17
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik, yaitu melihat hubungan antara pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa SMA Santo Thomas 1
Medan.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Santo Thomas 1 Medan setelah diberikan kebenaran oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai Desember 2015 dan pengumpulan
data dilakukan pada 17 Oktober 2015 sampai 30 Oktober 2015.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMA kelas XI Santo Thomas 1 Medan yang berjumlah 550 orang dengan jumlah siswa laki-laki
261orang dan perempuan 289 orang.
4.3.2 Sampel
Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus: n =
N 1 + N d
Keterangan: n = besar sampel
N = besar populasi d = tingkat kepercayaanketepatan yang diinginkan
Perhitungan: n =
55 +55 ,
2
n = 84,61
Universitas Sumatera Utara
18
Berdasarkan perhitungan di atas, besar sampel pada penelitian ini dibulatkan menjadi 85 orang.
Selanjutnya, sampel diambil secara acak dengan teknik proportional random sampling pada masing-masing kelas XI dengan rumus:
Spl = n
N × Js Keterangan: Spl = banyaknya sampel yang diambil tiap kelas
n = jumlah sampel tiap kelas N = jumlah populasi
Js = jumlah sampel yang diinginkan
Dengan melakukan perhitungan menggunakan rumus di atas, didapat jumlah sampel yang diambil dari masing-masing kelas, yaitu:
Tabel 4.1 Pembagian Sampel Tiap Kelas Kelas
Populasi Siswa Tiap Kelas Sampel
XI IPA 1 46
7 XI IPA 2
46 7
XI IPA 3 47
7 XI IPA 4
48 8
XI IPA 5 48
8 XI IPA 6
48 8
XI IPA 7 48
7 XI IPA 8
46 7
XI IPA 9 46
7 XI IPA 10
44 7
XI IPS 1 42
6 XI IPS 2
41 6
Sumber: Data primer yang diolah, 2015.
Universitas Sumatera Utara
19
4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini meliputi data responden yang didapat secara langsung yaitu:
1. Data konsumsi pangan didapat dengan metode food recall 24 jam. 2. Data frekuensi dan jenis makanan didapat melalui wawancara dan metode food
frequency. 3. Data berat badan didapat dengan melakukan penimbangan berat badan.
4. Data tinggi badan didapat dengan melakukan pengukuran tinggi badan.
4.4.2 Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi jumlah siswa kelas XI yang didapat dari kantor tata usaha SMA Santo Thomas 1 Medan.
4.4.3 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: 1. Pedoman wawancara
2. Formulir food recall 24 jam 3. Formulir food frequency
4. Timbangan injak untuk menimbang berat badan 5. Microtoise untuk mengukur tinggi badan
4.5 Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, selanjutnya akan dilakukan pengolahan data
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing, dilakuan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.
2. Coding, data yang telah terkumpul dikoreksi, kemudian diberi kode oleh
peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer. 3.
Entry, data dimasukkan ke dalam program komputer.
Universitas Sumatera Utara
20
4. Cleaning data, pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam
komputer guna menghindari kesalahan dalam pemasukan data. 5.
Saving, penyimpanan data untuk siap dianalisis. 6.
Analisis data Wahyuni, 2007.
4.5.2 Analisa Data
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan program komputer SPSS Statistical Product and Service Solution. Analisa data meliputi:
1. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran setiap variabel
yang diteliti, baik variabel dependen maupun variabel independen. 2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk menyatakan analisis terhadap 2 variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Pada analisa bivariat, digunakan
uji korelasi Pearson karena seluruh variabel dependen dan independen merupakan data numerik. Tingkat kemaknaan yang digunakan a
dalah 5 α = 0,05. Keputusan dari hasil uji statistik dilihat dari nilai p. Jika nilai p0,05 maka ada
hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Jika p0,05 maka tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.
Universitas Sumatera Utara
21
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Santo Thomas 1 Medan yang berlokasi di Jalan Letjen S. Parman No.109, Medan.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan pada 87 responden yang merupakan siswa kelas XI SMA Santo Thomas 1 Medan. Adapun karakteristik responden menurut umur dan
jenis kelamin dapat dilihat pada tabel-tabel berikut: Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi n
Persentase 14
3 3.4
15 26
29.9
16
58 66.7
Jumlah 87
100
Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa frekuensi umur responden paling banyak adalah 16 tahun yaitu 58 orang 66,7 dan paling sedikit adalah
14 tahun yaitu 3 orang 3,4.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi n
Persentase Laki-laki
29 33,3
Perempuan 58
66,7
Jumlah 87
100
Universitas Sumatera Utara
22
Berdasarkan tabel 5.2, dapat diketahui bahwa frekuensi jenis kelamin responden paling banyak adalah perempuan yaitu 58 orang 66,7 dan paling
sedikit adalah laki-laki yaitu 29 orang 33,3.
5.1.3 Hasil Analisa Data 5.1.3.1 Frekuensi Pola Konsumsi Makanan dan Jenis Makanan Siswa SMA
Santo Thomas 1 Medan
Distribusi frekuensi dan jenis makanan yang dikonsumsi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Jenis Makanan Pokok yang Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan
Jenis Makanan
1xhari 1xhari
4-6x minggu
1-3x minggu
1xbulan Jumlah
n n
n n
n Nasi
83 95,4 2
2,3 1
1,1 1
1,1
87 Jagung
3 3,4
5 5,7
79 90,8
87 Bubur
3 3,4
14 16,1 70
80,5 87
Mie 19 21,8
47 54
21 24,1
87
Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi makanan pokok yang paling banyak adalah nasi 1xhari yaitu 83 orang 95,4
dan paling sedikit adalah nasi 4-6xminggu dan nasi 1xbulan yaitu 1 orang 1,1.
Universitas Sumatera Utara
23
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Jenis Lauk Hewani yang Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan
Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi lauk hewani yang paling banyak adalah dagingayam 1-3xminggu yaitu 40 orang
46 dan paling sedikit adalah ikan 1xbulan yaitu 2 orang 2,3.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Jenis Lauk Nabati yang Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan
Jenis Makanan
1xhari 1xhari
4-6x minggu
1-3x minggu
1xbulan Jumlah
n n
n n
n Tahu
2 2,3
20 23
45 51,7 20
23
87 Tempe
9 10,3 33
37,9 38
43,7 7
8 87
Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi lauk nabati yang paling banyak adalah tahu 1-3xminggu yaitu 45 orang 51,7 dan
paling sedikit adalah tahu 1xhari yaitu 2 orang 2,3.
Jenis Makanan
1xhari 1xhari
4-6x minggu
1-3x minggu
1xbulan Jumlah
n n
n n
n Dagingayam 4
4,6 8
9,2 35 40,2 40
46
87 Ikan
8 9,2
22 25,3 38 43,7 17 19,5 2
2,3 87
Telur 3
3,4 12 13,8 39 44,8 28 32,2
5 5,7
87
Universitas Sumatera Utara
24
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Jenis Sayur-sayuran yang Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan
Jenis Makanan
1xhari 1xhari 4-6x
minggu 1-3x
minggu 1xbulan
Jumlah n
n n
n N
Kangkung 25 28,7
40 46
22 25,3
87 Daun
singkong
13 14,9 26
29,9 48
55,2 87
Sawi 18 20,7
40 46
29 33,3
87 Sayur sop
18 20,7 28
32,2 41
47,1 87
Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi sayur- sayuran yang paling banyak adalah daun singkong 1xbulan dan sayur sop
1xbulan yaitu 48 orang 55,2 dan paling sedikit adalah daun singkong 4- 6xminggu yaitu 13 orang 14,9.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan Jenis Buah-buahan yang Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan
Jenis Makanan
1xhari 1xhari
4-6x minggu
1-3x minggu
1xbulan Jumlah
n n
n n
n Pisang
15 17,2 36
41,4 27 31
9 10,3
87 Jeruk
29 33,3 41
47,1 17
19,5 87
Apel 10
11,5 35 40,2
42 48,3
87 Pepaya
30 34,5 44
50,6 13 14,9
87
Berdasarkan tabel 5.7, dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi buah- buahan yang paling banyak adalah pepaya 1-3xminggu yaitu 44 orang 50,6
dan paling sedikit adalah pisang 1xbulan yaitu 9 orang 10,3.
Universitas Sumatera Utara
25
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Konsumsi Susu pada Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan
Konsumsi Susu Frekuensi n
Persentase 1xhari
15 17,2
1xhari 31
35,6
4-6xminggu 17
19,5
1-3xminggu
19 21,8
1xbulan 5
5,7
Jumlah 87
100
Berdasarkan tabel 5.8, dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi susu paling banyak adalah 1xhari yaitu 31 orang 35,6 dan paling sedikit adalah
1xbulan yaitu 5 orang 5,7.
5.1.3.2 Status Gizi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan
Distribusi frekuensi status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan berdasarkan IMTU dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Status Gizi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan Menurut IMTU
Status Gizi Frekuensi n
Persentase Normal
65 74.7
Gemuk 15
17.2
Obesitas 7
8
Jumlah 87
100
Berdasarkan tabel 5.9, dapat diketahui bahwa status gizi menurut IMTU paling banyak adalah normal yaitu 65 orang 74,7 dan paling sedikit adalah
obesitas yaitu 7 orang 8.
Universitas Sumatera Utara
26
5.1.3.3 Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan Status Gizi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan
Gambar 5.1 Scatter plot hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan.
Dari gambar 5.1 di atas, dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa SMA Santo
Thomas 1 Medan, dengan hasil uji korelasi Pearson p=0,099 p0,05.
5.2 Pembahasan
Dari hasil food recall selama 10 hari, dapat diketahui bahwa siswa SMA Santo Thomas 1 Medan pada umumnya makan 3 kali sehari yaitu sarapan pukul
6.30 WIB, makan siang pukul 13.30 WIB, dan makan malam pukul 19.30 WIB. Namun, ada juga sebagian siswa yang tidak sarapan. Padahal sarapan sangat
bermanfaat khususnya bagi anak sekolah karena sarapan dapat meningkatkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih baik Harahap, 2012. Pada
Universitas Sumatera Utara
27
penelitian Saidin 1991, disebutkan bahwa ada hubungan yang nyata antara kebiasaan sarapan dengan konsentrasi belajar anak yaitu pada kelompok anak
yang tidak biasa sarapan didapati daya konsentrasi yang rendah. Jenis makanan pokok yang dikonsumsi adalah nasi dengan frekuensi
konsumsi makanan 1xhari. Hal ini seperti yang disebutkan Irianto 2004 bahwa zat makanan sebagai sumber energi utama adalah karbohidrat yang berasal dari
nasi sebagai makanan pokok. Sumber energi lain yang dikonsumsi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan adalah jagung, bubur, dan mie. Namun, frekuensi makan
ketiga jenis makanan ini hanya sedikit. Seperti pada tabel 5.3, dapat diketahui bahwa konsumsi jagung dan bubur pada siswa paling banyak adalah 1x sebulan
dan mie 1-3xminggu. Untuk jenis lauk hewani, yang paling banyak dikonsumsi siswa adalah
dagingayam dengan frekuensi 1-3xminggu. Seperti yang dijelaskan Almatsier 2001 bahwa lauk hewani dapat memberi rasa nikmat sehingga makanan pokok
yang pada umumnya mempunyai rasa netral terasa lebih enak. Untuk konsumsi ikan dan telur paling banyak adalah 4-6xminggu. Hal ini karena konsumsi telur
biasanya hanya merupakan alternatif pengganti lauk jika siswa tidak menyukai lauk yang disajikan di rumah.
Jenis lauk nabati yang paling banyak dikonsumsi siswa adalah tahu dan tempe dengan frekuensi 1-3xminggu. Tahu dan tempe juga dapat dikonsumsi
sebagai alternatif pengganti lauk. Selain itu, di kantin SMA Santo Thomas 1 Medan juga menjual tahu dan tempe goreng sehingga ini merupakan salah satu
makanan yang banyak dikonsumsi siswa saat jam istirahat sekolah. Pada dasarnya, sayuran merupakan bahan pangan yang baik untuk tubuh
karena mengandung zat gizi seperti vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium, kalium, dan serat, serta tidak mengandung lemak dan kolesterol Almatsier,
2002. Namun, untuk konsumsi sayur-sayuran pada siswa SMA Santo Thomas 1 Medan bisa dianggap jarang. Pada tabel 5.6, dapat dilihat bahwa frekuensi
konsumsi sayur paling banyak ada pada daun singkong 1xbulan. Selain itu frekuensi paling banyak konsumsi kangkung adalah 1-3xbulan, sawi 1-3xbulan,
dan sayur sop 1xbulan. Dari penelitian Bahria 2010 didapatkan hasil bahwa
Universitas Sumatera Utara
28
kebiasaan orangtua mengkonsumsi sayur, ketersediaan sayur di rumah, dan kesukaan terhadap sayur dapat berpengaruh terhadap konsumsi sayur pada remaja.
Selain sayur-sayuran, buah-buahan juga sangat baik untuk tubuh karena kandungan serat dan air pada buah dapat membersihkan kotoran dari dalam usus
besar Gunawan, 1999. Untuk buah-buahan, jenis buah yang paling sering dikonsumsi siswa adalah pepaya dengan frekuensi 1-3xhari. Sedangkan frekuensi
konsumsi pisang paling banyak adalah 4-6xminggu, jeruk 1-3xminggu, apel 1xbulan. Penelitian Bahria 2010 menyebutkan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pola konsumsi buah pada remaja antara lain uang jajan, kebiasaan orangtua mengkonsumsi buah dan ketersediaan buah di rumah. Pada penelitian
Soraya 2012, juga disebutkan bahwa selain ketersediaan di rumah, keterpaparan media massa juga mempengaruhi pola konsumsi sayur dan buah
pada usia remaja. Susu dan hasil olahannya merupakan sumber kalsium yang utama
Anderson, 2004. Kalsium bersama-sama dengan fosfor merupakan elemen penyusun utama dari tulang. Selama remaja, kebutuhan kalsium akan meningkat
sejalan dengan berlangsungnya proses pertumbuhan tulang Hardiansyah, 2008. Penelitian yang dilakukan oleh Okada 2004 menjelaskan bahwa ada pengaruh
positif antara mengkonsumsi susu sapi dengan jumlah yang banyak dengan tinggi badan. Namun menurut Khomsan 2004, budaya minum susu di Indonesia masih
tergolong rendah. Dalam hal konsumsi susu, pada umumnya siswa SMA Santo Thomas 1 Medan mengkonsunsi susu 1xhari pada pagi hari saat sarapan atau
malam hari sebelum tidur. Pada penelitian Hardiansyah 2008, didapatkan alasan terbanyak remaja tidak mengkonsumsi susu adalah karena tidak suka dengan
rasanya. Penilaian status gizi responden dilakukan dengan menggunakan hasil
perhitungan Indeks Massa Tubuh IMT menurut umur IMTU dengan standar antropometri WHO 2007. Dari hasil pengolahan data seperti pada tabel 5.9,
didapati pada umumnya status gizi siswa adalah normal yaitu sebanyak 65 orang 74,7. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan siswa SMA Santo Thomas 1
Medan telah sesuai dengan umurnya yaitu antara 14-16 tahun.
Universitas Sumatera Utara
29
Namun, ada 22 orang yang berada dalam status gizi tidak normal, yaitu 15 orang 17,2 overweight dan 7 orang 8 obesitas. Pada penelitian Yani 2013
dikatakan bahwa masalah overweight dan obesitas menjadi masalah di seluruh dunia dan prevelansinya cenderung meningkat baik pada remaja dan dewasa di
negara maju maupun berkembang. Di negara berkembang, jumlah anak remaja dengan overweight terbanyak berada di kawasan Asia yaitu 60 populasi atau
sekitar 10,6 juta jiwa Afdal, 2011. Hal ini bisa disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah energi yang
masuk ke dalam tubuh melalui makanan dengan energi yang digunakan untuk melakukan kegiatan dan aktivitas fisik Imam, 2013. Berdasarkan penelitian
Hudha 2006, remaja yang kurang melakukan aktivitas fisik cenderung untuk mengalami kelebihan berat badan. Selain itu, obesitas juga bisa merupakan
kelanjutan karena saat bayi tidak mengkonsumsi air susu ibu ASI melainkan susu formula dengan jumlah asupan yang melebihi porsi sehingga anak akan
mengalami kelebihan berat badan yang berlanjut sampai remaja Yani, 2013, dan juga diperparah dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan kurang sehat seperti
fast food Toschke et al., 2004. Nugraha 2009 menyebutkan bahwa kegemukan juga bisa terjadi karena
tubuh cenderung untuk menyimpan makanan lebih lama, artinya proses metabolisme tubuh berjalan lambat. Selain itu daya serap tubuh terhadap makanan
pada setiap orang juga berbeda. Pada beberapa orang, meskipun konsumsi makanan sedikit, tubuh mereka gemuk karena seluruh kalori yang masuk dapat
diserap dengan baik. Lamanya tidur seseorang juga berhubungan dengan berat badan. Dari
penelitian Weiss et al. 2010, ditemukan bahwa remaja yang tidur kurang dari 8 jam per hari cenderung memiliki keinginan yang lebih besar untuk makan
daripada remaja yang durasi tidurnya cukup 8,5-9,25 jam. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Shi et al. 2004 pada anak-anak Australia usia 5-15 tahun
ditemukan bahwa hubungan antara durasi tidur 9 jam dan obesitas lebih kuat pada kelompok remaja awal.
Universitas Sumatera Utara
30
Dengan kata lain, penyebab obesitas adalah multifaktor, melibatkan interaksi antara latar belakang genetik, hormon, penggunaan obat-obatan, faktor
sosial dan lingkungan seperti gaya hidup dan kebiasaan makan yang kurang baik serta kurangnya aktivitas fisik Murray, 2009.
Berdasarkan uji statistik pada penelitian, didapati bahwa tidak ada hubungan antara pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa SMA
Santo Thomas 1 Medan. Hasil yang sama juga didapati pada penelitian Harahap 2012 pada siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh. Hal ini dikarenakan, status
gizi dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya pola konsumsi makanan saja. Seperti pada penelitian Yolanda 2014, ada hubungan yang bermakna antara jenis
kelamin, pengetahuan, dan frekuensi makanan dengan status gizi remaja. Selain itu, pada penelitian Amelia 2008 didapatkan bahwa aktivitas fisik dapat
mempengaruhi status gizi remaja. Selain aktivitas fisik, body image juga mempengaruhi status gizi seperti yang didapat pada hasil penelitian Riska 2012.
Universitas Sumatera Utara
31
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan