan Petisah Hulu Medan?
1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Bagi praktik keperawatan
Penelitian ini akan dapat memberikan informasi tentang hubungan spiritualitas dengan kualitas hidup lansia, dengan diketahuinya dapat
menjadi dasar bagi perawat untuk menerapkan spiritualitas dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia di masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
5
1.4.2 Bagi pendidikan keperawatan
Penelitian ini dapat menjadi informasi atau masukan yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan terutama pada bagian keperawatan
gerontik yang berkaitan dengan spiritualitas dan kualitas hidup lansia di komunitas.
1.4.3 Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan informasi atau masukan yang berguna untuk mengetahui hubungan spiritualitas dengan kualitas hidup lansia. Namun
dalam penelitian ini belum dibahas perbedaan spiritualitas berdasarkan jenis kelamin yang dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lansia 2.1.1 Defenisi lansia
Lanjut usia atau lansia adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode
yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat Hurlock, 1999. Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial UU No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan. Pengertian dan pengelolaan lansia menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang lansia sebagai berikut : a. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas
b. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
c. Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain Deputi I
Menkokesra, 1998.
2.1.2 Pembagian lansia
Menurut Depkes RI batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu pertengahan umur usia lanjutvirilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45-54 tahun, usia lanjut diniprasenium yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55-
64 tahun, kelompok usia lanjutsenium usia 65 tahun keatas dan usia lanjut
Universitas Sumatera Utara
7
dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil tinggal di panti, menderita
penyakit berat, atau cacat Mutiara, 1996. Menurut organisasi kesehatan dunia WHO meliputi usia pertengahan Middle age antara 45-59 tahun, usia lanjut
Elderly antara 60-74 tahun, dan usia lanjut tua antara 75–90 tahun, serta usia sangat tua very old diatas 90 tahun Nugroho, 2008.
Menurut pasal 1 undang- undang no. 4 tahun 1965 : “ seseorang dinyatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut setelah yang bersangkutan berusia 55 tahun,
tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari- hari, dan menerima nafkah dari orang lain ”.
2.1.3 Teori-teori penuaan
Terdapat banyak teori tentang penuaan yaitu teori biologis dan teori psikologis. Teori-teori biologis terdiri dari teori seluler, teori radikal bebas, teori
cross–link, dan teori imunologis. Teori-teori psikologis terdiri dari teori
pembebasan, teori aktifitas, dan teori kesinambungan. 2.1.3.1 Teori Biologis
1. Teori seluler
Teori ini menyatakan bahwa kemampuan sel yang hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel tubuh diprogram untuk membelah
sekitar 50 kali. Bila sebuah sel pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi jumlah sel yang akan membelah akan terlihat
sedikit Spence Mason 1992 dalam Watson, 2003. Pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, justru
Universitas Sumatera Utara
8
kemampuan sel akan menurun sesuai dengan bertambahnya usia Watson, 2003. Sedangkan pada sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan jantung, sel pada
jaringan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko mengalami
penuaan dan memiliki kemampuan yang rendah untuk tumbuh dan memperbaiki diri dan sel dalam tubuh seseorang ternyata cenderung mengalami kerusakan dan
akhirnya sel akan mati karena sel tidak dapat membelah lagi Watson, 2003.
2. Teori radikal bebas
Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang merupakan bagian molekul yang sangat aktif. Molekul ini memiliki muatan ekstraseluler kuat yang
dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengubah bentuk dan sifatnya, molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membran sel,
mempengaruhi permeabilitas, atau dapat berikatan dengan organel sel. Proses metabolisme oksigen diperkirakan menjadi sumber radikal bebas terbesar, secara
spesifik, oksidasi lemak, protein, dan karbohidrat dalam tubuh menyebabkan formasi radikal bebas. Polutan lingkungan merupakan sumber eksternal radikal
bebas Potter Perry, 2005.
3. Teori cross–link
Teori cross–link ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan elastis, komponen jarigan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan rigiditas
sel, cross–linkage diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa antara molekul–molekul yang normal terpisah. Kulit yang menua merupakan
contoh cross–linkage jaringan ikat terikat usia meliputi penurunan kekuatan daya
Universitas Sumatera Utara
9
rentang dinding arteri, tanggalnya gigi, dan tendon kering dan berserat Potter Perry, 2005.
4. Teori imunologis
Mekanisme seluler tidak teratur diperkirakan menyebabkan serangan pada jaringan tubuh melalui autoagresi atau imunodefisiensi penurunan imun. Tubuh
kehilangan kemampuan untuk membedakan proteinnya sendiri dengan protein asing, sistem imun menyerang dan menghancurkan jaringan sendiri pada
kecepatan yang meningkat secara bertahap. Dengan bertambahnya usia, kemampuan sistem imun untuk menghancurkan bakteri, virus, dan jamur
melemah, bahkan sistem ini mungkin tidak tahan terhadap serangannya sehingga sel mutasi terbentuk beberapa kali. Disfungsi sistem imun ini diperkirakan
menjadi faktor dalam perkembangan penyakit kronis seperti kanker, diabetes, dan penyakit kardiovaskuler, serta infeksi Potter Perry, 2005.
2.1.3.2 Teori psikologis 1. Teori
disengangement pembebasan
Menyatakan bahwa orang yang menua menarik diri dari peran yang biasanya dan terikat pada aktivitas yang lebih intropeksi dan berfokus diri sendiri,
meliputi empat konsep dasar yaitu :
a. Individu yang menua dan masyarakat secara bersama saling menarik
diri b.
Disengangement adalah intrinsik dan tidak dapat diletakkan secara biologis dan psikologis
c. Disengangement dianggap perlu untuk proses penuaan
Universitas Sumatera Utara
10
d. Disengangement bermanfaat baik bagi lansia dan masyarakat Potter
Perry, 2005.
2. Teori aktifitas
Lansia dengan keterlibatan sosial yang lebih besar memiliki semangat dan kepuasan hidup yang tinggi, penyesuaian serta kesehatan mental yang lebih positif
dari pada lansia yang kurang terlibat secara sosial Potter Perry 2005. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari
usia pertengahan ke usia lanjut Nugroho, 2008.
3. Teori kontinuitas kesinambungan
Teori kontinuitas atau teori kesinambungan menyatakan bahwa kepribadiaan tetap sama dan perilaku menjadi lebih mudah diprediksi seiring
penuaan. Kepribadian dan pola perilaku yang berkembang sepanjang kehidupan menentukan derajat keterikatan dan aktivitas pada masa lanjut usia Potter
Perry, 2005.
2.1.4 Perubahan yang terjadi pada lansia
Darmojo dan Martono 2006 mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan–lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki dirimengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas termasuk infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Nugroho 2008 menyatakan terdapat banyak perubahan yang terjadi pada lanjut usia mencakup perubahan-perubahan fisik, mental,
psikososial, dan spiritual.
Universitas Sumatera Utara
11
2.1.4.1 Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan pada lansia makin berintegrasi dalam kehidupannya. Lansia semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini
dilihat dalam berfikir dan bertindak sehari- hari Nugroho, 2008. Spiritualitas pada lansia bersifat universal, intrinsik dan merupakan proses individual yang
berkembang sepanjang rentang kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan terdapat pada kehidupan lansia, keseimbangan hidup tersebut dipertahankan
sebagian oleh efek positif harapan dari kehilangan tersebut. Lansia yang telah mempelajari cara menghadapi perubahan hidup melalui mekanisme pendekatan
spiritual akhirnya dihadapkan pada tantangan akhir yaitu kematian. Harapan memungkinkan individu dengan keimanan spiritual atau religius untuk bersiap
krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian. Satu hal pada lansia yang diketahui sedikit berbeda dari orang yang lebih
muda yaitu sikap mereka terhadap kematian. Hal ini menunjukkan bahwa lansia cenderung tidak terlalu takut terhadap konsep dan relitas kematian. Pada tahap
perkembangan usia lanjut merasakan atau sadar akan kematian.
2.2 Spiritualitas 2.2.1 Defenisi spiritualitas
Spiritualitas adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan
dasar tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan
spiritualitas seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan,
Universitas Sumatera Utara
12
sukacita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas Maslow 1970, dikutip dari Prijosaksono 2003.
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta Hamid, 2009. Spiritualitas juga disebut sebagai
sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap
orang lain, menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang seseorang. Spiritualitas adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan.
Menurut Mickley et al 1992 menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial
berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Spiritualitas
sebagai konsep dua dimensi, dimensi vertikal sebagai hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi
horizontal adalah hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain dan hubungan dengan lingkungan. Terdapat hubungan terus-menerus antara dua
dimensi tersebut Stoll, 1989; dikutip dari Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 1995. Beberapa istilah yang membantu dalam pemahaman tentang spiritualitas
yaitu kesehatan spiritualitas adalah rasa keharmonisan saling kedekatan antara diri dengan orang lain, alam, dan lingkungan yang tertinggi Hungelmann et al, 1985
dalam Potter Perry, 1995. Ketidakseimbangan spiritualitas Spirituality Disequilibrium adalah sebuah kekacauan jiwa yang terjadi ketika kepercayaan
yang dipegang teguh tergoncang hebat. Kekacauan ini seringkali muncul ketika
Universitas Sumatera Utara
13
penyakit yang mengancam hidup berhasil didiagnosis Taylor, 2002 dikutip dari Young, 2007.
2.2.2 Karakteristik spiritualitas
Terdapat beberapa karakteristik spiritualitas yang meliputi :
1. Hubungan dengan Tuhan
Meliputi agama maupun tidak agamais. Keadaan ini menyangkut sembahyang dan berdoa, keikutsertaan dalam kegiatan ibadah, perlengkapan
keagamaan, serta bersatu dengan alam Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 1995. Dapat disimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualitas apabila
mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di duniakehidupan, mengembangkan arti penderitaan serta meyakini hikmah dari
satu kejadian atau penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis, membina integritas personal dan merasa diri berharga, merasakan kehidupan yang
terarah terlihat melalui harapan dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif Hamid, 2009.
2. Hubungan dengan diri sendiri
Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang
menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri sendiri. Kekuatan yang
timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif,
Universitas Sumatera Utara
14
kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 1995.
Kepercayaan Faith . Menurut Fowler dan keen 1985 kepercayaan
bersifat universal, dimana merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan dengan pikiran yang logis. Kepercayaan dapat
memberikan arti hidup dan kekuatan bagi individu ketika mengalami kesulitan atau stres. Mempunyai kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap
sesuatu atau seseorang sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih luas.
Harapan Hope . Harapan berhubungan dengan ketidakpastian dalam
hidup dan merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubungan saling percaya dengan orang lain, termasuk dengan Tuhan. Harapan sangat
penting bagi individu untuk mempertahankan hidup, tanpa harapan banyak orang menjadi depresi dan lebih cenderung terkena penyakit Grimm, 1991
Makna atau arti dalam hidup Meaning of live. Perasaan mengetahui
makna hidup, yang kadang diidentikan dengan perasaan dekat dengan Tuhan, merasakan hidup sebagai suatu pengalaman yang positif seperti membicarakan
tentang situasi yang nyata, membuat hidup lebih terarah, penuh harapan tentang masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh orang lain Puchalski, 2004.
3. Hubungan dengan orang lain
Hubungan ini terbagi atas harmonis dan tidak harmonisnya hubungan dengan orang lain. Keadaan harmonis meliputi pembagian waktu, pengetahuan
dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, mengasuh orang tua dan orang
Universitas Sumatera Utara
15
yang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian. Sedangkan kondisi yang tidak harmonis mencakup konflik dengan orang lain dan resolusi yang menimbulkan
ketidakharmonisan dan friksi, serta keterbatasan asosiasi Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 1995.
Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan
kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan, dan lain sebagainya. Dengan demikian apabila seseorang mengalami kekurangan ataupun mengalami stres,
maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis dan sosial Carm Carm, 2000.
Maaf dan pengampunan forgiveness. Menyadari kemampuan untuk
menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri seperti marah, mengingkari, rasa bersalah, malu, bingung, meyakini bahwa Tuhan sedang
menghukum serta mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan. Dengan pengampunan, seorang individu dapat
meningkatkan koping terhadap stres, cemas, depresi dan tekanan emosional, penyakit fisik serta meningkatkan perilaku sehat dan perasaan damai Puchalski,
2004.
Cinta kasih dan dukungan sosial Love and social support. Keinginan
untuk menjalin dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat
memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit. Seseorang yang mempunyai pengalaman cinta kasih dan dukungan sosial yang
Universitas Sumatera Utara
16
kuat cenderung untuk menentang perilaku tidak sehat dan melindungi individu dari penyakit jantung Hart, 2002.
d. Hubungan dengan alam
Harmoni merupakan gambaran hubungan seseorang dengan alam yang meliputi pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan
berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam tersebut Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 1995.
Rekreasi Joy. Rekreasi merupakan kebutuhan spiritualitas seseorang
dalam menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan cinta kasih. Dengan rekreasi seseorang dapat menyelaraskan antara jasmani dan rohani
sehingga timbul perasaan kesenangan dan kepuasaan dalam pemenuhan hal-hal yang dianggap penting dalam hidup seperti nonton televisi, dengar musik, olah
raga dan lain-lain Puchalski, 2004.
Kedamaian Peace. Kedamaian merupakan keadilan, rasa kasihan dan
kesatuan. Dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan Hamid, 2009.
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi spiritualitas
Menurut Taylor 1997 dan Craven Hirnle 1996 dalam Hamid 2009, faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah
1. Tahap perkembangan
Spiritualitas berhubungan dengan kekuasaan non material, seseorang harus memiliki beberapa kemampuan berfikir abstrak sebelum mulai mengerti spiritual
Universitas Sumatera Utara
17
dan menggali suatu hubungan dengan Yang Maha Kuasa. Hal ini bukan berarti bahwa spiritualitas tidak memiliki makna bagi seseorang.
2. Peranan keluarga penting dalam perkembangan spiritual individu
Tidak begitu banyak yang diajarkan keluarga tentang Tuhan dan agama, tapi individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari tingkah laku
keluarganya. Oleh karena itu keluarga merupakan lingkungan terdekat dan dunia pertama dimana individu mempunyai pandangan, pengalaman tehadap dunia yang
diwarnai oleh pengalaman dengan keluarganya.
3. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual
keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan
keagamaan.
4. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi spiritual sesorang dan sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang
mengartikan secara spiritual pengalaman tersebut. Peristiwa dalam kehidupan seseorang dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia
menguji imannya. 5. Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalam spiritualitas seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadi penyakit, penderitaan, proses
Universitas Sumatera Utara
18
spenuaan, kehilangan dan bahkan kematian, khususnya pada pasien dengan penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan
dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritualitas yang bersifat fiskal dan emosional.
6. Terpisah dari ikatan spiritualitas
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial.
Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan
keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan dukungan setiap saat diinginkan.
7. Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukan kebesaran-Nya, walaupun ada juga agama yang menolak
intervensi pengobatan.
2.2.4 Perkembangan spiritualitas pada lansia
Perkembangan spiritualitas mencakup perkembangan perasaan identitas, penciptaan dan pemeliharaan relasi yang bermakna dengan orang lain dan yang
ilahi, menghargai alam, dan mengembangkan suatu kesadaran transendental. Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk
kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena
pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain saudara, sahabat
Universitas Sumatera Utara
19
menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan,
berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan Hamid,
2009.
2.3 Kualitas hidup 2.3.1 Defenisi kualitas hidup.
Kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang merujuk pada emosional, sosial dan kesejahteraan fisik seseorang, juga kemampuan mereka untuk berfungsi
dalam kehidupan sehari-hari Donald, 2001. Kualitas hidup merupakan persepsi individu dari posisi laki-lakiwanita dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan
sistem nilai dimana laki-lakiwanita itu tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini merupakan konsep
tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik seseorang, status psikologis, hubungan sosial, dan hubungan terhadap lingkungan WHO, 2004.
Kualitas hidup dapat diartikan sebagai derajat dimana seseorang menikmati kemungkinan dalam hidupnya, kenikmatan tersebut memiliki dua komponen yaitu
pengalaman, kepuasan dan kepemilikan atau pencapaian beberapa karakteristik dan kemungkinan-kemungkinan tersebut merupakan hasil dari kesempatan dan
keterbatasan setiap orang dalam hidupnya dan merefleksikan interaksi faktor personal lingkungan Chang, Viktor, Weissman, 2004.
Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto, kualitas hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi
Universitas Sumatera Utara
20
dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki kesempatan dan keterbatasan dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan. Sedangkan
kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan dan kepemilikan atau prestasi Universitas Toronto, 2004.
Menurut Kreitler Ben 2004 dikutip dari Nofitri 2009 kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam
bidang kehidupan. Lebih spesifiknya adalah penilaian individu terhadap posisi mereka di dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan system nilai dimana
mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian individu.
2.3.2 Komponen kualitas hidup menurut World Health Organization Quality
Of Life WHOQOL – BREF
World Health Organization Quality Of Life WHOQOL – BREF membagi kualitas hidup dalam empat domain yaitu fisik, psikologis, hubungan sosial, dan
lingkungan WHO, 2004.
1. Domain fisik
WHOQOL membagi domain fisik pada tiga bagian, yaitu: a.
Nyeri dan ketidaknyamanan Aspek ini mengeksplor sensasi fisik yang tidak menyenangkan yang dialami
individu, dan selanjutnya berubah menjadi sensasi yang menyedihkan dan mempengaruhi hidup individu tersebut. Sensasi yang tidak menyenangkan
meliputi kekakuan, sakit, nyeri dengan durasi lama atau pendek, bahkan penyakit
Universitas Sumatera Utara
21
gatal juga termasuk. Diputuskan nyeri bila individu mengatakan nyeri, walaupun tidak ada alasan medis yang membuktikannya WHO, 2004.
b. Tenaga dan lelah Aspek ini mengeksplor tenaga, antusiasme dan keinginan individu untuk
selalu dapat melakukan aktivitas sehari-hari, sebaik aktivitas lain seperti rekreasi. Kelelahan membuat individu tidak mampu mencapai kekuatan yang cukup untuk
merasakan hidup yang sebenarnya. Kelelahan merupakan akibat dari beberapa hal seperti sakit, depresi, atau pekerjaan yang terlalu berat WHO, 2004.
c. Tidur dan istirahat Aspek ini fokus pada seberapa banyak tidur dan istirahat. Masalah tidur
termasuk kesulitan untuk pergi tidur, bangun tengah malam, bangun di pagi hari dan tidak dapat kembali tidur dan kurang segar saat bangun di pagi hari WHO,
2004.
2. Domain Psikologis
WHOQOL membagi domain psikologis pada lima bagian, yaitu: a.
Perasaan positif Aspek ini menguji seberapa banyak pengalaman perasaan positif individu
dari kesukaan, keseimbangan, kedamaian, kegembiraan, harapan, kesenangan dan kenikmatan dari hal-hal baik dalam hidup. Pandangan individu, dan perasaan pada
masa depan merupakan bagian penting dari segi ini WHO, 2004. b.
Berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi Aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap pemikiran,
pembelajaran, ingatan, konsentrasi dan kemampuannya dalam membuat
Universitas Sumatera Utara
22
keputusan. Hal ini juga termasuk kecepatan dan kejelasan individu memberikan gagasan WHO, 2004.
c. Harga diri
Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang diri mereka sendiri. Hal ini bisa saja memiliki jarak dari perasaan positif sampai perasaan yang
ekstrim negatif tentang diri mereka sendiri. Perasaan seseorang dari harga sebagai individu dieksplor. Aspek dari harga diri fokus dengan perasaan individu dari
kekuatan diri, kepuasan dengan diri dan kendali diri WHO, 2004. d.
Gambaran diri dan penampilan Aspek ini menguji pandangan individu dengan tubuhnya. Apakah
penampilan tubuh kelihatan positif atau negatif. Fokus pada kepuasan individu dengan penampilan dan akibat yang dimilikinya pada konsep diri. Hal ini
termasuk perluasan dimana apabila ada bagian tubuh yang cacat akan bisa dikoreksi misalnya dengan berdandan, berpakaian, menggunakan organ buatan
dan sebagainya WHO, 2004. e.
Perasaan negatif Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman perasaan negatif
individu, termasuk patah semangat, perasaan berdosa, kesedihan, keputusasaan, kegelisahan, kecemasan, dan kurang bahagia dalam hidup. Segi ini termasuk
pertimbangan dari seberapa menyedihkan perasaan negatif dan akibatnya pada fungsi keseharian individu WHO, 2004.
Universitas Sumatera Utara
23
3. Domain Hubungan sosial
WHOQOL membagi domain hubungan sosial pada tiga bagian, yaitu: a.
Hubungan perorangan Aspek ini menguji tingkatan perasaan individu pada persahabatan, cinta, dan
dukungan dari hubungan yang dekat dalam kehidupannya. Aspek ini termasuk pada kemampuan dan kesempatan untuk mencintai, dicintai dan lebih dekat
dengan orang lain secara emosi dan fisik. Tingkatan dimana individu merasa mereka bisa berbagi pengalaman baik senang maupun sedih dengan orang yang
dicintai. WHO, 2004. b.
Dukungan sosial Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung jawab,
dukungan, dan tersedianya bantuan dari keluarga dan teman. Aspek ini fokus pada seberapa banyak yang individu rasakan pada dukungan keluarga dan teman,
faktanya pada tingkatan mana individu tergantung pada dukungan di saat sulit WHO, 2004.
c. Aktivitas seksual Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan dimana
individu dapat mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang tepat WHO, 2004.
Universitas Sumatera Utara
24
4. Domain Lingkungan
WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian, yaitu: a.
Keamanan fisik dan keamanan Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan dari kejahatan fisik.
Ancaman pada keamanan bisa timbul dari beberapa sumber seperti tekanan orang lain atau politik. Aspek ini berhubungan langsung dengan perasaan kebebasan
individu WHO, 2004. b.
Lingkungan rumah Aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana individu tinggal tempat
berlindung dan menjaga barang-barang. Kualitas sebuah rumah dapat dinilai pada kenyamanan, tempat teraman individu untuk tinggal WHO, 2004.
c. Sumber penghasilan
Aspek ini mengeksplor pandangan individu pada sumber penghasilan dan sumber penghasilan dari tempat lain. Fokusnya pada apakah individu dapat
mengahasilkan atau tidak dimana berakibat pada kualitas hidup WHO, 2004. d.
Kesehatan dan perhatian sosial: ketersediaan dan kualitas Aspek ini menguji pandangan individu pada kesehatan dan perhatian sosial
di kedekatan sekitar. Dekat berarti berapa lama waktu yang diperlukan untuk mendapatkan bantuan WHO, 2004.
e. Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan
Aspek ini menguji kesempatan individu dan keinginan untuk mempelajari keterampilan baru, mendapatkan pengetahuan baru, dan peka pada apa yang
Universitas Sumatera Utara
25
terjadi. Termasuk program pendidikan formal, atau pembelajaran orang dewasa atau aktivitas di waktu luang, baik dalam kelompok atau sendiri WHO, 2004.
f. Patisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang
Aspek ini mengeksplor kemampuan individu, kesempatan dan keinginan untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan dan relaksasi WHO, 2004.
g. Lingkungan fisik polusi keributan kemacetan iklim
Aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungannya. Hal ini mencakup kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan dimana pelayanan ini
dapat meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup WHO, 2004. h.
Transportasi Aspek ini menguji pandangan individu pada seberapa mudah untuk
menemukan dan menggunakan pelayanan transportasi WHO, 2004.
2.3.3 Pengukuran Kualitas Hidup
Pengukuran kualitas hidup meliputi empat domain kualitas hidup yaitu domain fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial dan domain lingkungan.
Pengukuran kualitas hidup yaitu semakin tinggi nilainya semakin baik kualitas hidupnya dan nilai mean dari keempat domain menunjukan persepsi individu pada
kualitas hidup masing-masing. Pengukuran kualitas hidup tersebut dibuat dalam bentuk kuisioner yang diadopsi dari The World Health Organization Quality of
Life WHOQOL - BREF WHO, 2004.
Universitas Sumatera Utara
26
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini bertujuan untuk memperlihatkan hubungan spiritualitas hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang
lain, dan hubungan dengan alam dengan kualitas hidup domain fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial, dan domain lingkungan lansia.
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta Hamid, 2009. Menurut Mickley et al 1992,
spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan,
sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Spiritualitas sebagai konsep dua dimensi, dimensi vertikal
sebagai hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan lingkungan. Terdapat hubungan terus-menerus antara dua dimensi tersebut Stoll, 1989; dikutip dari Kozier, Erb, Blais
Wilkinson, 1995. Perubahan spiritualitas merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi kualitas hidup lansia WHO, 2004.
Kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang merujuk pada emosional, sosial dan kesejahteraan fisik seseorang, juga kemampuan mereka untuk berfungsi
dalam kehidupan sehari-hari Donald, 2001. Kualitas hidup merupakan persepsi individu dari posisi laki-lakiwanita dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan
Universitas Sumatera Utara
27
sistem nilai dimana laki-lakiwanita itu tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Komponen kualitas hidup
yaitu domain fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial, dan domain lingkungan WHO, 2004.
Konsep kerja dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Skema 1. Kerangka penelitian hubungan spiritualitas dengan kualitas hidup lansia
Spiritualitas
• Hubungan dengan Tuhan • Hubungan dengan diri
sendiri • Hubungan dengan orang
lain • Hubungan dengan alam
atau lingkungan
Kualitas Hidup
Domain Fisik
Domain Hubungan Sosial
Domain Lingkungan
Domain Psikologis
Universitas Sumatera Utara
28
3.2 Defenisi Operasional No