2.6.1 Proses flokulasi
Flokulasi adalah proses kontak diantara partikel-partikel koloid yang telah mengalami destabilisasi sehingga ukuran partikel-partikel tersebut tumbuh menjadi
partikel-partikel yang lebih besar. Dalam hal ini proses koagulasi harus diikuti flokulasi yaitu penggumpalan koloid terkoagulasi sehingga membentuk flok yang
mudah diendapkan Sutrisno, T. 1991. Koagulasi dan flokulasi diperlukan untuk menghilangkan material limbah berbentuk suspensi atau koloid. Partikel-partikel ini
tidak dapat mengendap dalam periode waktu yang wajar dan tidak dapat dihilangkan dengan proses perlakuan fisika.
2.6.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi koagulasi dan flokulasi
a. Pengaruh temperatur air
Apabila temperatur air menurun maka viskositas air akan meningkat sehingga kecepatan mengendap flok akan menurun. Proses koagulasi-flokulasi lebih mudah
dilakukan pada temperatur tinggi dari pada temperatur rendah, karena viskositas air pada temperatur tinggi lebih rendah dari pada viskositas air pada temperatur rendah.
Hubungan antara temperatur dengan proses koagulasi-flokulasi adalah sebagai berikut:
1. pH optimum untuk proses koagulasi akan berubah-ubah karena pengaruh
temperatur. 2.
Dosis koagulan akan bertambah bila temperatur turun. 3.
Untuk dosis koagulan tertentu, proses koagulasi-flokulasi akan mempunyai kekeruhan yang lebih tinggi bila temperatur rendah.
b. Pengaruh derajat keasaman pH dan alkalinitas
Universitas Sumatera Utara
pH merupakan salah satu faktor yang menentukan proses koagulasi. Rentang pH dalam proses koagulasi dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi koagulan serta
komposisi kimia air yang akan diolah. Hal ini penting untuk menghindari adanya kelarutan koagulan. Koagulasi akan berjalan baik apabila berada pada rentang pH
optimum atau berkisar 7,0 pH netral. c.
Pengaruh jenis koagulan Koagulan adalah bahan kimia yang digunakan atau yang ditambahkan untuk
membantu proses koagulasi. Pemilihan jenis koagulan pada pengolahan air seharusnya didasarkan kepada penelitian performa koagulan dan setelah itu baru
dilihat dari segi ekonomisnya. d.
Pengaruh tingkat kekeruhan air baku Pada proses kekeruhan yang rendah, maka proses destabilisasi akan sukar
terjadi. Sebaliknya pada tingkat kekeruhan yang tinggi proses destabilisasi akan berlangsung dengan cepat, tetapi bila pada kondisi tersebut dipakai dosis koagulan
yang rendah maka pembentukan flok kurang efektif. Hubungan dosis koagulan dan tingkat kekeruhan secara garis yaitu:
1. Umumnya dosis koagulan akan naik bersamaan dengan meningkatnya
kekeruhan, akan tetapi kenaikan dosis koagulan ini tidak berbanding lurus dengan peningkatan kekeruhan.
2. Apabila kekeruhan sangat tinggi akan diperlukan koagulan yang lebih
sedikit karena besarnya tumbukan antar partikel-partikel koloid yang telah dikoagulasi. Dan bila kekeruhan rendah kemungkinan terjadinya tumbukan
yang tidak terlalu besar sehingga sulit terkoagulasi.
Universitas Sumatera Utara
3. Bervariasinya distribusi ukuran partikel lebih memudahkan terjadinya
koagulasi, dibandingkan dengan suspensi yang hanya terdiri dari satu jenis ukuran partikel saja.
e. Pengaruh kondisi pengadukan mixing
Pengaturan kondisi pengadukan sangat penting untuk mencapai proses koagulasi-flokulasi yang baik. Pengaturan kondisi pengadukan dapat dilakukan
dengan mengatur gradien kecepatan G dan lamanya waktu pengadukan t. Pencampuran koagulan harus benar-benar merata, sehingga koagulan yang
dibubuhkan akan bereaksi dengan partikel-partikel koloid atau ion-ion lain dalam suspensi. Disamping itu kecepatan pengadukan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan flok dan bila kecepatan pengadukan terlalu besar maka akan mengakibatkan pecahnya flok Nainggolan, H. 2011.
2.7 Tawas alum
Tawas atau alum adalah sejenis koagulan dengan rumus kimia Al2SO4
3
11 H
2
O atau 14 H
2
O atau 18 H
2
O, umumnya yang digunakan adalah 14 H
2
O. Tawas merupakam bahan koagulan yang paling efektif pada pH antara 4
– 8. Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada turbiditas kekeruhan dari air baku. Semakin
tinggi turbiditas air baku maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakaian tawas juga tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang terkandung dalam air
baku tersebut. Semakin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan semakin turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas yang
efektif antara 5,8 – 7,4.
Koagulan yang berbasis aluminium seperti aluminium sulfat digunakan pada pengolahan air minum untuk memperkuat penghilangan materi partikulat, koloidal
Universitas Sumatera Utara
dan bahan-bahan terlarut lainnya melalui proses koagulasi. Pemakaian alum sebagai koagulan pengolahan air, sering menimbulkan konsentrasi aluminium yang lebih
tinggi dalam air yang diolah dari pada air mentah Nainggolan, H. 2011. Garam aluminium ini mengandung 15-20 Al
2 3
. Pada kasus sesderhana Al
3+
dengan OH
-
dapat disebabkan oleh ionisasi air atau alkalinitas air. Dalam air, tawas akan menghasilkan :
Al
2
SO
4 3
14 H
2
O 2 Al
3+
+ 3 SO
4 2-
+ 14 H
2
O Ion OH
-
diperoleh dari ionisasi air, sebagai berikut: H
2
O H
+
+ OH
-
Kemudian ion Al
3+
bereaksi dengan ion OH
-
2 Al
3+
+ 6 OH
-
2 AlOH
3
aluminium sulfat dengan air yang mempunyai alkalinitas alami membentuk flok aluminium hidroksida sebagai berikut:
Al
2
SO
4 3
14 H
2
O +CaHCO
3
2 AlOH
3
+CaSO
4
+ 14 H
2
O + 6 CO Manurung,J.2009.
2.8 Poly Aluminium Chloride PAC