31
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Hanya 37 siswa 42,5 SMA Santo Thomas 1 Medan yang memenuhi
variasi menu makanan setiap kali makan. 2.
Hanya 28 siswa 32,2 SMA Santo Thomas 1 Medan yang mengkonsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan,
dan susu sebagai pelengkap setiap kali makan. 3.
Status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan pada umumnya normal yaitu sebanyak 65 siswa 74,7. Namun, ditemukan juga siswa dengan
status gizi gemuk sebanyak 15 siswa 17,2 dan obesitas 7 siswa 8. 4.
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan.
6.2 Saran
1. Bagi seluruh siswa, hendaknya memperhatikan pola konsumsi makanan
agar menu makanan yang dikonsumsi lebih bervariasi. 2.
Bagi siswa dengan status gizi gemuk dan obesitas, diharapkan mampu menjaga pola makan yang baik, mengkonsumsi makanan tinggi serat,
rendah lemak, dan olahraga yang cukup. 3.
Bagi peneliti, diharapkan mampu melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi ini.
Universitas Sumatera Utara
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pola Konsumsi Makanan
Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan
adalah untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energi guna melakukan
kegiatan sehari-hari, mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain, serta berperan di dalam mekanisme
pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit Notoatmodjo, 2003. Agar makanan dapat berfungsi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka makanan yang kita konsumsi sehari-hari tidak hanya sekedar makanan, tetapi juga mengandung zat-zat gizi tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut
Notoatmodjo, 2003. Mengkonsumsi makanan beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan karena tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat
gizi yang dibutuhkan. Berbagai gangguan gizi dan masalah psikososial dapat dicegah dengan
menyediakan makanan dengan gizi seimbang. Adapun maksud dengan gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi individu dalam satu hari yang
beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur sesuai dengan kebutuhan tubuhnya Sibagariang, 2010.
2.1.1 Pengertian Pola Konsumsi Makanan
Pola konsumsi makanan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu Khomsan, 2010. Pola
konsumsi makanan yang baik berpengaruh positif pada diri seseorang seperti menjaga kesehatan dan mencegah atau membantu menyembuhkan penyakit. Di
masyarakat, pola konsumsi makanan disebut juga dengan kebiasaan makan.
Universitas Sumatera Utara
5
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Makan
Pemilihan makanan individu sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti:
1. Jenis Kelamin
Menurut Brown 2005, pria lebih banyak membutuhkan energi dan protein daripada wanita. Hal ini dikarenakan pria lebih banyak melakukan
aktivitas fisik daripada wanita. Oleh karena itu, kebutuhan kalori pria akan lebih banyak daripada wanita, sehingga pria mengkonsumsi lebih banyak
makanan. Selain itu, banyak wanita yang memperhatikan citra tubuhnya sehingga banyak dari mereka yang menunda makan bahkan mengurangi porsi
makan sesuai kebutuhannya agar memiliki porsi tubuh yang sempurna. 2.
Pengetahuan Pengetahuan umum maupun pengetahuan tentang gizi dan kesehatan
akan mempengaruhi komposisi dan konsumsi pangan seseorang Khomsan, 2000. Informasi terkait gizi dan nutrisi dapat disebarkan melalui:
a. Poster yang dipajang di tempat-tempat umum seperti sekolah, PUSKESMAS, rumah sakit, dimana orang mempunyai kesempatan untuk
membacanya. b. Leaflet dengan pesan kesehatan yang sederhana dan spesifik.
c. Artikel di koran. d. Iklan di televisi dan radio.
e. Program sekolah untuk murid dan orangtua. 3.
Teman Sebaya Teman sebaya dapat mempengaruhi seseorang dalam mengkonsumsi
suatu makanan. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi sekedar bersosialisasi, untuk kesenangan, dan supaya tidak kehilangan
status Khomsan, 2003. Pada periode remaja, pengaruh teman sebaya lebih terlihat dalam hal pemilihan makanan Brown, 2005.
4. Budaya
Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi. Demikian pula letak geografis mempengaruhi makanan yang diinginkannya.
Universitas Sumatera Utara
6
Sebagai contoh, nasi untuk orang-orang Asia dan Orientalis, pasta untuk orang-orang Italia, kari untuk orang-orang India merupakan makanan pokok,
selain makanan-makanan lain yang mulai ditinggalkan. Makanan laut banyak disukai oleh masyarakat sepanjang pesisir Amerika Utara. Sedangkan
penduduk Amerika bagian Selatan lebih menyukai makanan goreng-gorengan Dirjen Binkesmas Depkes RI, 2007.
5. AgamaKepercayaan
Agamakepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi. Sebagai contoh, agama Islam dan Yahudi Orthodok melarang
mengkonsumsi jenis daging tertentu, agama Roma Katolik melarang mengkonsumsi daging setiap hari, dan beberapa aliran agama melarang
pemeluknya mengkonsumsi teh, kopi atau alkohol Dirjen Binkesmas Depkes
RI, 2007.
6. Status Sosial Ekonomi
Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi oleh status sosial dan ekonomi. Sebagai contoh, orang kelas
menengah ke bawah tidak sanggup membeli makanan jadi, daging, buah dan sayuran yang mahal. Pendapatan akan membatasi seseorang untuk
mengkonsumsi makanan yang mahal harganya. Kelompok sosial juga berpengaruh terhadap kebiasaan makan, misalnya kerang dan siput disukai
oleh beberapa kelompok masyarakat, sedangkan kelompok masyarakat yang lain lebih menyukai hamburger dan pizza Dirjen Binkesmas Depkes RI,
2007. 7.
Personal Preference Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap
kebiasaan makan seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan makannya sejak dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Misalnya, ayah tidak suka makan
kari, begitu pula dengan anak laki-lakinya. Ibu tidak suka makan kerang, begitu pula anak perempuannya. Perasaan suka dan tidak suka seseorang
terhadap makanan tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut. Anak-
Universitas Sumatera Utara
7
anak yang suka dimarahi oleh bibinya akan tumbuh perasaan tidak suka pada daging ayam yang dimasak bibinya Dirjen Binkesmas Depkes RI, 2007.
8. Rasa Lapar, Nafsu Makan, dan Rasa Kenyang
Rasa lapar umumnya merupakan sensasi yang kurang menyenangkan karena berhubungan dengan kekurangan makanan. Sebaliknya, nafsu makan
merupakan sensasi yang menyenangkan berupa keinginan seseorang untuk makan. Sedangkan rasa kenyang merupakan perasaan puas karena telah
memenuhi keinginannya untuk makan. Pusat pengaturan dan pengontrolan mekanisme lapar, nafsu makan dan rasa kenyang dilakukan oleh sistem saraf
pusat, yaitu hipotalamus Dirjen Binkesmas Depkes RI, 2007. 9.
Kesehatan Kesehatan seseorang berpengaruh besar terhadap kebiasaan makan.
Sariawan atau gigi yang sakit seringkali membuat individu memilih makanan yang lembut. Tidak jarang orang yang kesulitan menelan, memilih menahan
lapar dari pada makan Dirjen Binkesmas Depkes RI, 2007.
2.1.3 Penilaian Konsumsi Makanan
Asupan makan merupakan faktor utama yang berperan terhadap status gizi seseorang. Untuk menilai status gizi dapat dilakukan melalui penilaian konsumsi
makanan. Penilaian konsumsi makanan dilakukan untuk mengetahui kebiasaan makan dan menghitung jumlah makanan yang dimakan baik dalam jangka
panjang maupun jangka pendek. Untuk mendapatkan informasi tentang kebiasaan makan dan jumlah
makanan yang dikonsumsi, dapat dilakukan pengukuran melalui beberapa metode, antara lain:
1. Metode ingatan 24 Jam 24-hours food recall
Metode ini digunakan untuk estimasi jumlah makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu atau sehari sebelumnya. Dengan metode
ini akan diketahui besarnya porsi makanan berdasarkan ukuran rumah tangga URT yang kemudian dikonversi ke ukuran metrik gram Khomsan, 2010.
Universitas Sumatera Utara
8
Metode ingatan 24 jam, jika dilakukan satu hari tidak dapat menggambarkan informasi rata-rata konsumsi. Oleh karena itu, sebaiknya
dilakukan minimal 2x24 dengan selang waktu 2 hari selama sepuluh hari. 2.
Metode food records Pada metode ini, responden diminta untuk mencatat semua makanan
dan minuman yang dikonsumsi selama seminggu. Pencatatan dilakukan oleh responden dengan menggunakan ukuran rumah tangga URT atau
menimbang langsung berat makanan yang dikonsumsi dalam ukuran gram Khomsan, 2010.
3. Metode penimbangan makanan food weighing
Metode penimbangan pangan adalah metode yang paling akurat dalam memperkirakan asupan kebiasaan danatau asupan zat gizi individu. Pada
metode ini, responden diminta untuk menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi selama periode waktu tertentu. Lebih jelasnya,
responden diminta untuk menimbang semua makanan yang akan dikonsumsi dan makanan yang sisa. Kuantitas asupan makanan adalah selisih antara
kuantitas yang akan dikonsumsi dengan kuantitas pangan yang sisa Siagian, 2010.
4. Metode dietary history
Metode ini dikenal juga sebagai metode riwayat pangan. Tujuan dari metode ini adalah untuk menemukan pola inti pangan sehari-hari pada jangka
waktu lama serta untuk melihat kaitan antara inti pangan dan kejadian penyakit tertentu Khomsan, 2010.
5. Metode frekuensi makanan food frequency
Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh informasi pola konsumsi makanan sesorang. Untuk itu, diperlukan kuesioner yang terdiri dari
dua komponen, yaitu daftar jenis makanan dan frekuensi konsumsi makanan Khomsan, 2010.
Universitas Sumatera Utara
9
2.2 Pola Konsumsi Makanan Siswa
Pola konsumsi makanan siswa merupakan salah satu faktor penting yang turut menentukan potensi pertumbuhan dan perkembangan remaja. Anak sekolah
terutama pada masa remaja tergolong pada masa pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental serta peka terhadap rangsangan dari luar. Jumlah atau
porsi makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi remaja menurut Sediaoetama 2009 disajikan pada Tabel 2.1:
Tabel 2.1 Jumlah Porsi Makanan yang Dianjurkan pada Usia 15-18 Tahun Makan pagi
Makan siang Makan malam
06.00-07.00 WIB 13.00-14.00 WIB
20.00 WIB
Nasi 1 porsi 100 gr beras Nasi 2 porsi 200 gr beras
Nasi 1 porsi 100 gr beras Telur 1 butir 50 gr
Daging 1 porsi 50 gr Daging 1 porsi 50 gr
Susu sapi 200 gr Tempe 1 porsi 50 gr
Tahu 1 porsi 100 gr Sayur 1 porsi 100 gr
Sayur 1 porsi 100 gr Buah 1 porsi 75 gr
Buah 1 porsi 100 gr Susu skim 1 porsi 20 gr
Sumber: Sediaoetama, 2009.
Pola konsumsi makanan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia
lanjut.
2.3 Angka Kebutuhan Gizi