9
Dengan kedalaman ilmu agama dan ketekunannya dalam mengikuti gagasan-gagasan pembaharuan Islam, KH. Ahmad Dahlan kemudian aktif
menyebarkan gagasan pembaharuan Islam ke pelosok-pelosok tanah air sambil berdagang batik. pada tanggal 18 November 1912 KH. Ahmad Dahlan
mendirikan organisasi Muhammadiyah. Disamping aktif di Muhammadiyah beliau juga aktif di partai politik. Seperti Budi Utomo dan Sarikat Islam.
Hampir seluruh hidupnya digunakan untuk beramal demi kemajuan umat islam dan bangsa.
Sekolah, masjid, langgar, rumah sakit, poliklinik dan rumah yatim piatu banyak didirikan. Kesemuanya merupakan hasil dari perjuangan melalui
Muhammadiyah. Selian itu juga pada tahun 1918 didirikan pula organisasi bagi kaum wanita yang di berinama Aisyiah, kemudian dibentuk pula kepanduan
Hizbul Wathan. Setelah perkumpulan Muhamadiyah yang didirikannya teratur dan kuat, maka KH. Ahmad Dahlan berpulang ke Rahmatullah pada tanggal 23
Februari 1923 dalam usia 55 tahun.
20
2. Implementasi Metode Dakwah Bil-Ḥikmah KH. Ahmad Dahlan
a. Mengenal Strata Mad’u
Dalam berdakwah, KH. Ahmad Dahlan terkenal dengan kearifan dan kebijaksanaan tidak memaksa peserta dakwah mengikutinya, beliau dalam
berdakwah selalu memperhatikan budaya masyarakatnya. Misalnya terhadap, tradisionalisme, KH. Ahmad Dahlan menggunakan metode
tabligh menyampaikan dengan mengunjungi murid-muridnya, dari pada menunggu kedatangan mereka. Padahal pada waktu itu, guru mencari murid
adalah persoalan “aib sosial-budaya”. Dan KH. AhmadDahlan adalah sosok yang pantas dan berhak didatangi oleh murid-muridnya dikarenakan
kecakapan dan kemampuan dibidang agama.
21
Kalau ditelaah model guru pada zaman modern ini, seperti sosok KH. Ahmad Dahlan sangat sulit dan bahkan tidak ada lagi. Kepribadian itulah
20
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam,
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996, hlm.
121.
21
M.Afdul Halim Hani, Manifesto Gerakan Intelektual Profetik, Yogyakarta: samudra biru,2011, hlm. 74.
10
yang menjadi kelebihan sosok Ahmad Dahlan. Pada saat ini guru datang mengajar setelah murid mahasiswa ada di kelas ini secara umum di
terapkan di indonesia, namun tidak dengan Dahlan, yang rela berjalan untuk mengunjungi para murid-muridnya. Menurut M. Abdul Halim Sani tabligh
yang digunakan ini dilakukan setidaknya ada dua implikasi yaitu; pertama, melawan langsung terhadap idolatery pemujaan tokoh ulama, dan yang
kedua, perlawanan langsung terhadap mistifikasi agama.
22
b. Kapan Harus Bicara, Kapan Harus Diam
KH. Ahmad Dahlan sebagai manusia Jawa yang lahir di lingkaran Keraton Yogyakarta adalah pemimpin yang memahami konsep menghindari
perdebatan atau pembicaraan yang tidak layak. Apabila hanya berupa pembicaraan-pembicaran rendah yang tidak bermutu. Perdebatan yang tidak
ada ujung pangkalnya hanya menguras tenaga dan pikiran. Bersilat lidah yang hanya menguras kepuasan diri berujung pada silang sengketa yang tidak
menguntungkan.
23
KH. Ahmad Dahlan pada awal perjuangan dakwahnya banyak sekali kritik dan hinaan yang ia terima. Tidak hanya hujatan dalam bentuk lisan
Bahkan dalam bentuk tindakan nyata seperti ketika langgar yang milik beliau diruntuhkan. Tentunya hal ini sangat berat untuk dihadapi tapi dengan penuh
kesabaran tindakan “Kapan harus diam” dalam Metode Dakwah bil- ikmah ia terapkan. Diam disini maksudnya beliau tidak lantas membalas perbuatan yang
mereka lakukan dengan hal serupa. KH. Ahmad Dahlan adalah sosok yang gemar berdiskusi. Kebiasaan
berdiskusi telah dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan sejak dirinya masih belia.
24
Hingga dirinya tumbuh dewasa, diskusi yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan ditekankan untuk adanya dialog untuk meyakinkan sasaran dakwahnya atau
bahkan orang-orang yang tidak sepaham denganya. Karena, bagi dahlan, dialog
22
Haeder Nahsir, Muhammadiyah
Gerakan Pembaharuan, Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2010, hlm. 274.
23
GRAy. Koes Moertiyah dan HM. Nasruddin Anshory Ch.,Tafsir Jawa; Keteladanan Kiai Ahmad Dahlan, Yogyakarta: Adi Wacana,2010, hlm. 37.
24
M. Sanusi, Kebiasaan- Kebiasaan Inspiratif Kh. Ahmad dahlan kh. Hasyim Asy’ariTeladan- Teladan Kemuliaan Hidup , Jogyakarta: Diva Press, 2013, hlm.72.
11
merupakan alat atau sarana untuk mencapai kebenaran.
25
Salah satu bentuk nyata dari penerapan diskusi ini adalah tentang permasalahan arah kiblat
dimana KH. Ahmad dahlan dalam rapat pertama musyawarah alim ulama mengumpulkan para ulama untuk mendiskusikannya.
c. Mencari Titik Temu dalam Dakwah