Fungsi Protein Sifat Protein dan Asam Amino

Gambar 2.8 Struktur kuartener protein Anonim, 2010.

2.1.4 Fungsi Protein

Dalam penyuluhan dan pendidikan gizi protein berfungsi sebagai zat pembangun. Selain itu protein berfungsi dalam pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, menggantikan sel-sel yang mati. Sebagai badan-badan anti, protein juga berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh melawan berbagai mikroba dan zat toksik lain yang datang dari luar dan masuk ke dalam tubuh. Sebagai zat-zat pengatur, protein mengatur proses-proses metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon. Semua proses metabolik diatur dan dilangsungkan atas pengaturan enzim, sedangkan aktivitas enzim diatur lagi oleh hormon, agar terjadi hubungan harmonis antara proses metabolisme yang satu dengan yang lain. Universitas Sumatera utara Protein sebagai salah satu sumber utama energi, bersama-sama dengan karbohidrat dan lemak. Tetapi energi yang berasal dari protein termasuk mahal, sehingga dapat digantikan dengan energi yang berasal dari karbohidrat karena jauh lebih murah dan lebih mudah didapat. Dalam bentuk kromosom, protein juga berperan dalam menyimpan dan meneruskan sifat-sifat keturunan dalam bentuk gen. Di dalam gen tersimpan kodon untuk sintesa protein enzim tertentu, sehingga proses metabolisme diturunkan dari orangtua kepada anaknya dan terus kepada generasi-generasi selanjutnya secara berkesinambungan Djaeni, 1976.

2.1.5 Sifat Protein dan Asam Amino

1. Denaturasi Denaturasi protein melibatkan gangguan dan perusakan yang mungkin dari kedua struktur sekunder, tersier, dan kuartener tanpa diikuti oleh struktur primer. Karena reaksi denaturasi tidak cukup kuat untuk mematahkan ikatan peptida, struktur primer urutan asam amino tetap sama setelah proses denaturasi. Denaturasi mengganggu normal alfa-heliks dan lembaran beta pada protein menjadi bentuk acak. Denaturasi terjadi karena interaksi yang bertanggungjawab untuk struktur sekunder, struktur tersier, dan struktur kuartener terganggu. Dalam struktur tersier ada empat jenis interaksi ikatan antara rantai samping termasuk ikatan hidrogen, jembatan garam, ikatan disulfida, dan non-polar interaksi hidrofobik, yang mungkin terganggu. Oleh karena itu, berbagai reagen dan kondisi dapat menyebabkan denaturasi. Denaturasi dapat diartikan suatu perubahan terhadap struktur sekunder, tersier, dan kuartener terhadap molekul protein, tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Pengamatan yang Universitas Sumatera utara paling umum dalam proses denaturasi adalah pengendapan atau koagulasi protein Winarno, 1986. Sketsa proses denaturasi protein dapat dilihat pada Gambar 2.9 berikut ini: Gambar 2.9 Sketsa proses denaturasi Anonim, 2010. Menurut Winarno 1991, ada beberapa faktor yang menyebabkan denaturasi yaitu: a. Fisika 1 Panas Panas adalah penyebab umum denaturasi molekul serum albumin alamiah berbentuk ellips dengan panjang : lebar 3 : 1 yang akan berubah bentuk menjadi bulat 5 : 5 bila dipanaskan. Denaturasi sering diikuti oleh penurunan kelarutan protein, karena terbukanya gugus hidrofilik disebut agregasi. Protein atau denaturasi cendrung migrasi ke interface antarmuka sehingga gugus hidrofilik pada fase air dan gugus hidrofobik pada fase non air. Universitas Sumatera utara 2 Alkohol Alkohol dapat menyebabkan terjadinya denaturasi protein yaitu dengan mengganggu ikatan rantai sisi hidrogen intramolekuler. 3 Pendinginan Suhu yang rendah dapat menyebabkan terjadinya denaturasi. Beberapa protein susu dan telur teragregasi dan mengendap apabila didinginkan pada freezer. 4 Rangsangan mekanik Perlakuan mekanik pada adonan roti kneading and rolling dapat menyebabkan terjadinya denaturasi akibat energi yang diberikan, dan terjadinya regangan yang berulang; rusaknya α-helix. 5 Tekanan hidrostatik Pada tekanan 50 kPa dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi. 6 Radiasi Pengaturan radiasi elektromagnetik terhadap protein tergantung pada panjang gelombang dan energi yang diberikan. Radiasi UV diadsorbsi oleh residu asam amino aromatik yaitu: triptofan, tirosin, dan fenilalanin. b. Bahan kimia 1 Asam dan basa Protein stabil pada pH tertentu, tetapi bila diberi pH yang jauh lebih besar atau jauh lebih kecil, maka akan terjadi denaturasi. 2 Logam Ada beberapa jenis logam yang dapat menyebabkan denaturasi yaitu: logam alkali Na, K sedikit bereaksi; logam alkali tanah Ca, Mg lebih Universitas Sumatera utara reaktif; logam transisi Cu, Fe, Hg, dan Ag langsung bereaksi dan membentuk komplek yang stabil. 3 Pelarut organik Hampir seluruh pelarut organik akan menyebabkan denaturasi, dengan cara mengganggu konstanta dielektrika dari media pelarut sehingga stabilitas protein terganggu. Pelarut organik non polar mampu menembus ke dalam daerah hidrofobik, mengganggu interaksi hidrofobik. Denaturasi juga terjadi karena interaksi pelarut organik dengan air kompetisi, misal alkoholetanol. 4 Larutan senyawa organik dalam air Beberapa senyawa organik seperti urea dan garam dalam air akan mengganggu ikatan hidrogen sehingga menyebabkan terjadinya denaturasi. Senyawa ini juga menurunkan interaksi hidrofobik, dengan menaikkan kelarutan residu asam amino hidrofobik dalam fase air. 2. Zwitter ion Dalam larutan asam pH rendah, gugus amino bereaksi dengan H + , sehingga protein bermuatan positif. Bila pada kondisi ini dilakukan elektrolisis, molekul protein akan bergerak ke arah katoda. Sebaliknya, dalam larutan basa pH tinggi, molekul protein akan bereaksi sebagai asam atau bermuatan negatif, sehingga molekul protein akan bergerak menuju anoda. Pada pH tertentu yang disebut titik isoelektrik pI berkisar 4-4,5, muatan gugus amino dan karboksil bebas akan saling menetralkan sehingga molekul bermuatan nol. Tiap jenis protein mempunyai titik isoelektrik yang berlainan. Pengendapan paling cepat terjadi Universitas Sumatera utara pada titik isolistrik ini, dan prinsip ini digunakan dalam proses-proses pemisahan serta pemurnian protein Winarno, 1991. 3. Ampoter Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein, menyebabkan protein banyak muatan polielektrolit dan bersifat amfoter dapat bereaksi dengan asam dan basa. Daya reaksi berbagai jenis protein terhadap asam dan basa tidak sama, tergantung dari jumlah dan letak asam amino dan karboksil dalam molekul Winarno, 1991. 4. Pembentukan ikatan peptida Dua asam amino berikatan melalui suatu ikatan peptida dengan melepas sebuah molekul air. Reaksi keseimbangan ini untuk berjalan ke arah hidrolisis daripada sintesis. Pembentukan ikatan tersebut memerlukan banyak energi, sedang untuk hidrolisis praktis tidak memerlukan energi Winarno, 1991. Pembentukan ikatan peptida dapat dilihat pada Gambar 2.10 berikut ini: Gambar 2.10 Pembentukan ikatan peptida Anonim, 2010. Universitas Sumatera utara

2.1.6 Manfaat Protein