Mencari Titik Temu dalam Dakwah Toleransi Tanpa Kehilangan Sibgah

11 merupakan alat atau sarana untuk mencapai kebenaran. 25 Salah satu bentuk nyata dari penerapan diskusi ini adalah tentang permasalahan arah kiblat dimana KH. Ahmad dahlan dalam rapat pertama musyawarah alim ulama mengumpulkan para ulama untuk mendiskusikannya.

c. Mencari Titik Temu dalam Dakwah

Terpecahnya dunia pendidikan di Indonesia pada abad 20 M menjadi dua golongan. Pertama, pendidikan yang diberikan oleh sekolah barat yang sekuler yang tidak mengenal ajaran agama. Kedua, pendidikan yang diberikan oleh pondok pesantren yang hanya mengenal ajaran agama saja. Akibat dialisme pendidikan tersebut lahirlah dua kutub intelegensia: lulusan pesantren yang menguasai agama tetapi tidak menguasai ilmu umum dan sekolah Belanda yang menguasai ilmu umum tetapi tidak menguasai ilmu agama. Menghadapi realitas dialisme pendidikan tersebut KH. Ahmad Dahlan mencoba menemukan titik temu dengan mengintergrasikan kedua sistem pendidikan tersebut. Untuk mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus; memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri di mana agama dan pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Ahmad Dahlan memadukan antara pendidikan Agama dan pendidikan umum sedemikian rupa, dengan tetap berpegang kepada ajaran Al- Qur’an dan As- Sunnah. 26

d. Toleransi Tanpa Kehilangan Sibgah

Perilaku KH. Ahmad dahlan dalam melihat sesuatu dengan berfikir positif ini kiranya menjadi trade-mark Muhammadiyah dalam menjalankan perannya sebagai gerakan tajdid. Pendirian Muhammadiyah awal-awal juga melibatkan beberapa orang dari kalangan non- muslim. Sikap menghargai perbedaan yang sangat diresapi oleh KH. Ahmad Dahlan termanifestasi dalam kehidupan sosial secara nyata. Atas bantuan berbagai pihak, Muhammadiyah hingga kini berkembang pesat dengan ciri gerakan bersumbu pada gerakan 25 Ibid. hlm.73 26 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006, hlm.306. 12 il’am, gerakan dakwah, gerakan tajdid, dan gerakan sosial keagamaan. Terhadap orang atau kelompok yang membenci islam, KH. Ahmad Dahlan memperlakukannya berbeda, tentunya sesuai dengan syariat islam. Menghargai perbedaan atau toleransi dalam kehidupan sosial memiliki manfaat yang sangat besar bagi keberlangsungan pembangunan dan kemanusiaan. Pada awal-awalnya dakwahnya, atas sikap menghargai perbedaan ini, KH. Ahmad dahlan sempat dicap sebagai kiai kafir. Tetapi, hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk selalu memanusiakan manusia sesuai dengan ajaran agama islam. KH. Ahmad Dahlan memiliki sikap toleran, tetapi tegas dan santun. Pemikirannya yang terbuka dan sikapnya yang santun membuatnya disegani dalam setiap kesempatan . 27

e. Memilih Kata yang Tepat