11
Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih
sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu Wardlaw, 2007.
Status gizi lebih overnutrition merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang
dikeluarkan Nix, 2005. Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk melebihi kecukupan energi yang dianjurkan untuk seseorang, akhirnya kelebihan
zat gizi disimpan dalam bentuk lemak yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi gemuk.
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1979, telah diungkapkan bagan dari Call dan Levinson 1974 sebagai bahan untuk
mengadakan analisis secara seksama masalah gizi di Indonesia. Konsep tersebut terlihat pada Gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Faktor yang mempengaruhi status gizi menurut Call dan Levinson, 2012.
Universitas Sumatera Utara
12
Dari Gambar 2.1 terlihat bahwa status gizi seseorangmasyarakat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu konsumsi makanan dan tingkat
kesehatan. Kedua faktor tersebut adalah penyebab langsung, sedangkan penyebab tidak langsung adalah kandungan zat gizi dalam bahan makanan, daya beli
masyarakat, kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan, serta lingkungan fisik dan sosial Supariasa, 2012.
Selain faktor-faktor di atas, Laura Jane Harper juga melukiskan faktor yang mempengaruhi status gizi ditinjau dari sosial budaya dan ekonomi sebagai
berikut:
Gambar 2.2 Faktor yang mempengaruhi status gizi menurut Harper, 2012.
2.4.3 Penilaian Status Gizi
Indeks Massa Tubuh IMT direkomendasikan sebagai dasar indikator antropometri untuk penilaian status gizi pada remaja. BBU dianggap tidak
informatif bila tidak ada informasi tentang TBU. Pendekatan konvensional terhadap kombinasi penggunaan BBU dan TBU untuk menilai massa tubuh
Universitas Sumatera Utara
13
dianggap memberikan hasil yang bias. Data referensi BBTB memiliki keuntungan karena tidak memerlukan informasi tentang umur kronologis. Namun,
hubungan BBTB berubah secara dramatis menurut umur dan status kematangan seksual remaja. Oleh karena itu, IMTU direkomendasikan sebagai indikator
terbaik untuk remaja. Indeks Massa Tubuh diukur dengan menggunakan rumus:
IMT = Berat Badan kg
Tinggi Badan m
Kemudian, status gizinya ditentukan melalui perhitungan statistik dengan menghitung angka nilai hasil penimbangan dibandingkan dengan angka rata-rata
atau median dan standar deviasi SD dari suatu acuan standar WHO. Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai Z-Skor adalah Supariasa, 2012:
Z − Skor = Nilai Individu Subjek − Nilai Median Baku Rujukan
Nilai Simpangan Baku Rujukan
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang