masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang pada dasarnya nanti terwujud kekuatan masyarakat sipil yang mampu merealisasikan dan menegakkan
konsep hidup yang demokratis dan emngahrgai hak-hak asasi manusia. Sosok masyarakat madani bagaikan barang antik yang memiliki daya tarik amat
mempesona. Kehadirannya
yang mampu
menyemarakkan wacana
politik kontemporer dan meniupkan arah baru pemikiran politik, bukan dikarenakan kondisi
barangnya yang sama sekali baru, melainkan disebabkan tersedianya momentum kondusif bagi pengembangan masyarakat yang lebih baik.
3.3 Relevansi Masyarakat Madani dengan Politik di Malaysia.
Hanya sedikit negeri Muslim di dunia ini yang telah melangkah begitu jauh seperti Malaysia dalam upayanya memanfaatkan kekuasaan negara untuk
melaksanakan ketentuan-ket entuan Al Qur’an dan Hadis dalam kehidupan kaum
muslim. Namun, lebih sedikit lagi negara Muslim yang kalah terkenal dari Malaysia. Malaysia menyuguhkan suatu pengalaman Islami yang unik. Malaysia adalah
sebuah masyarakat multietnik dan multiagama tempat bangsa Melayu merupakan 45 persen dari seluruh penduduknya, namun mempunyai kekuatan politik dan budaya
yang dominan. Sisanya terdiri dari berbagai kelompok etnik dan keagamaan, dan yang terbesar adalah komunitas Cina 35 Persen dan India 10 Persen. Islam dan identitas
nasional serta politik Melayu telah lama saling berkelindan,seperti tercermin dalam keyakinan umum bahwa orang Melayu mestilah beragama Islam.
117
Suatu ciri khas dalam perkembangan politik Malaysia adalah peran Islam dalam politik Malaysia. Malaysia merupakan federasi negara-negara bagian, sebuah
pemerintahan yang secara resmi bersifat pluralistis dengan Islam sebagai agama resmi dan Islam serta kaum Muslim menikmati kedudukan istimewa. Meskipun partisipasi
117
John L.Esposito dan John O.Voll. Demokrasi di Negara-Negara Muslim.Problem dan Prospek. Bandung : Mizan. 1999. Hal.165
Universitas Sumatera Utara
partai-partai Islam dalam pemilihan umum dan kiprah mereka sebagai oposisi yang sah merupakan fenomena yang relatif baru di kebanyakan negeri Muslim, selama
bertahun-tahun partai-partai politik itu telah bersaing dengan partai pemerintah UMNO, juga bersaing satu sama lain,dalam proses politik.
Berkebalikan dengan beberapa sistem politik di Timur Tengah yang tidak mengizinkan partai-partai politik Islam dan beberapa gerakan Islam kemudian
melakukan perlawanan dengan tindak kekerasan, dalam sistem Malaysia terdapat sebuah partai penguasa yang dominan yang mengakui keberadaaan dan partisipasi
politik dari kelompok-kelompok Islam yang berperan sebagai pihak oposisi nonkekerasan. Pengakuan dan integrasi kelompok-kelompok kebangkitan Islam
dalam proses demokrasi yang tengah berkembang ini terlihat tidak hanya melalui kemampuan mereka untuk beroperasi di dalam sistem, tetapi juga lewat manuver
seorang aktivis Islam yang kharismatis,Anwar Ibrahim,dari posisinya sebagai pihak oposisi hingga menjadi pihak pemerintah pada 1980-an dan bahkan pada 1994 dia
telah menjadi menteri keuangan dan deputi perdana menteri.
118
Sejak periode paling awal di Malaysia,Islam mempunyai ikatan erat dengan politik dan masyarakat. Islam merupakan sumber legitimasi bagi para sultan, yang
memegang peran sebagai pemimpin agama,pembela iman, dan pelindung hukum Islam, dan sekaligus pelindung hukum, pendidikan,dan nilai-nilai adat. Islam dan
identitas Melayu saling berjalin berkelindan, menjadi orang Melayu berarti menjadi Muslim.
Kolonialisme Inggris membedakan dengan jelas antara agama dan negara, dengan diperkenalkannya administrasi sipil dan sistem hukum yang berbeda dengan
sistem hukum dan pengadilan Islam. Pada saat yang sama, masyarakat juga menjadi
118
Ibid., Hal. 166
Universitas Sumatera Utara
lebih pluralistis akibat imigrasi besar-besaran orang-orang non-Muslim Cina dan India serta pertumbuhan dan kemakmuran komunitas mereka di kemudian hari.
Pluralisme dan hubungan agama dengan identitas nasional Melayu menjadi isu politik ketika Malaysia tengah berjuang merebut kemerdekaan pada periode pasca -
Perang Dunia II. Usulan-usulan awal Inggris bagi Serikat Melayu bersatu dengan kesamaan hak warga negara bagi Serikat Melayu bersatu dengan kesamaan hak warga
negara bagi semua orang,ditolak oleh bangsa Melayu,yang mengkhawatirkan pertumbuhan populasi, kekuatan ekonomi, serta pengaruh komunitas Cina dan India.
Yang telah menikmati tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan kaum Muslim Melayu.
119
Konstitusi Melayu tahun 1957 mengabadikan identifikasi agama dan etnik,kedudukan istimewa bagi Islam,para sultan,dan kaum Muslim Melayu.
Konstitusi itu mendefenisikan orang Melayu sebagai orang yang mengaku memeluk agama Islam,terbiasa berbicara dengan bahasa Melayu,dan meyesuaikan diri dengan
adat- istiadat Melayu. Orang-orang Melayu menikmati hak istimewa yang mencakup sistem kuota Melayu dalam pendidikan, pemerintahan,dan bisnis. Islam dinyatakan
sebagai agama resmi baik dalam federasi maupun dalam negara bagian masing- masing,dan para sultan diakui sebagai pemimpin agama di negara bagian
mereka,yaitu sebagai pembela dan pelindung agama dan kebudayaan Melayu,yang berhak menjalankan kewajiban-kewajiban moral dan agama. Pada tingkat negara, para
sultan mendirikan departemen urusan agama dan pengadilan Islam,mengenakan dan mengumpulkan pajak zakat,atau pajak kekayaan,dan penyebaran agama. Banyak
sekali aturan agama diterapkan di tingkat negara dan mencakup perbagai perkara yang sangat beragam dari hukuman karena tidak
mengikuti sholat jum’at di mesjid, minum
119
Ibid., Hal.167
Universitas Sumatera Utara
minuman keras,atau melanggar kewajiban puasa Ramadhan di depan umum,hingga hukuman karena mengajarkan doktrin yang salah,kedapatan berkhalwat dengan
seorang wanita bukan muhrim,atau melakukan penghinaan terhadap para pejabat agama atau terhadap Islam.
120
Konstitusi ini merupakan perwujudan realitas politik dan sosial masyarakat,dan mencerminkan kesalinghubungan antara identitas nasional,agama,dan etnik. Seperti
dikemukakan Fred R. Von der Mehden,”fakta pertama dalam kehidupan politik dan sosial di Malaysia adalah hubungan antara agama dan etnik”.
121
Politik Malaysia mencerminkan dikotomi etnik Melayu dan politik akomodasi turunannya. Dikotomi
etnik Melayu,dengan akomodasi komunal dan konfliknya bakal terus memainkan peranan penting dalam perkembangan politik Malaysia dan berperan sebagai
katalisator utama pribumi bagi kebangkitan Islam. Ketegangan-ketegangan internal yang diakibatkan oleh dikotomi etnik dalam
masyarakat Malaysia meledak pada tahun1969. Kerusuhan etnik antara orang-orang Melayu dan Cina di Kuala Lumpur menandai titik balik dalam politik Malaysia.
Sementara kaum Muslim Melayu,yang kebanyakan tinggal di pedesaan dan bertani, mendominasi pemerintahan dan politik,komunitas Cina dan India yang berbasis kota
meraih kemakmuran dan menonjol di bidang ekonomi dan pendidikan. Ketegangan ekonomi Malaysia akibat adanya kesenjangan yang begitu besar dan semakin terasa
kehadirannya, dan meningkatnya tingkat kehidupan ”orang-orang asing” itu, menyulut kerusuhan anti Cina yang menyebabkan ratusan orang mati atau terluka,
dibubarkannya parlemen selama hampir dua tahun, diberlakukannya keadaan darurat, dan dilakukannya usaha-usaha oleh pemerintah untuk menangani isu persamaan
komunal. Persepsi Islam sebagai agama penduduk pribumi yang terancam, yang
120
Ibid.,
121
Ibid., Hal.168
Universitas Sumatera Utara
kebanyakan tinggal di pedesaan, miskin,dan tidak pandai berdagang telah menumbuhkan sikap defensif yang menjadi landasan politik,kebijakan publik,dan
pendirian yang didukung oleh ras Melayu.
122
Berkebalikan dengan kebanyakan negeri Muslim yang lain,kebangkitan kembali Islam di Malaysia merupakan kebangkitan religioetnik. Banyak faktor dari dalam
negeri maupun internasional berperan pada era 1970-an dan 1980-an yang mengakibatkan
timbulnya kebangkitan
kembali IslamMelayu
yang agama,ekonomi,bahasa,dan kebudayaan saling berkaitan. Pemerintah menjalankan
program reformasi ekonomi dengan sasaran meningkatkan usaha orang-orang Melayu dan Bumiputra lain. Kebijakan Ekonomi Nasional NEP,suatu rancangan langkah-
langkah menyangkut hak-hak istimewa,kuota, serta subsidi untuk meningkatkan ekonomi dan pendidikan guna mengubah ”ketidakseimbangan” antara komunitas
Melayu dan komunitas-komunitas lain. Meskipun fokus pertama program itu adalah pembangunan sosio-ekonomi Melayu,promosi bahasa dan nilai-nilai budaya Melayu
semakin menguatkan ikatan antara agama dan etnik, proses ini dengan tekanan pada bahasa Melayu,sejarah,kebudayaan,dan agama,memperkuat kebanggaan,identitas dan
solidaritas Melayu. Nasionalisme Melayu dan Islam,yang merupakan unsur terpenting dalam identitas budaya Melayu,menjadi kekuatan ideologi dan politik yang semakin
besar. Dinamika kebangkitan kembali Melayu-Islam terutama tampak dikalangan
generasi muda, yaitu para mahasiswa dan lulusan universitas Melayu pada periode pasca 1969. Kebangkitan Islam di Malaysia lebih jauh diperkuat dengan kembalinya
para mahasiswa dari tempat belajar mereka di Amerika Serikat dan Inggris,yang
122
Ibid.,Hal.169
Universitas Sumatera Utara
sangat terpengaruh oleh para mahasiswa dan negara-negara Muslim lain dan juga oleh tulisan dan pemikiran para aktivis Islam dari Arab,Iran dan pakistan.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia Muslim lain juga mempengaruhi kebangkitan Islam di Malaysia. Perang Arab-Israel tahun 1967 dan embargo minyak
Arab tahun 1973, menggugah simpati rakyat Islam dan menguatkan ikatan pemerintah dan nonpemerintah dengan dunia Arab dan dunia Muslim yang lebih luas. Program
Islamisasi Pakistan di bawah Jenderal Zia Ul-Haq 1977- 1988 dan ”revolusi Islam”
Iran tahun 1978-1981 sangat dikenal oleh para pemimpin Malaysia. Peristiwa- peristiwa Internasional ditambah dengan meluasnya komunikasi massa, memberikan
sumbangan penting bagi terjadinya transformasi di Malaysia.
123
Kebangkitan Islam di Malaysia juga ditandai dengan munculnya organisasi- organisasi dakwah yang menyeru kepada penegakan Islam di Malaysia seperti Darul
Arqam dibawah pimpinan Ustad Ashaari Muhammad, ABIM dibawah pimpinan Anwar Ibrahim,dan tidak ketinggalan Partai Islam se-Malaysia PAS.
Untuk melihat relevansi masyarakat madani di Malaysia maka kita harus terlebih dahulu mengetahui dan menelaah problema yang terjadi di negara ini.
Problema tersebut antara lain,pertama, dalam masyarakat Malaysia korupsi bukan suatu hal yang baru lagi,korupsi sudah semakin menjadi-jadi dalam beberapa institusi
penting negara yang sekiranya tidak ada tindakan tegas akan menjadi satu sistem yang diterima masyarakat dan akhirnya akan menghancurkan negara. Dari pejabat tanah
hingga ke peringkat tertinggi kerajaan yang melibatkan menteri, korupsi semakin mengancam norma-norma masyarakat.
Gejala korupsi dalam pemerintahan Malaysia memang sulit diberantas karena pelakunya adalah orang-orang politik. Rusaknya moralitas anggota-anggota politik ini
123
Ibid., Hal. 170-171
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan Malaysia disebut sebagai negara yang sedang sakit sick of nation.
124
Terlampau banyak skandal korupsi yang melibatkan menteri dan tokoh korporat tetapi yang peliknya tidak ada seorangpun yang mencoba membawa kasus korupsi ini ke
pengadilan. Sehingga Anwar membentangkan Rang Undang-Undang Anti Rasuah, tidak
pernah ada tindakan serius kerajaan pimpinan Mahathir untuk menghapuskan korupsi. Pembentangan Rang Undang-Undang ini adalah bentuk sumbangan terbesar Anwar
dalam memperjuangkan isu korupsi. Semua ini beliau lakukan untuk mewujudkan kerajaan yang bersih dan supaya rakyat yakin dengan kerajaan.
125
Kedua, kemajuan negara dan proses urbanisasi yang amat pantas juga membawa kepada keruntuhan akhlak di kalangan remaja. Isu-isu seperti
penyalahgunaan obat, kekerasan rumahtangga, kelahiran anak di luar nikah, seks luar nikah dan sebagainya adalah isu yang amat serius yang bisa menghancurkan negara.
Menyadari akan hakikat bahwa remaja adalah aset masa depan negara, Anwar sendiri mengambil inisiatif menghapuskan penyakit sosial dengan adanya Jawatankuasa
Kabinet Menangani Masalah Sosial dan melancarkan beberapa program di peringkat nasional disamping memperuntukkan jutaan ringgit untuk menghapuskan penyakit
sosial ini. Ketiga, kemajuan ekonomi tidak memberi makna apa-apa sekiranya kerajaan
tidak berpegang pada prinsip-prinsip demokrasi. Kelahiran golongan berpendidikan tinggi dan golongan ”middle class” menunutut kerajaan untuk memerintah dengan
lebih demokratik dan menghormati serta memberi perhatian kepada setiap pandangan dan kritikan terhadap dasar-dasar negara. Sebagai negara yang semakin
124
Warjio. Hubungan Pemilu,Kerusuhan Etnik dan Partai Islam: Studi Kasus Partai Islam seMalaysia. Dalam Politea. Jurnal Ilmu. Politik. Medan : Jurusan Ilmu Politik FISIP USU. 2005. Hal. 9
125
Nazim Abdul
Rahman. Anwar
dan Masa
Depan Malaysia.
http:www.malaysia.netlistssangkancil19999-07msg00940.html
Universitas Sumatera Utara
maju,gelombang kebangkitan masyarakat untuk turut terlibat secara langsung dalam proses politik dan menentukan haluan negara melalui berbagai instrumen demokrasi.
Anwar sadar bahwa rakyat hari ini bukan lagi rakyat semasa paska kemerdekaan yang memungkinkan pemerintah bersikap autoritarian dalam melaksanakan dasar-dasar
negara karena rakyat pada masa itu mungkin tidak b egitu memahami ”the complexity
of governing a country”. Cara-cara yang tidak demokratik da penggunaan undang- undang yang bertujuan menghalangi rakyat menyampaikan pendapat dan
menyuarakan pendangan dengan bebas ala Mahathir sudah lapuk ketika negara memasuki milenium baru.
Atas kesadaran ini, Anwar memperkenalkan gagasan masyarakat madani yaitu masyarakat yang bebas bersuara menegur pemimpin, mengkritik dasar-dasar negara,
masyrakat dimana institusi demokrasi dihormati,kerajaan yang adil, pemerintahan berdasarkan undang-undang dan bukan pemerintahan oleh undang-undang rule of
law not rule by law,masyarakat yang maju ekonominya,sains dan teknologi. Beliau amat menentang pemerintahan yang otoritarian seperti yang berlaku dalam
pemerintahan Mahathir yang sebenarnya menghalangi kemajuan karena pemerintahan yang tidak demokratik akan menyebabkan daya pemikiran masyarakat terkekang.
Karena ruang yang terbuka luas untuk masyarakat bersuara dalam menyatakan pendapat mereka yang akan menjamin negara terus maju. Tidak ada negara yang bisa
maju jika rakyatnya bodoh dan tidak memiliki daya intelektual yang tinggi. Sebab itu sejak sekian lama Anwar secara tidka langsung melalui ucapan-ucapannya
menyatakan pandangan yang menggambarkan ketidaksetujuan beliau tentang cara pemerintahan Dr. Mahathir.
Pada tahun 1996 ketika persidangan antarbangsa ”The Philipine Revolution and Beyond” di Manila, Anwar Ibrahim menyebutkan,
Universitas Sumatera Utara
“It is essential that power be vested in a democratically constituted authority rather than in the hands of an individual. Power personalized is power plundered from the people. Democracy
is not luxury that Asians cannot afford, as some would have us believe…….The fact that democracy is often abused,leading to chaos and paralysis,does not mean that dictatorship is the
answer. Rather the solution lies in purging democracy of its excesses,such as unbridled individualism at the expense of the rights and the legitimate interests of the majority. Thus
democracy must be revitalised by infusing it with ethical princip les and moral uprightness.”
126
Dalam rangka pengembangan masyarakat Madani di Malaysia ini adalah hal yang relevan hubungan antara Negara dan masyarakat yang tidak selalu berpijak pada
pemahaman dimana keduanya memiliki hubungan positioning yang berlawanan, lagi pula perjuangan masyarakat madani dalam menuntut demokrasi tidak harus dengan
cara kekerasan atau radikal,atau menjurus pada tindakan mengubah system secara revolusioner. Sebab didalam system pun ada elemen-elemen tertentu yang
mendukung,yang sebenarnya memiliki kaitan erat dengan peluang demokratisasi. Kendati terdapat dominasi negara yang cukup kuat seperti dalam intrumen hukum dan
sebagainya. Proses pembangunan juga merupakan instrumen yang penting dalam
pembentukan masyarakat madani. Pembangunan ekonomi telah menciptakan kesempatan yang tidka terduga bagi masyarakat untuk membangun diri mereka
sendiri. Infrasturktur ekonomi yang kuat jelas merupakan modal yang penting untuk membangun kemandirian dan keswadayaan masyarakat. Dengan program NEP yang
pernah diterapkan di Malaysia maupun program ”visi 2020” menjadikan Malaysia berhasil menangani krisis ekonomi yang pernah melanda kawasan ini dan menjadikan
Malaysia sebagai sebuah negara di Asia Tenggara yang memiliki tingkat ekonomi
126
Ibid.,
Universitas Sumatera Utara
yang tinggi,dan kemajuan ekonomi seperti ini jelas membantu dalam proses perwujudan masyarakat madani.
Pembangunan pendidikan juga dapat menciptakan masyarakat semakin kritis untuk secara politik mencapai kemandirian. Munculnya kaum intelektual dari
kalangan anak muda telah memberikan suatu harapan baru bagi rakyat Malaysia untuk menjadikan Malaysia sebagai negara yang lebih demokratis.
Permasalahannya sekarang adalah pemerintah seolah menutup mata melihat kesadaran demokrasi yang semakin berkembang dalam masyarakat Malaysia, bahkan
pemerintah menekan daya kritis masyarakat dengan membatasi kesempatan mereka untuk menyampaikan pendapat. Termasuk dalam hal menekan kebebasan pers yang
menjadi simbol dari daya kritis masyarakat. AS Hikam seorang tokoh Indonesia yang cukup konsisten dalam mengkaji
masyakat madani mengatakan bahwa setidaknya ada tiga elemen aktor politik yang sebenarnya dapat diharapkan menjadi motor demokratisasi di negara berkembang,
yaitu kaum cendekiawan dan akademisi, kelas menengah secara umum, maupun elemen politik arus bawah terutama buruh dan tani.
127
Dapat kita arahkan kedalam kondisi Malaysia, bahwa yang dapat menjadi motor demokratisasi untuk mewujudkan masyarakat Madani adalah kaum intelektual,kaum
ulama,middle class maupun etnik Melayu. Masyarakat Madani adalah impian Anwar Ibrahim untuk dapat diterapkan di
Malaysia,Anwar Ibrahim berharap agar Malaysia dapat menjalankan Islam secara menyeluruh dalam segala aspek kehidupan. Kondisi Malaysia yang pluralistik dari
segi agama maupun etnik menjadikan Malaysia memungkinkan untuk menciptakan masyarakat madani di Negara tersebut. Hanya saja kendala yang ada adalah
127
Muhammad AS Hikam. Masyarakat Madani dan Demokrasi. Dalam Adi Suryadi Culla. Masyarakat Madani. Pemikiran,teori dan relevansinya dengan cita-cita reformasi. Jakarta : PT.Raja Grafindo
Persada. 1999. Hal.134
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan Mahathir yang otoriter telah membatasi beberapa aspek pembentuk masyarakat madani seperti kebebasan pers yang dikekang,hukum yang masih menjadi
milik orang-orang yang berkuasa dan lain sebagainya. Namun,Malaysia tetap memiliki masa depan yang cerah dalam mewujudkan masyarakat madani.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Malaysia sebuah negara yang pluralistik terdiri dari berbagai agama dan etnik,dimana Melayu sebagai etnik terbesar sebanyak 65 persen dari jumlah seluruh
warga negara Malaysia. Melayu yang identik dengan Islam menjadikan Islam sebagai agama resmi federasi dan negara bagian. Berbicara mengenai politik Malaysia tidak
dapat dilepaskan dengan Islam,karena Islam merupakan bagian dari politik di Malaysia.
Kebangkitan Islam di Malaysia ditandai dengan pemuda-pemuda Malaysia yang pulang dari luar negeri seperti Amerika dan Inggris membawa ajaran Islam ke
Malaysia karena di negara tempat mereka menuntut ilmu mereka bergaul dengan mahasiswa-mahasiswi yang berasal dari negeri-negeri muslim lainnya di seluruh
dunia. Sekembalinya dari menuntut ilmu mereka melaksanakan Islam lebih dari sebelumnya. Semangat untuk menegakkan Islam di negara sendiri menjadikan
pemuda-pemuda tersebut mulai mendirikan organisasi-organisasi Islam yang tujuannya adalah untuk berdakwah menyebarkan Islam kepada seluruh masyarakat
Malaysia baik yang beragama Islam supaya kembali mempelajari Islam dan melaksanakan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya dan juga menyebarkan Islam
kepada masyarakat non-muslim agar mereka tertarik dengan Islam dan berusaha mempelajari Islam untuk kemudian dapat memeluk Islam.
Kebangkitan Islam ini juga ditandai dengan banyaknya buku-buku maupun jurnal-jurnal dari pemikir-pemikir Islam dari negara-negara muslim yang mulai
berkembang luas di Malaysia. Momentum kebangkitan Islam di Malaysia juga dikarenakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di negara-negara Islam khususnya di
Universitas Sumatera Utara