17
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis  penelitian  ini  adalah  deskriptif  analitik,  yaitu  melihat  hubungan antara  pola  konsumsi  makanan  dengan  status  gizi  siswa  SMA  Santo  Thomas  1
Medan.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian  ini  dilaksanakan  di  SMA  Santo  Thomas  1  Medan  setelah diberikan kebenaran oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas  Sumatera  Utara    RSUP  Haji  Adam  Malik  Medan.  Penelitian dilaksanakan  mulai  bulan  Maret  2015  sampai  Desember  2015  dan  pengumpulan
data dilakukan pada 17 Oktober 2015 sampai 30 Oktober 2015.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi
Populasi  pada  penelitian  ini  adalah  seluruh  siswa  SMA  kelas  XI  Santo Thomas  1  Medan  yang  berjumlah  550  orang  dengan  jumlah  siswa  laki-laki
261orang dan perempuan 289 orang.
4.3.2 Sampel
Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus: n =
N 1 + N  d
Keterangan: n  = besar sampel
N = besar populasi d = tingkat kepercayaanketepatan yang diinginkan
Perhitungan: n =
55 +55   ,
2
n = 84,61
Universitas Sumatera Utara
18
Berdasarkan  perhitungan  di  atas,  besar  sampel  pada  penelitian  ini dibulatkan menjadi 85 orang.
Selanjutnya,  sampel  diambil  secara  acak  dengan  teknik  proportional random sampling pada masing-masing kelas XI dengan rumus:
Spl = n
N × Js Keterangan:  Spl  = banyaknya sampel yang diambil tiap kelas
n     = jumlah sampel tiap kelas N    = jumlah populasi
Js    = jumlah sampel yang diinginkan
Dengan  melakukan  perhitungan  menggunakan  rumus  di  atas,  didapat jumlah sampel yang diambil dari masing-masing kelas, yaitu:
Tabel 4.1 Pembagian Sampel Tiap Kelas Kelas
Populasi Siswa Tiap Kelas Sampel
XI IPA 1 46
7 XI IPA 2
46 7
XI IPA 3 47
7 XI IPA 4
48 8
XI IPA 5 48
8 XI IPA 6
48 8
XI IPA 7 48
7 XI IPA 8
46 7
XI IPA 9 46
7 XI IPA 10
44 7
XI IPS 1 42
6 XI IPS 2
41 6
Sumber: Data primer yang diolah, 2015.
Universitas Sumatera Utara
19
4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer
Data  primer  dalam  penelitian  ini  meliputi  data  responden  yang  didapat secara langsung yaitu:
1. Data konsumsi pangan didapat dengan  metode food recall 24 jam. 2. Data frekuensi dan jenis makanan didapat melalui wawancara dan metode food
frequency. 3. Data berat badan didapat dengan melakukan penimbangan berat badan.
4. Data tinggi badan didapat dengan melakukan pengukuran tinggi badan.
4.4.2 Data Sekunder
Data  sekunder  dalam  penelitian  ini  meliputi  jumlah  siswa  kelas  XI  yang didapat dari kantor tata usaha SMA Santo Thomas 1 Medan.
4.4.3 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: 1. Pedoman wawancara
2. Formulir food recall 24 jam 3. Formulir food frequency
4. Timbangan injak untuk menimbang berat badan 5. Microtoise untuk mengukur tinggi badan
4.5 Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1 Pengolahan Data
Setelah  data  terkumpul,  selanjutnya  akan  dilakukan  pengolahan  data
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing, dilakuan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.
2. Coding,  data  yang  telah  terkumpul  dikoreksi,  kemudian  diberi  kode  oleh
peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer. 3.
Entry, data dimasukkan ke dalam program komputer.
Universitas Sumatera Utara
20
4. Cleaning  data,  pemeriksaan  semua  data  yang  telah  dimasukkan  ke  dalam
komputer guna menghindari kesalahan dalam pemasukan data. 5.
Saving, penyimpanan data untuk siap dianalisis. 6.
Analisis data Wahyuni, 2007.
4.5.2 Analisa Data
Data  yang  diperoleh  kemudian  diolah  dengan  menggunakan  program komputer SPSS Statistical Product and Service Solution. Analisa data meliputi:
1. Analisa Univariat Analisa  univariat  dilakukan  untuk  memperoleh  gambaran  setiap  variabel
yang diteliti, baik variabel dependen maupun variabel independen. 2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk menyatakan analisis terhadap 2 variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Pada analisa bivariat, digunakan
uji korelasi Pearson karena seluruh variabel dependen dan independen merupakan data  numerik.  Tingkat  kemaknaan  yang  digunakan  a
dalah  5  α  =  0,05. Keputusan  dari  hasil  uji  statistik  dilihat  dari  nilai  p.  Jika  nilai  p0,05  maka  ada
hubungan  antara  variabel  dependen  dengan  variabel  independen.  Jika  p0,05 maka tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.
Universitas Sumatera Utara
21
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian  dilakukan  di  SMA  Santo  Thomas  1  Medan  yang  berlokasi  di Jalan Letjen S. Parman No.109, Medan.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Penelitian  dilakukan  pada  87  responden  yang  merupakan  siswa  kelas  XI SMA Santo Thomas 1 Medan. Adapun karakteristik responden menurut umur dan
jenis kelamin dapat dilihat pada tabel-tabel berikut: Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi n
Persentase 14
3 3.4
15 26
29.9
16
58 66.7
Jumlah 87
100
Berdasarkan  tabel  5.1,  dapat  diketahui  bahwa  frekuensi  umur  responden paling banyak  adalah 16 tahun  yaitu 58 orang 66,7 dan paling sedikit adalah
14 tahun yaitu 3 orang 3,4.
Tabel  5.2  Distribusi  Frekuensi  Karakteristik  Responden  Berdasarkan  Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi n
Persentase Laki-laki
29 33,3
Perempuan 58
66,7
Jumlah 87
100
Universitas Sumatera Utara
22
Berdasarkan  tabel  5.2,  dapat  diketahui  bahwa  frekuensi  jenis  kelamin responden  paling  banyak  adalah  perempuan  yaitu  58  orang  66,7  dan  paling
sedikit adalah laki-laki yaitu 29 orang 33,3.
5.1.3 Hasil Analisa Data 5.1.3.1  Frekuensi  Pola  Konsumsi  Makanan  dan  Jenis  Makanan  Siswa  SMA
Santo Thomas 1 Medan
Distribusi frekuensi dan jenis makanan yang dikonsumsi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
Tabel  5.3  Distribusi  Frekuensi  dan  Jenis  Makanan  Pokok  yang  Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan
Jenis Makanan
1xhari 1xhari
4-6x minggu
1-3x minggu
1xbulan Jumlah
n n
n n
n Nasi
83  95,4 2
2,3 1
1,1 1
1,1
87 Jagung
3 3,4
5 5,7
79 90,8
87 Bubur
3 3,4
14 16,1  70
80,5 87
Mie 19  21,8
47 54
21 24,1
87
Berdasarkan  tabel  5.3,  dapat  diketahui  bahwa  frekuensi  konsumsi makanan pokok yang paling banyak adalah nasi 1xhari yaitu 83 orang 95,4
dan  paling  sedikit  adalah  nasi  4-6xminggu  dan  nasi  1xbulan  yaitu  1  orang 1,1.
Universitas Sumatera Utara
23
Tabel  5.4  Distribusi  Frekuensi  dan  Jenis  Lauk  Hewani  yang  Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan
Berdasarkan  tabel  5.4,  dapat  diketahui  bahwa  frekuensi  konsumsi  lauk hewani  yang  paling  banyak  adalah  dagingayam  1-3xminggu  yaitu  40  orang
46 dan paling sedikit adalah ikan 1xbulan yaitu 2 orang 2,3.
Tabel  5.5  Distribusi  Frekuensi  dan  Jenis  Lauk  Nabati  yang  Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan
Jenis Makanan
1xhari 1xhari
4-6x minggu
1-3x minggu
1xbulan Jumlah
n n
n n
n Tahu
2 2,3
20 23
45 51,7  20
23
87 Tempe
9  10,3 33
37,9 38
43,7 7
8 87
Berdasarkan  tabel  5.5,  dapat  diketahui  bahwa  frekuensi  konsumsi  lauk nabati  yang  paling  banyak  adalah  tahu  1-3xminggu  yaitu  45  orang  51,7  dan
paling sedikit adalah tahu 1xhari yaitu 2 orang 2,3.
Jenis Makanan
1xhari 1xhari
4-6x minggu
1-3x minggu
1xbulan Jumlah
n n
n n
n Dagingayam  4
4,6 8
9,2 35  40,2  40
46
87 Ikan
8 9,2
22  25,3  38  43,7  17  19,5 2
2,3 87
Telur 3
3,4 12  13,8  39  44,8  28  32,2
5 5,7
87
Universitas Sumatera Utara
24
Tabel  5.6  Distribusi  Frekuensi  dan  Jenis  Sayur-sayuran  yang  Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan
Jenis Makanan
1xhari  1xhari 4-6x
minggu 1-3x
minggu 1xbulan
Jumlah n
n n
n N
Kangkung 25  28,7
40 46
22 25,3
87 Daun
singkong
13  14,9 26
29,9 48
55,2 87
Sawi 18  20,7
40 46
29 33,3
87 Sayur sop
18  20,7 28
32,2 41
47,1 87
Berdasarkan  tabel  5.6,  dapat  diketahui  bahwa  frekuensi  konsumsi  sayur- sayuran  yang  paling  banyak  adalah  daun  singkong  1xbulan  dan  sayur  sop
1xbulan  yaitu  48  orang  55,2  dan  paling  sedikit  adalah  daun  singkong  4- 6xminggu yaitu 13 orang 14,9.
Tabel  5.7  Distribusi  Frekuensi  dan  Jenis  Buah-buahan  yang  Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan
Jenis Makanan
1xhari 1xhari
4-6x minggu
1-3x minggu
1xbulan Jumlah
n n
n n
n Pisang
15  17,2 36
41,4  27 31
9 10,3
87 Jeruk
29 33,3  41
47,1 17
19,5 87
Apel 10
11,5  35 40,2
42 48,3
87 Pepaya
30 34,5  44
50,6   13 14,9
87
Berdasarkan  tabel  5.7,  dapat  diketahui  bahwa  frekuensi  konsumsi  buah- buahan  yang  paling  banyak  adalah  pepaya  1-3xminggu  yaitu  44  orang  50,6
dan paling sedikit adalah pisang 1xbulan yaitu 9 orang 10,3.
Universitas Sumatera Utara
25
Tabel  5.8  Distribusi  Frekuensi  Konsumsi  Susu  pada  Siswa  SMA  Santo Thomas 1 Medan
Konsumsi Susu Frekuensi n
Persentase 1xhari
15 17,2
1xhari 31
35,6
4-6xminggu 17
19,5
1-3xminggu
19 21,8
1xbulan 5
5,7
Jumlah 87
100
Berdasarkan  tabel  5.8,  dapat  diketahui  bahwa  frekuensi  konsumsi  susu paling  banyak  adalah  1xhari  yaitu  31  orang  35,6  dan  paling  sedikit  adalah
1xbulan yaitu 5 orang 5,7.
5.1.3.2 Status Gizi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan
Distribusi  frekuensi  status  gizi  siswa  SMA  Santo  Thomas  1  Medan berdasarkan IMTU dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel  5.9  Distribusi  Frekuensi  Status  Gizi  Siswa  SMA  Santo  Thomas  1 Medan Menurut IMTU
Status Gizi Frekuensi n
Persentase Normal
65 74.7
Gemuk 15
17.2
Obesitas 7
8
Jumlah 87
100
Berdasarkan  tabel  5.9,  dapat  diketahui  bahwa  status  gizi  menurut  IMTU paling  banyak  adalah  normal  yaitu  65  orang  74,7  dan  paling  sedikit  adalah
obesitas yaitu 7 orang 8.
Universitas Sumatera Utara
26
5.1.3.3  Hubungan  Pola  Konsumsi  Makanan  dengan  Status  Gizi  Siswa  SMA Santo Thomas 1 Medan
Gambar  5.1  Scatter  plot  hubungan  pola  konsumsi  makanan  dengan  status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan.
Dari  gambar  5.1  di  atas,  dapat  diketahui  bahwa  tidak  terdapat  hubungan signifikan  antara  pola  konsumsi  makanan  dengan  status  gizi  siswa  SMA  Santo
Thomas 1 Medan, dengan hasil uji korelasi Pearson p=0,099 p0,05.
5.2 Pembahasan
Dari  hasil  food  recall  selama  10  hari,  dapat  diketahui  bahwa  siswa  SMA Santo  Thomas  1 Medan pada umumnya makan 3 kali sehari  yaitu sarapan pukul
6.30 WIB, makan siang  pukul  13.30 WIB, dan  makan malam  pukul  19.30 WIB. Namun,  ada  juga  sebagian  siswa  yang  tidak  sarapan.  Padahal  sarapan  sangat
bermanfaat  khususnya  bagi  anak  sekolah  karena  sarapan  dapat  meningkatkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih baik Harahap, 2012. Pada
Universitas Sumatera Utara
27
penelitian  Saidin  1991,  disebutkan  bahwa  ada  hubungan  yang  nyata  antara kebiasaan  sarapan  dengan  konsentrasi  belajar  anak  yaitu  pada  kelompok  anak
yang tidak biasa sarapan didapati daya konsentrasi yang rendah. Jenis  makanan  pokok  yang  dikonsumsi  adalah  nasi  dengan  frekuensi
konsumsi makanan 1xhari. Hal ini seperti yang disebutkan Irianto 2004 bahwa zat  makanan  sebagai  sumber  energi  utama  adalah  karbohidrat  yang  berasal  dari
nasi  sebagai  makanan  pokok.  Sumber  energi  lain  yang  dikonsumsi  siswa  SMA Santo Thomas 1 Medan adalah jagung, bubur, dan mie. Namun, frekuensi makan
ketiga  jenis  makanan  ini  hanya  sedikit.  Seperti  pada  tabel  5.3,  dapat  diketahui bahwa  konsumsi  jagung  dan  bubur  pada  siswa  paling  banyak  adalah  1x  sebulan
dan mie 1-3xminggu. Untuk  jenis  lauk  hewani,  yang  paling  banyak  dikonsumsi  siswa  adalah
dagingayam  dengan  frekuensi  1-3xminggu.  Seperti  yang  dijelaskan  Almatsier 2001 bahwa lauk hewani  dapat  memberi rasa nikmat  sehingga makanan pokok
yang  pada  umumnya  mempunyai  rasa  netral  terasa  lebih  enak.  Untuk  konsumsi ikan  dan  telur  paling  banyak  adalah  4-6xminggu.  Hal  ini  karena  konsumsi  telur
biasanya  hanya  merupakan  alternatif  pengganti  lauk  jika  siswa  tidak  menyukai lauk yang disajikan di rumah.
Jenis  lauk  nabati  yang  paling  banyak  dikonsumsi  siswa  adalah  tahu  dan tempe  dengan  frekuensi  1-3xminggu.  Tahu  dan  tempe  juga  dapat  dikonsumsi
sebagai  alternatif  pengganti  lauk.  Selain  itu,  di  kantin  SMA  Santo  Thomas  1 Medan  juga  menjual  tahu  dan  tempe  goreng  sehingga  ini  merupakan  salah  satu
makanan yang banyak dikonsumsi siswa saat jam istirahat sekolah. Pada  dasarnya,  sayuran  merupakan  bahan  pangan  yang  baik  untuk  tubuh
karena mengandung zat gizi seperti vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium, kalium,  dan  serat,  serta  tidak  mengandung  lemak  dan  kolesterol  Almatsier,
2002. Namun, untuk konsumsi sayur-sayuran pada siswa SMA Santo Thomas 1 Medan  bisa  dianggap  jarang.  Pada  tabel  5.6,  dapat  dilihat  bahwa  frekuensi
konsumsi  sayur  paling  banyak  ada  pada  daun  singkong  1xbulan.  Selain  itu frekuensi paling banyak konsumsi kangkung adalah 1-3xbulan, sawi 1-3xbulan,
dan  sayur  sop  1xbulan.  Dari  penelitian  Bahria  2010  didapatkan  hasil  bahwa
Universitas Sumatera Utara
28
kebiasaan  orangtua  mengkonsumsi  sayur,  ketersediaan  sayur  di  rumah,  dan kesukaan terhadap sayur dapat berpengaruh terhadap konsumsi sayur pada remaja.
Selain  sayur-sayuran,  buah-buahan  juga  sangat  baik  untuk  tubuh  karena kandungan serat dan air pada buah dapat membersihkan kotoran dari dalam usus
besar  Gunawan,  1999.  Untuk  buah-buahan,  jenis  buah  yang  paling  sering dikonsumsi siswa adalah pepaya dengan frekuensi 1-3xhari. Sedangkan frekuensi
konsumsi  pisang  paling  banyak  adalah  4-6xminggu,  jeruk  1-3xminggu,  apel 1xbulan.  Penelitian  Bahria  2010  menyebutkan  ada  beberapa  faktor  yang
mempengaruhi pola konsumsi buah pada remaja antara lain uang jajan, kebiasaan orangtua  mengkonsumsi  buah  dan  ketersediaan  buah  di  rumah.  Pada  penelitian
Soraya  2012,  juga  disebutkan  bahwa  selain    ketersediaan  di  rumah, keterpaparan  media  massa  juga  mempengaruhi  pola  konsumsi  sayur  dan  buah
pada usia remaja. Susu  dan  hasil  olahannya  merupakan  sumber  kalsium  yang  utama
Anderson,  2004.  Kalsium  bersama-sama  dengan  fosfor  merupakan  elemen penyusun  utama  dari  tulang.  Selama  remaja,  kebutuhan  kalsium  akan  meningkat
sejalan  dengan  berlangsungnya  proses  pertumbuhan  tulang  Hardiansyah,  2008. Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Okada  2004  menjelaskan  bahwa  ada  pengaruh
positif antara mengkonsumsi susu sapi dengan jumlah yang banyak dengan tinggi badan. Namun menurut Khomsan 2004, budaya minum susu di Indonesia masih
tergolong  rendah.  Dalam  hal  konsumsi  susu,  pada  umumnya  siswa  SMA  Santo Thomas  1  Medan  mengkonsunsi  susu  1xhari  pada  pagi  hari  saat  sarapan  atau
malam hari sebelum tidur. Pada penelitian Hardiansyah 2008, didapatkan alasan terbanyak  remaja  tidak  mengkonsumsi  susu  adalah  karena  tidak  suka  dengan
rasanya. Penilaian  status  gizi  responden  dilakukan  dengan  menggunakan  hasil
perhitungan  Indeks  Massa  Tubuh  IMT  menurut  umur  IMTU  dengan  standar antropometri  WHO  2007.  Dari  hasil  pengolahan  data  seperti  pada  tabel  5.9,
didapati pada umumnya status gizi siswa adalah normal yaitu sebanyak 65 orang 74,7. Hal  ini menunjukkan bahwa pertumbuhan siswa SMA Santo  Thomas 1
Medan telah sesuai dengan umurnya yaitu antara 14-16 tahun.
Universitas Sumatera Utara
29
Namun, ada 22 orang yang berada dalam status gizi tidak normal, yaitu 15 orang 17,2 overweight dan 7 orang 8 obesitas. Pada penelitian Yani 2013
dikatakan  bahwa  masalah  overweight  dan  obesitas  menjadi  masalah  di  seluruh dunia  dan  prevelansinya  cenderung  meningkat  baik  pada  remaja  dan  dewasa  di
negara  maju  maupun  berkembang.  Di  negara  berkembang,  jumlah  anak  remaja dengan  overweight  terbanyak  berada  di  kawasan  Asia  yaitu  60  populasi  atau
sekitar 10,6 juta jiwa Afdal, 2011. Hal ini bisa disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah energi yang
masuk  ke  dalam  tubuh  melalui  makanan  dengan  energi  yang  digunakan  untuk melakukan  kegiatan  dan  aktivitas  fisik  Imam,  2013.  Berdasarkan  penelitian
Hudha  2006,  remaja  yang  kurang  melakukan  aktivitas  fisik  cenderung  untuk mengalami  kelebihan  berat  badan.  Selain  itu,  obesitas  juga  bisa  merupakan
kelanjutan  karena  saat  bayi  tidak  mengkonsumsi  air  susu  ibu  ASI  melainkan susu  formula  dengan  jumlah  asupan  yang  melebihi  porsi  sehingga  anak  akan
mengalami kelebihan berat badan yang berlanjut sampai remaja Yani, 2013, dan juga  diperparah  dengan  kebiasaan  mengkonsumsi  makanan  kurang  sehat  seperti
fast food Toschke et al., 2004. Nugraha  2009  menyebutkan  bahwa  kegemukan  juga  bisa  terjadi  karena
tubuh  cenderung  untuk  menyimpan  makanan  lebih  lama,  artinya  proses metabolisme tubuh berjalan lambat. Selain itu daya serap tubuh terhadap makanan
pada  setiap  orang  juga  berbeda.  Pada  beberapa  orang,  meskipun  konsumsi makanan  sedikit,  tubuh  mereka  gemuk  karena  seluruh  kalori  yang  masuk  dapat
diserap dengan baik. Lamanya  tidur  seseorang  juga  berhubungan  dengan  berat  badan.  Dari
penelitian Weiss et al. 2010, ditemukan bahwa remaja yang tidur kurang dari 8 jam  per  hari  cenderung  memiliki  keinginan  yang  lebih  besar  untuk  makan
daripada  remaja  yang  durasi  tidurnya  cukup  8,5-9,25  jam.  Pada  penelitian  lain yang  dilakukan  oleh  Shi  et  al.  2004  pada  anak-anak  Australia  usia  5-15  tahun
ditemukan  bahwa  hubungan  antara  durasi  tidur  9  jam  dan  obesitas  lebih  kuat pada kelompok remaja awal.
Universitas Sumatera Utara
30
Dengan  kata  lain,  penyebab  obesitas  adalah  multifaktor,  melibatkan interaksi  antara  latar  belakang  genetik,  hormon,  penggunaan  obat-obatan,  faktor
sosial dan lingkungan seperti gaya hidup dan kebiasaan makan yang kurang baik serta kurangnya aktivitas fisik Murray, 2009.
Berdasarkan  uji  statistik  pada  penelitian,  didapati  bahwa  tidak  ada hubungan  antara  pola  konsumsi  makanan  dengan  status  gizi  pada  siswa  SMA
Santo  Thomas  1 Medan. Hasil  yang sama juga didapati pada penelitian  Harahap 2012 pada siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh. Hal ini dikarenakan, status
gizi  dipengaruhi  oleh  banyak  faktor,  tidak  hanya  pola  konsumsi  makanan  saja. Seperti pada penelitian Yolanda 2014, ada hubungan yang bermakna antara jenis
kelamin,  pengetahuan,  dan  frekuensi  makanan  dengan  status  gizi  remaja.  Selain itu,  pada  penelitian  Amelia  2008  didapatkan  bahwa  aktivitas  fisik  dapat
mempengaruhi  status  gizi  remaja.  Selain  aktivitas  fisik,  body  image  juga mempengaruhi status gizi seperti yang didapat pada hasil penelitian Riska 2012.
Universitas Sumatera Utara
31
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan