Kualitas hidup lansia di Lingkungan IX Kelurahan Petisah Hulu Medan

47 Spiritualitas lansia dalam karakteristik hubungan dengan alam yaitu 28 responden memiliki spiritualitas yang tinggi 70 dan 12 responden memiliki spiritualitas yang rendah 30. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Puchalski 2004 bahwa dengan rekreasi seseorang dapat menyelaraskan antara jasmani dan rohani sehingga timbul perasaan kesenangan dan kepuasaan dalam pemenuhan hal-hal yang dianggap penting dalam hidup seperti nonton televisi, dengar musik, olah raga dan lain-lain.

5.2.2 Kualitas hidup lansia di Lingkungan IX Kelurahan Petisah Hulu Medan

Hasil penelitian kualitas hidup lansia di Lingkungan IX Kelurahan Petisah Hulu Medan terhadap 31 responden memiliki kualitas hidup yang baik 77.5 dan 9 responden memiliki spiritualitas yang cukup 22.5. Hal ini menunjukkan lebih dari setengah responden memiliki kualitas hidup yang baik dan lansia yang merasa puas terhadap kesehatannya menyatakan biasa-biasa saja sebanyak 25 responden 62.5. Kualitas hidup merupakan persepsi individu dari posisi laki- lakiwanita dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana laki-lakiwanita itu tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini merupakan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik seseorang, status psikologis, hubungan sosial, dan hubungan terhadap lingkungan WHO, 2004.Hasil penelitian ini dikuatkan oleh Coons dan Kaplan 1994 dalam Larasati 2009 mengatakan bahwa setiap orang memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan Universitas Sumatera Utara 48 yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika dihadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya. Jenis kelamin dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan 30 responden 75. Hasil penelitian ini dikuatkan oleh penelitian Wahl, dkk 2004 menemukan bahwa kualitas hidup perempuan cenderung lebih baik dari pada laki-laki. Hal ini bertentangan dengan penelitian Bain,dkk 2003 menemukan adanya perbedaan antara kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan, dimana kualitas laki-laki cenderung lebih baik kualitas hidup perempuan. Hasil penelitian menunjukkan status jandaduda tidak mempengaruhi kualitas hidup lansia di Lingkungan IX dikarenakan lansia tinggal bersama anaknya dan adanya dukungan keluarga terhadap kesehatan lansia meskipun lansia kehilangan pasangannya. Hasil penelitian ini dikuatkan Cobb dalam Kuntjoro 2002 bahwa dengan dukungan sosial akan membuat seseorang dengan sikap merasakan kenyamanan, perhatian, penghargaan dapat menolong orang tersebut menerima kondisinya. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil empiris di Amerika yang secara umum menunjukan bahwa individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih baik daripada individu yang tidak menikah, bercerai, ataupun jandaduda akibat pasangan meninggal Campbell, Converse Roger, 1976; Clemente Sauer, 1976; Glenn Weaver, 1981 dalam Syam, 2010. Hasil penelitian kualitas hidup lansia dalam empat domain menunjukkan kualitas hidup lansia baik. Domain fisik menunjukkan 31 responden memiliki Universitas Sumatera Utara 49 kualitas hidup yang baik 77.5 dan 9 responden memiliki kualitas hidup yang cukup 22.5. Hasil penelitian ini dikuatkan oleh Hurlock 1999 bahwa pada usia lanjut mereka akan membangun ikatan dengan sesama kelompok usia mereka untuk menghindari kesepian akibat ditinggalkan anak yang tumbuh besar dan masa pensiun. Seperti yang dikatakan Kuntjoro 2002 perubahan dalam peran sosial dimasyarakat, lansia sebaiknya selalu diajak untuk melakukan aktivitas dan memiliki peranan dimasyarakat, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan membuat lansia menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang- kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, dan merengek-rengek bila bertemu dengan orang lain. Domain psikologis yaitu 35 responden memiliki kualitas hidup yang baik 87.5 dan 5 responden memiliki kualitas hidup yang cukup 12.5. Mayoritas lansia mengatakan tidak pernah memiliki perasaan negative seperti ‘feeling blue’ kesepian, putus asa, cemas dan depresi 80. Hal ini berbeda dengan yang dikatakan Kuntjoro 2002 bahwa akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi membungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan dan depresi. Domain hubungan sosial yaitu 37 responden memiliki kualitas hidup yang cukup 92.5 dan 3 responden memiliki kualitas hidup yang baik 7.5. Hal ini dikarenakan kebanyakan responden berstatus jandaduda 32 responden 80. Hal Universitas Sumatera Utara 50 ini berkaitan dengan pertanyaan mengenai kehidupan seksual yang tidak terpenuhi karena kehilangan pasangan yang dicintai dan mayoritas lansia mengatakan merasa sangat tidak memuaskan 80. Hal ini sesuai dengan Kuntjoro 2002 yang mengatakan bahwa pada lansia terjadi penurunan fungsi dan potensial seksual, hal ini disebabkan faktor psikologis yang menyertai lansia seperti rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual, sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya, kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya, pasangan hidup telah meninggal, dan disfungsi seksual. Responden memiliki hubungan personal yang baik dikarenakan responden tinggal bersama keluarga dan adanya dukungan keluarga terhadap kesehatan lansia. Hal ini dikuatkan Kuntjoro 2002 menyatakan bahwa pada umumnya lansia yang berbudaya ketimuran yang memiliki keluarga masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu care dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Domain lingkungan yaitu 37 responden memiliki kualitas hidup yang baik 92.5 dan 3 responden memiliki kualitas hidup yang cukup 7.5. Lansia merasakan kenyamanan dan keamanan tinggal di Lingkungan IX. Hasil penelitian ini dikuatkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto 2004 mengidentifikasikan Leisure becoming sebagai aktivitas yang menimbulkan relaksasi dan penurunan stres seperti permainan kartu, pembicaraan dengan tetangga, kunjungan keluarga, aktivitas kelompok, dan aktivitas dengan durasi yang lama seperti liburan. Universitas Sumatera Utara 51 5.2.3 Hubungan spiritualitas dengan kualitas hidup lansia di Lingkungan IX Kelurahan Petisah Hulu Medan Hasil penelitian hubungan spiritualitas dengan kualitas hidup lansia menggunakan Spearmen Rank Rho yang menunjukkan spiritualitas berhubungan secara positif terhadap kualitas hidup lansia di Lingkungan IX Kelurahan Petisah Hulu Medan r=0.528 dan didapat nilai interpretasi dengan hubungan yang cukup kuat positif. Hasil analisa hubungan kedua variabel tersebut memiliki nilai signifikasi yaitu P=0.000, artinya bahwa pernyataan hipotesa adanya hubungan spiritualitas dengan kualitas hidup lansia di Lingkungan IX Kelurahan Petisah Hulu Medan dapat diterima. Hasil ini dikuatkan oleh WHO 2004 menyatakan perubahan spiritualitas merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi kualitas hidup lansia. Spiritualitas adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan spiritualitas seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas Maslow, 1970 dikutip dari Prijosaksono, 2003. Spiritualitas meningkat pada tahap perkembangan lansia. Lansia bersifat universal, intrinsik dan merupakan proses individual yang berkembang sepanjang rentang kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan terdapat pada kehidupan lansia, keseimbangan hidup tersebut dipertahankan sebagian oleh efek positif Universitas Sumatera Utara 52 harapan dari kehilangan tersebut. Spiritualitas lansia meningkat dikarenakan lansia tinggal bersama keluarga dan adanya dukungan keluarga yang meningkatkan spiritualitas lansia yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Hasil penelitian ini sesuai dengan peryataan Friedman 1998 bahwa dukungan keluarga mengacu pada dukungan sosial yang dipandang anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses untuk keluarga dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Hal ini senada juga dikemukakan Cobb dalam Kuntjoro 2002 bahwa dengan dukungan sosial akan membuat seseorang dengan sikap merasakan kenyamanan, perhatian, penghargaan dan dapat menolong orang tersebut menerima kondisinya. Berdasarkan hasil penelitian peneliti mengasumsikan bahwa spiritualitas dapat menjadi koping lansia dalam menghadapi perubahan yang terjadi pada lansia yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Lansia dapat mengatasi stres, perasaan kesepian dan depresi. Lansia memandang hidupnya sebagai suatu anugerah, menerima penampilan tubuhnya dan merasa kehilangan sebagai proses dari kehidupan dan lansia yang lebih optimis akan masa depannya akan merasa lebih bahagia dan puas atas hidupnya, dan mengevaluasi dirinya secara positif bahwa dirinya dapat mengendalikan aspek-aspek penting dalam hidupnya. Universitas Sumatera Utara 53

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisa dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran mengenai hubungan spiritualitas dengan kualitas hidup lansia di Lingkungan IX Kelurahan Petisah Hulu Medan.

6.1 Kesimpulan