Latar Belakang Masalah PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR METEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA JARING JARING KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS IV SDN2 SEMAWUNGDALEMAN KEC. KUTOARJO KAB. PURWOREJO TAHUN 2009 2010

commit to user 1 .BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Ayat tentang Sistem Pendidikan Nasional. Untuk kepentingan tersebut di atas perlu diimplementasikan dengan berbagai macam program, metode, dan konsep pendidikan yang telah diterapkan di negara kita, misalnya CTL, MBS, PAKEM Life Skill dan sebagainya. Tujuan dari masing-masing program tersebut relatif sama yaitu ingin meningkatkan mutu pendidikan di negara kita. Prestasi belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri 2 Sema wungdaleman pada tahun pelajaran 20092010 belum memuaskan karena rata- rata hasil ulangan harian pada prestasi belajar menggunakan media jaring- jaring kubus dan balok adalah 61, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM mata pelajaran Matematika adalah 65. Di samping itu, mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling ditakuti oleh siswa dan termasuk dalam mata pelajaran Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional UASBN. Berdasarkan hasil pengamatan proses belajar dan data hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Semawungdaleman, pada semester 2 tahun pelajaran 20092010 kurang dari KKM , diduga penyebab timbulnya masalah adalah sebagai berikut : 1. Sebagian siswa beranggapan bahwa Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak menarik,sulit,dan membosankan. 2. Proses pembelajaran Matematika yang monoton. commit to user 2 3. Guru masih sering mengalami kesulitan dalam menanamkan konsep- konsep dasar Matematika kepada siswa, khususnya pada jarring-jaring kubus dan balok . 4. Kurangnya kreatifitas guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang mengaktifkan siswa , sehingga tidak menjenuhkan . 5. Pelaksanaan pembelajaran yang lalu belum menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif, masih menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional . 6. Siswa SD masih membutuhkan penjelasan dengan alat peraga kongkrit. 7. Penampilan guru yang kaku dan tidak familier . Masalah dalam proses pembelajaran tersebut perlu segera diatasi karena jika dibiarkan akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan ada pepatah lebih baik mencegah dari pada mengobati . Dengan mengeta -hui secara dini masalah yang timbul . Seorang pendidik akan lebih muda mencari solusi pengentasannya . Untuk itu peneliti berusaha mememcahkan masalah tersebut di atas dengan berbagai hal antara lain : 1. Melaksanakan Proses Belajar yang menyenangkan . 2. Mengajar menggunakan alat peraga . 3. Siswa diberi kebebasan untuk menciptakan kreatifitas dan berpikir . 4. Mengubah penampilan agar tidak memberikan kesan menakutkan bagi siswa . 5. Menyampaikan pembelajaran dengan bahasa yang muda dipahami . Pembelajaran Matematika di sekolah dasar bertujuan utama siswa belajar tidak hanya mengembangkan aspek kognitif saja tetapi meluas pada bidang psikomotor dan afektif. Pembelajaran Matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan pembentukan kemampuan berfikir yang bersandar pada hakikat Matematika, ini berarti hakikat Matematika merupakan unsur utama dalam pembelajaran Matematika. Oleh karena itu, hasil-hasil pembelajaran Matematika berdampak kemampuan berpikir yang metematis dalam diri siswa, yang bermuara pada kemampuan menggunakan Matematika sebagai berpikir logis dan alat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang commit to user 3 dihadapi dalam kehidupannya. Hasil lain yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik dan kokoh. Sutawijaya dalam Siti Hawa 2008 : 1 Matematika mengkaji benda abstrak benda pikiran yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan symbol lambang dan peralatan deduktif. Menurut Hudoyo dalam Siti Hawa 2008 : 1 Matematika berkenan dengan ide gagasan-gagasan, aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga Matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Sebagai guru Matematika dalam menanamkan pemahaman. Seseorang belajar Matematika utamanya bagaimana menanamkan pengetahuan konsep-konsep dan pengetahuan procedural. Salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep dan procedural, guru perlu mengetahui berbagai teori belajar Matematika. Sebagai guru kelas Sekolah Dasar di suatu sekolah, guru akan selalu mengaitkan pembelajaran matematika dengan berbagai hal yang konkrit dalam kehidupan sehari-hari . Keterlibatan ini menjadikan pembelajaran Matamatika sekolah begitu penting bagi kita. Karena Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi moderen, mempunyai peran dalam berbagai disiplin dan memajukan daya piker manusia. Mata pelajaran Matematika perlu di berikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Bruner, melalui teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep Matematika. Melalui alat peraga yang di telitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatiakannya itu. Siti Hawa, dkk., 2008 : 6 Tiga tahapan dalam teori belajar Bruner tentang perkembangan intelektual adalah : commit to user 4 1. Enactive, dimana seseoarang belajar tentang dunia meelalui aksi-aksi terhadap objek. 2. Iconic, di mana pembelajaran terjadi melalui penggunaan model-model dan gambar-gambar. 3. Symbolic, yang menggambarkan kapasitas dalam istilah-istilah abstrak. Mark K. Smith, dkk, 2009 : 123 Tahapan perkembangan belajar kognitif menurut piaget dalam Nabisi Lapono 2008 : 19 bahwa anak Sekolah Dasar termasuk dalam tahap concre - teoperation 7-11 tahun berkembang kemampuan daya berpikir logis untuk memecahkan masalah konkrit. Tentang konsep dasar benda, jumlah, waktu, ruang, kualitas . Ada beberapa karakteristik anak di usia sekolah Dasar yang perlu diketahui keadaan peserta didikk khususnya di tingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seseorang pendidik mengetahui karakter -istik dan kebutuhan peserta didik.

B. Rumusan Masalah dan pemecahannya