FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PENGEMUDI BUS (STUDI PADA BUS P.O. JEMBER INDAH TRAYEK JEMBER-SITUBONDO)

(1)

1

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PENGEMUDI BUS

(STUDI PADA BUS P.O. JEMBER INDAH TRAYEK JEMBER-SITUBONDO)

SKRIPSI

Oleh:

Akhmad David Casidy Rifal NIM. 092110101025

BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS JEMBER


(2)

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PENGEMUDI BUS

(STUDI PADA BUS P.O. JEMBER INDAH TRAYEK JEMBER-SITUBONDO)

SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan S-1 Kesehatan Masyarakat

dan mendapat gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

Akhmad David Casidy Rifal NIM. 092110101025

BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS JEMBER


(3)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Ibunda Fadlah dan Ayahanda Djuffri tersayang, yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta pengorbanan yang tiada batas. Terima kasih untuk semua motivasi dan semangat yang tiada akhir.

2. Semua guruku dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi, yang telah memberikan ilmu dengan tulus dan ikhlas;


(4)

MOTTO

“Allah tidak pernah mencabut sesuatu dari kita, kecuali Allah mengganti dengan yang lebih baik, itu akan terjadi jika kita bersabar dan ridho dengan segala

ketetapan-Nya.” („Aidh Ibn Abdillah al-Qarni) *

*)

al-Qarni, A. 2012. La Tahzan, Sesungguhnya Allah Bersamamu. Yogyakarta: Syura Media Utama.


(5)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Akhmad David Casidy Rifal NIM : 092110101025

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: Faktor Risiko yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Lalu Lintas pada Pengemudi Bus adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan pada institusi manapun serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, April 2015 Yang menyatakan,

Akhmad David Casidy Rifal NIM 092110101025


(6)

HALAMAN PEMBIMBINGAN

SKRIPSI

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PENGEMUDI BUS

(STUDI PADA BUS P.O. JEMBER INDAH TRAYEK JEMBER-SITUBONDO)

Oleh

Akhmad David Casidy Rifal NIM 092110101025

Pembimbing

Dosen Pembimbing Utama : Anita Dewi P.S., S.KM., M.Sc Dosen Pembimbing Anggota : dr. Ragil Ismi Hartanti., M.Sc


(7)

PENGESAHAN

Skripsi berjudul Faktor Risiko yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pengemudi Bus (Studi pada Bus P.O. Jember Indah trayek Jember-Situbondo) telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 27 Februari 2015

Tempat : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember Tim Penguji

Ketua

Yunus Ariyanto, S.KM., M.Kes NIP. 197904112005011002

Sekretaris

Ellyke, S.KM., M.KL NIP. 198104292006042002 Anggota

Jamrozi, SH

NIP. 196202091992031004 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember

Drs. Husni Abdul Gani, M.S. NIP. 195608101983031003


(8)

SUMMARY

Risk Factors in Relation to Traffic Accident in Bus Drivers (A Atudy of P.O Jember Indah route Jember - Situbondo); Akhmad David Casidy Rifal, 092110101025; 2015; 99 pages; Department of Environmental and Occupational Health and Safety, Faculty of Public Health University of Jember.

The development of science and technology as well as globalization era encourages tight competition in all sector include transportation sector. The number of vehicles which increase rapidly today also increase the number of traffic accidents. Traffic accidents occur because of several factors. Therefore this research was conducted to analyze the factors of traffic accidents happened to bus driver of P. O Jember Indah for route Jember - Situbondo. The result of this research was hoped to be used as a consideration for transportation institutions as an effort to reduce violations and traffic accidents as well as study materials and discussion and also further research in department of environmental and occupational health and safety. This research was analytic observational with cross sectional approach. It was done in the work field of P. O Jember Indah for route Jember - Situbondo with 31 drivers as the member of population. This research was population research therefore the sample of the research was all bus drivers of P. O Jember Indah for route Jember – Situbondo. Dependent variable of this research was traffic accidents of P. O Jember Indah for route Jember – Situbondo, while human factors and vehicles factor as the independent variable. Logistic regression analysis with 95% confidence level ( α = 0.05 ) was used to know the relation between dependent and independent variable. The result of this research showed that traffic accidents happened to bus drivers of P. O Jember Indah for route Jember – Situbondo was caused by education level (p=0,019) with

Odd Ratio (0,165), years of service (p=0,025) with Odd ratio (0,316), driving behavior (p=0,006) with Odd Ratio (0,114), driving knowledge (p=0,038) with

Odd Ratio (0,194) and vehicles factor (p=0,019) with Odd Ratio (6,050). From the result obtained it was essential to do selective administration of driving license by the police to bus drivers; increase the frequency of traffic regulation training ,


(9)

training on the rules of passengers and baggage, training on driving behavior and driving knowledge proved by the Certificate of Public Transport Drivers conducted by the Department of Transportation; complete the bus with standardized safety driving equipment such as safety belt, fire extinguisher, and first aid box; and check the condition of vehicles regularly and periodically.


(10)

RINGKASAN

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kecelakaan Lalu Lintas pada Pengemudi Bus (Studi pada Bus P.O. Jember Indah Trayek Jember-Situbodo); Akhmad David Casidy Rifal, 092110101025; 2015; 99 halaman; Bagian Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

Kemajuan ilmu dan teknologi serta era globalisasi mendorong persaingan yang tajam di semua sektor termasuk sektor transportasi. Peningkatan jumlah kendaraan yang sangat pesat juga meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas. Kejadian kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh berbagai faktor. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengemudi bus P.O Jember Indah trayek Jember-Situbondo. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi instansi-instansi transportasi dalam upaya mengurangi angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas serta sebagai bahan kajian dan diskusi serta penelitian lebih lanjut dalam Bidang Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Dilakukan di wilayah kerja P.O. Jember Indah trayek Jember-Situbondo dengan besar populasi sebanyak 31 sopir. Penelitian ini merupakan penelitian populasi sehingga sampel yang digunakan adalah semua pengemudi bus P.O. Jember Indah trayek Jember-Situbondo. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kecelakaan lalu lintas pada pengemudi bus P.O. Jember Indah trayek Jember-Situbondo, sedangkan variabel bebasnya adalah faktor manusia dan faktor kendaraan. Untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas maka menggunakan uji regresi logistik dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengemudi bus P.O. Jember Indah trayek Jember-Situbondo adalah tingkat pendidikan (p=0,019) dengan Odd Ratio (0,165), masa kerja (p=0,025) dengan Odd ratio (0,316), perilaku mengemudi (p=0,006) dengan Odd Ratio (0,114), pengetahuan


(11)

mengemudi (p=0,038) dengan Odd Ratio (0,194) dan faktor kendaraan (p=0,019) dengan Odd Ratio (6,050). Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa perlu dilakukan pemberian SIM yang lebih ketat dan selektif terhadap pengemudi bus oleh pihak kepolisian; Menambah frekuensi pelatihan tentang tata cara berlalu lintas di jalan, pelatihan tentang peraturan penumpang dan bagasi, pelatihan tentang perilaku dan pengetahuan mengemudi yang diwujudkan dalam Sertifikat Pengemudi Angkutan Umum yang dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan; Melengkapi armada bus dengan peralatan keselamatan berkendara yang sesuai standar seperti safety belt, alat pemadam api ringan, kotak P3K; dan melakukan pengecekan secara rutin dan berkala terhadap kondisi kendaraan.


(12)

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor Risiko yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pengemudi Bus (Studi pada Bus P.O. Jember Indah)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, dan petunjuk dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Drs. Husni Abdul Gani, M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember;

2. Ibu Anita Dewi PS, S.KM., M.Sc selaku ketua bagian Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja sekaligus Dosen Pembimbing Utama (DPU);

3. Ibu dr. Ragil Ismi Hartanti, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Anggota (DPA) yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, koreksi, ilmu, motivasi, serta meluangkan waktu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan; 4. Bapak Yunus Ariyanto S.KM., M.Kes selaku ketua penguji dalam skripsi

ini;

5. Ibu Ellyke, S.KM., M.KL., selaku sekretaris penguji dalam skripsi ini; 6. Bapak Jamrozi, SH., selaku anggota penguji dalam skripsi ini;

7. Bapak Abu Khoiri, S.KM., M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA);

8. Bapak Drs. Sutikno selaku Kepala P.O. Jember Indah yang memberi bantuan dalam penelitian;

9. Bapak-bapak sopir bus P.O. Jember Indah trayek Jember-Situbondo yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi responden;


(13)

10. Bapak Madya selaku petugas Dinas Perhubugan Kabupaten Jember yang telah memberikan data dan ilmunya dalam penelitian ini;

11. Bapak Akmal,. SH., S.I.K, selaku Kepala Satuan Lalu Lintas Kabupaten Jember yang telah membantu dalam penelitian ini;

12. Ibuku tersayang Fadlah dan ayah tersayang Djuffri yang telah memberikan motivasi, kasih sayang dan doanya;

13. Dwi Musdalifah, Dinda Nur Faidah dan Miftakul Mudawamah yang selalu mendoakan, membantu, serta memberikan canda dan tawa dalam kesedihan, hambatan, dan kebahagiaan penulis;

14. Guru-guru dan dosen-dosen tercinta khususnya dosen Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja yang telah memberikan banyak ilmu berharga;

15. Keluarga MC12 yang telah menjadi keluarga selama di Jember, terima kasih tak terhingga buat Firman, Dadang, Andre, Dhani, Rossy, Sandi, Huda, Angga dan Oni yang selalu membantu dalam menyelesaikan dan memberi semangat;

16. Sobatku Adib, Nasyaa, Sofyan, Bagus, Jayus, Fatur, Shelga, Agung, Riza, Arif, Fani, Febri, Emir, Ongki, Yayak dan yang tak bisa disebutkan satu-satu, terima kasih atas bantuan, saran dan doanya;

17. Seluruh teman peminatan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja yang selalu berbagi dan saling memotivasi selama menempuh pendidikan ini;

18. Teman-teman angkatan 2009 serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Jember, Mei 2015


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN PEMBIMBINGAN ... vi

HALAMAN PENGESAHAN ... vii

SUMMARY ... viii

RINGKASAN ... x

PRAKATA ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ... xxi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum……… 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Bagi Peneliti ... 6

1.4.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 6

1.4.3 Bagi Perusahaan . ... 7

1.4.4 Bagi Masyarakat . ... 7


(15)

2.1 Kecelakaan... 8

2.1.1 Definisi Kecelakaan ... 8

2.1.2 Kecelakaan Lalu Lintas ... 8

2.2 Klarifikasi kecelakaan Lalu Lintas ... 10

2.2.1 Penggolongan Kecelakaan Lalu Lintas ... 10

2.2.2 Jenis Kecelakaan Lalu Lintas ... 10

2.2.3 Dampak Kecelakaan Lalu Lintas ... 11

2.3 Peraturan dan Perundang Undangan Lalu Lintas ... 11

2.4 Uji Berkala Kendaraan Bermotor ... 12

2.4.1 Pengujian Kendaraan Bermotor ... 12

2.4.2 Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor ... 14

2.5 Perilaku Pengemudi ... 16

2.5.1 Definisi Perilaku ... 16

2.5.2 Determinan Perilaku ... 17

2.6 Pengetahuan Keselamatan Transportasi ... 18

2.7 Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu-Lintas ... 19

2.7.1Faktor Manusia... `20

2.7.2 Faktor Kendaraan ... 24

2.7.3 Faktor Lingkungan Fisik ... 27

2.8 Bus ... 30

2.9 Kerangka Teori Penelitian ... 31

2.10 Kerangka Konseptual Penelitian……… 32

2.11 Hipotesis Penelitian……… 33

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

3.3.1 Populasi ... 35

3.3.2 Sampel ... 35

3.4 Variabel Dan Definisi Operasional ... 35


(16)

3.4.2 Definisi Operasional ... 36

3.5 Sumber Data Primer dan Sekunder, Teknik dan Istrumen Penumpulan Data... 39

3.5.1 Data Primer ... 39

3.5.2 Data Sekunder ... 39

3.5.3 Teknik dan Instrumen Pengumpulan ... 39

3.6 Teknik Penyajian dan Analsis Data ... 40

3.6.1 Teknik Penyajian Data ... 40

3.6.2 Analisis Data ... 40

3.7 Kerangka Alur Penelitian ... 41

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Hasil Penelitian... 42

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Otobus Jember Indah trayek Jember-Situbondo ... 43

4.1.2 Karakteristik Individu ... 43

4.1.3 Perilaku Mengemudi ... 45

4.1.4 Pengetahuan Mengemudi ... 46

4.1.5 Faktor Kendaraan ... 46

4.1.6 Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas ... 47

4.1.7 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas ... 48

4.1.8 Hubungan Perilaku Mengemudi dengan Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas ... 50

4.1.9 Hubungan Pengetahuan Mengemudi dengan Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas ... 50

4.1.10 Hubungan Faktor Kendaraan dengan Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas ... 51

4.2 Pembahasan ... 52

4.2.1 Karakteristik Individu ... 52

4.2.2 Perilaku Mengemudi ... 56


(17)

4.2.4 Faktor Kendaraan ... 60

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN


(18)

DAFTAR TABEL

Halaman 3.1 Variabel, Definisi Operasional, Cara Pengukuran, Kategori

Penilaian, dan Pengukuran serta Skala Data ... 35 4.1 Distribusi Frekuensi Usia pada Pengemudi Bus

P.O Jember Indah ... 44 4.2 Distribusi Frekuensi pendidikan pada Pengemudi Bus

P.O Jember Indah ... 44 4.3 Distribusi Frekuensi Masa Kerja pada Pengemudi Bus

P.O Jember Indah ... 45 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Mengemudi pada Bus

P.O Jember Indah ... 45 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Mengemudi pada Bus

P.O Jember Indah ... 46 4.6 Distribusi Frekuensi Kondisi Kendaraan

Bus P.O Jember Indah ... 47 4.7 Distribusi Frekuensi Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas

dalam 5 tahun Terakhir pada Bus P.O Jember Indah ... 47 4.8 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas

Berdasarkan Usia ... 48 4.9 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ... 48 4.10 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan

Masa Kerja ... 49 4.11 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan

Perilaku Mengemudi ... 50 4.12 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan

Pengetahuan Mengemudi ... 51 4.13 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan


(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 2.1 Kerangka Teori Penelitian... 31 2.2 Kerangka Konsep Penelitian……….. 32 3.1 Alur Penelitian ... 41


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent) ... 69

B. Kuesioner Penelitian ... 70

C. Lembar Observasi ... 73

D. Hasil Analisis ... 75

E. Dokumentasi ... 98


(21)

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Arti Lambang % = persen

- = sampai dengan ° = derajat

/ = atau < = kurang dari > = lebih dari

 = lebih kecil sama dengan  = lebih besar sama dengan  = alfa

ρ = Signifikansi

Daftar Singkatan

CV = Comanditaire Venootschap

Dep. Hub = Departemen Perhubungan Dep. Kes = Departemen Kesehatan

Dijen Hubdat = Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kanit Laka = Kepala Unit Kecelakaan

Kep. Men = Keputusan Menteri

KTP = Kartu Tanda Penduduk

MI = Madrasah Ibtidaiah

MTS = Madrasah Tsanawiyah

NAB = Nilai Ambang Batas

NTP = National Traffic Police

PO = Perusahaan Otobus

Polres = Polisi Resor

POLRI = Kepolisian Republik Indonesia


(22)

PT = Perguruan Tinggi

P3K = Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

SD = Sekolah Dasar

SMA = Sekolah Menengah Atas

SMP = Sekolah Menengah Pertama

SPAU = Sertifikat Pengemudi Angkutan Umum TNI = Tentara Nasional Indonesia

UU = Undang Undang


(23)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kemajuan ilmu dan teknologi serta era globalisasi menuntut kualitas sumber daya manusia yang tinggi dan kualitas tertentu. Globalisasi mendorong persaingan yang tajam di semua sektor termasuk sektor transportasi. Persaingan di sektor transportasi menuntut operator atau perusahaan pemberi jasa transportasi untuk tetap mampu bersaing, baik antar perusahaan maupun antar negara. Untuk sektor perhubungan darat, khususnya di bidang lalu lintas dan angkutan jalan, peningkatan kualitas dan kuantitas yang dilakukan perusahaan bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara baik, nyaman, dan selamat. Namun, peningkatan kuantitas pemberi jasa angkutan umum mempunyai risiko terjadinya kecelakaan.

Peningkatan jumlah kendaraan yang sangat pesat juga meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas. Menurut Robert E. Dewar dan Paul L. Olson (2007), faktor faktor yang berhubungan dengan terjadinya kecelakaan lalu lintas dibagi menjadi 3 yaitu, faktor manusia; faktor kendaraan; faktor lingkungan dan jalan. Manusia sebagai pengendara yaitu orang yang melaksanakan pekerjaan mengemudi, mengendalikan, dan mengarahkan kendaraan ke suatu tempat tertentu. Manusia merupakan faktor terbesar dalam terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Faktor-faktor manusia yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas seperti tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, mengemudi dengan kecepatan tinggi dan mengantuk dalam berkendara (Jeffry, 2012)

Manusia sebagai pengendara memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi dalam berkendara, yaitu faktor psikologis dan faktor fisiologis. Keduanya adalah faktor dominan yang mempengaruhi manusia dalam berkendara di jalan raya. faktor psikologis dapat berupa mental, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan faktor fisiologis mencakup penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, kelelahan, dan sistem saraf.


(24)

34

Kendaraan yang mengalami perawatan secara berkala dan terus-menerus akan menciptakan rasa aman, nyaman dan selamat bagi pengemudi dan penumpangnya. Kondisi fisik dan mesin bus yang meliputi rem, ban, kaca spion, lampu utama, lampu sign dan sebagainya juga akan mempengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas. Lingkungan fisik merupakan faktor dari luar yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas, lingkungan fisik yang dimaksud terdiri dari dua unsur, yakni faktor jalan dan faktor lingkungan. Faktor jalan meliputi kondisi jalan yang rusak, berlubang, licin, gelap, tanpa marka/rambu, dan tikungan/tanjakan/turunan tajam, selain itu lokasi jalan seperti di dalam kota atau di luar kota (pedesaan) dan volume lalu lintas juga berpengaruh terhadap timbulnya kecelakaan lalu lintas. Sedangkan faktor lingkungan berasal dari kondisi cuaca, yakni berkabut, mendung, dan hujan. Interaksi antara faktor jalan dan faktor lingkungan inilah yang akhirnya menciptakan faktor lingkungan fisik yang menjadi salah satu sebab terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat pada tahun 2012, besarnya persentase masing-masing faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di Indonesia yaitu faktor manusia sebesar 93,52%, faktor kendaraan sebesar 2,76%, faktor jalan 3,23%, dan faktor lingkungan sebesar 0,49%. Menurut data WHO pada tahun 2010, cidera akibat kecelakaan lalu lintas membunuh setidaknya 1,24 juta orang tiap tahunnya. Ini berarti rata-rata di seluruh dunia 3.397 orang terbunuh tiap harinya di jalan. Hampir 90% dari kematian tersebut terjadi pada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Jika tidak segera dilakukan tindakan, WHO memperkirakan jumlah korban yang mengakibatkan kematian akan meningkat menjadi 1,9 juta orang pada tahun 2020.

Berdasarkan data POLRI yang diolah kembali oleh Direktorat Keselamatan Transportasi Darat, jumlah kendaraan di Jawa Timur pada tahun 2009 mencapai 81.725.420 unit. Dari jumlah tersebut, 11.828.529 diantaranya merupakan jenis mobil berpenumpang, 6.225.588 mobil beban (truk), 4.223.677 bus, dan 59.477.626 sepeda motor. Akibatnya jalanan semakin padat dipenuhi kendaraan, apa lagi pada jam berangkat kerja dan pulang kerja. Kondisi ini semakin diperparah lagi oleh perilaku para pengemudi kendaraan bermotor yang


(25)

tidak sesuai dengan aturan. Akibatnya, banyak masalah kecelakaan lalu lintas yang kerap terjadi di jalan raya.

Di Indonesia, berdasarkan Simposium Korlantas Polri, jumlah kecelakaan lalu lintas pada tahun 2012 sebanyak 117.949 kejadian dengan kerugian mencapai 298,6 milyar rupiah. Pada taun 2013, mengalami penurunan jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas sebesar 14,34% atau terjadi kejadian kecelakaan sebanyak 101.037 dan kerugian materi sebesar 14,47% atau kerugian materi sebesar 254,6 milyar rupiah. Di provinsi Jawa Timur, berdasarkan data POLRI yang diolah kembali oleh Direktorat Keselamatan Transportasi Darat, tingkat kecelakaan di Jawa Timur pada tahun 2008 sudah mencapai angka 59.164 kasus kecelakaan, sedangkan korban yang meninggal sebanyak 20.188 orang dengan kerugian 131, 21 milyar rupiah. Sementara itu di tahun 2009 lalu ada 62.960 kasus kecelakaan lalu lintas dan 19.797 orang meninggal dunia dengan kerugian mencapai 136,29 milyar rupiah. Dari data tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan kasus kecelakaan dan kerugian yang diterima akibat kasus kecelakaan tersebut. Sementara di wilayah kerja Polisi Resor Jember, pada tahun 2013 telah terjadi kecelakaan lalu lintas sebanyak 907 kasus kecelakaan yang menyebabkan 113 korban meninggal dunia, 15 luka berat dan 1.120 luka ringan dan mengakibatkan kerugian mencapai Rp 592.950.000 (Kanit LAKA Polres Kabupaten Jember).

Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (2014), jumlah kecelakaan lalu lintas bus di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 6.601 kasus dan mengalami penurunan di tahun 2013 dengan 4.893 kasus kecelakaan lalu lintas bus. Sementara di Kabupaten Jember, berdasarkan data Kanit LAKA kabupaten Jember tahun 2013 telah terjadi 15 kasus kecelakaan yang melibatkan bus. Kecelakaan tersebut menyebabkan 4 meninggal dunia dan 16 luka ringan dengan kerugian diatas Rp 15.000.000.

Dari hasil penelitian Jeffry (2012) di kota Medan dan penelitian Kartika (2009) di kota Depok, terhadap responden yang pernah mengalami kecelakaann lalu lintas didapatkan faktor penyebab terbesar terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah faktor manusia yang diikuti oleh faktor lingkungan fisik dan yang terkecil adalah faktor kendaraan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa faktor manusia


(26)

terdiri dari mengantuk, lengah, pengaruh obat dan alkohol, lelah, sakit, melebihi batas kecepatan, tidak tertib, tidak memiliki SIM dan menggunakan handphone

saat berkendara. Faktor lingkungan fisik terdiri dari jalan berlubang, jalan rusak, jalan licin, jalan menikung, jalan gelap dan hujan. Sedangkan untuk faktor kendaraan terdiri dari ban pecah, selip, lampu kendaraan yang kurang terang atau bahkan mati, rem blong, kaca film terlalu hitam dan kendaraan tidak layak jalan.

Berdasarkan data dari Departemen Perhubungan Darat (2014), trayek Jember-Situbondo memiliki 38 armada bus dengan rincian 31 P.O Jember Indah, 3 P.O Restu dan 4 P.O Putra Mandiri. P.O Jember Indah adalah perusahaan yang mempunyai jumlah armada terbanyak untuk trayek Jember-Situbondo. Perusahaan Otobus Jember Indah merupakan perusahaan jasa transportasi yang berada di kabupaten Jember dan merupakan P.O terbesar di Jember. Dengan Kondisi perekonomian yang tidak pasti akhir-akhir ini, P.O Jember Indah tetap eksis dan tetap beroperasi. Jalur operasional bus Jember Indah terbagi menjadi 3 yaitu Jember-Situbondo, Jember-Malang dan Jember-Surabaya. Perusahaan Otobus Jember Indah mempunyai pengemudi sebanyak 40 orang dan 40 kondektur dengan rincian 31 pengemudi bus trayek jember situbondo, 5 pengemudi bus trayek jember Surabaya, 2 pengemudi bus jember malang dan 2 pengemudi bus cadangan. Perusahaan Otobus (P.O) Jember Indah memiliki armada sebanyak 55 armada dengan rincian 42 bus untuk jurusan Jember-Situbondo, 4 bus untuk jurusan Jember-Surabaya, 1 bus untuk jurusan Jember-Malang, 6 bus cadangan dan 2 bus pariwisata.

Trayek Jember-Situbondo sendiri berjarak 71,8 km. Ruas jalan dari Jember sampai Situbondo tidak begitu lebar, sebagian besar lebar jalan hanya dapat dilalui oleh dua kendaraan. Lampu penerangan pada daerah-daerah tertentu masih kurang seperti di Kecamatan Jelbuk, Kecamatan Tapen dan Kecamatan Prajekan. Keberangkatan bus dimulai dari Terminal Arjasa yang melewati Terminal Bondowoso dan berakhir di Terminal Situbondo dan begitu sebaliknya. Jadwal pemberangkatan dimulai pada pukul 04.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 23.00 WIB. Jam kerja pengemudi P.O Jember Indah setiap harinya bervariasi antara 2 dan 3 kali PP Jember-Situbondo.


(27)

Berdasarkan keterangan salah satu pengemudi P.O Jember Indah trayek Jember-Situbondo, beliau pernah mengalami kecelakaan lalu lintas pada tahun 2010 di daerah Tapen, Bondowoso. Kecelakaan lalu lintas tersebut terjadi dikarenakan dirinya kurang waspada terhadap kendaraan lain yang berlawanan arah ketika hendak menyalip kendaraan lain. Akibatnya bus menabrak pengendara sepeda motor dari arah berlawanan sehingga terjadi kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan patah kaki, luka-luka, dan kerugian materi serta psikologis.

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan jasa transportasi yang diberikan, maka peningkatan kualitas keselamatan berkendara (Safety Riding)

merupakan kunci keberhasilan program. Hal ini akan tercipta bila didukung dengan faktor manusia dan faktor kendaraan yang memadai dalam berkendara. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai faktor risiko yang berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas pada bus P.O Jember Indah trayek Jember-Situbondo.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: ”Apa sajakah faktor risiko yang berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas pada pengemudi bus P.O. Jember Indah trayek Jember-Situbondo?”

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas pada bus P.O. Jember Indah trayek Jember-Situbondo.


(28)

1.3.2 Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan umum yang telah disebutkan di atas, maka tujuan khusus yang ingin dicapai adalah:

a. Mengidentifikasi faktor manusia (karakteristik, pengetahuan dan perilaku) dalam kecelakaan lalu lintas pada pengemudi bus P.O. Jember Indah trayek Jember-Situbondo

b. Mengidentikasi faktor kendaran pada armada bus P.O Jember Indah trayek Jember-Situbondo.

c. Menganalisis hubungan antara faktor manusia (karakteristik, pengetahuan dan perilaku) dengan kecelakaan lalu lintas pada pengemudi bus P.O. Jember Indah trayek Jember-Situbondo.

d. Menganalisis hubungan antara faktor kendaraan pada armada bus P.O. Jember Indah trayek Jember-Situbondo dengan kecelakaan lalu lintas.

1.4 Manfaat 1.4.1 Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasan, pengalaman dan keterampilan bagi peneliti serta menambah wawasan peneliti di bidang kesehatan dan keselamatan kerja khususnya di transportasi umum di darat. 1.4.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Diharapkan dapat memberikan bahan tambahan referensi dan bahan kepustakaan bagi mahasiswa dan pihak lain yang ingin melakukan penelitian di bidang kesehatan dan keselamatan kerja di sektor transportasi darat pada bagian kesehatan dan keselamatan kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

1.4.3 Bagi Perusahaan Otobus/Instansi Tempat Penelitian

Sebagai bahan pertimbangan dalam usaha mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas dan memberikan informasi dibidang kesehatan dan keselamatan kerja sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas.


(29)

1.4.4 Bagi Masyarakat

Memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja mengenai sebab terjadinya kecelakaan akibat kerja di bidang transportasi darat.


(30)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan

2.1.1 Definisi Kecelakaan

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diduga dan tidak diharapkan. Tak terduga karena dibelakang peristiwa itu terdapat unsur ketidak sengajaan, lebih-lebih dalam hal perencanaan. Tak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian materil dan penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat (Suma‟mur, 2006). Menurut Suma‟mur, suatu peristiwa yang dapat digolongkan suatu kecelakaan jika bersifat : diluar kemauan manusia, disebabkan oleh kekuasaan dari luar yang berlangsung cepat dan mengakibatkan cidera badan jiwani.

Menurut John Ridley (2008), kecelakaan adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diharapkan dan mengakibatkan kerugian berupa fisik, materi dan psikologis. Kecelakaan terjadi akibat terdapat 4 unsur yang saling berinteraksi. Keempat unsur tersebut adalah People, Equipment, Material dan Environment (Ramli, 2010).

Kecelakaan dapat terjadi karena kondisi alat atau material yang kurang baik atau berbahaya. Kecelakaan juga dapat dipicu oleh lingkungan kerja yang tidak aman seperti ventilasi, penerangan, kebisingan dan suhu yang tidak aman yang melampaui nilai ambang batas.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993, kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.

2.1.2 Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus dianalisis dan ditemukan, agar tindakan korektif kepada penyebab itu dapat dilakukan serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak diduga dan tidak diharapkan. Tak terduga karena dibelakang peristiwa itu terdapat


(31)

unsur ketidaksengajaan, lebih-lebih dalam hal perencanaan. Tak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian materil dan penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat (Suma‟mur, 2006). Menurut D.A. Colling (1990) yang dikutip oleh Ben Fauzi (2009) kecelakaan dapat diartikan sebagai tiap kejadian yang tidak direncanakan dan terkontrol yang dapat disebabkan oleh manusia, situasi, faktor lingkungan, ataupun kombinasi-kombinasi dari hal-hal tersebut yang mengganggu proses kerja dan dapat menimbulkan cedera ataupun tidak, kesakitan, kematian, kerusakaan property ataupun kejadian yang tidak diinginkan lainnya.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, mengungkapkan kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian pada lalu lintas jalan yang sedikitnya melibatkan satu kendaraan yang menyebabkan cedera atau kerusakan atau kerugian pada pemiliknya (korban). Menurut F.D. Hobbs (1995) yang dikutip Kartika (2009) mengungkapkan kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya. Kecelakaan tidak hanya trauma, cedera, ataupun kecacatan tetapi juga kematian. Kasus kecelakaan sulit diminimalisasi dan cenderung meningkat seiring pertambahan panjang jalan dan banyaknya pergerakan dari kendaraan. Dari beberapa definisi kecelakaan lalu lintas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa pada lalu lintas jalan yang tidak diduga dan tidak diinginkan yang sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya, sedikitnya melibatkan satu kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang menyebabkan cedera, trauma, kecacatan, kematian dan/atau kerugian harta benda pada pemiliknya (korban).


(32)

2.2. Klasifikasi Kecelakaan Lalu Lintas 2.2.1. Penggolongan Kecelakaan Lalu Lintas

Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 229, karakteristik kecelakaan lalu lintas dapat dibagi kedalam 3 (tiga) golongan, yaitu:

a. Kecelakaan lalu lintas ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

b. Kecelakaan lalu lintas sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

c. Kecelakaan lalu lintas berat, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.

2.2.2. Jenis Kecelakaan Lalu Lintas

Karakteristik kecelakaan lalu lintas menurut Dephub RI (2006) yang dikutip oleh Kartika (2009) dapat dibagi menjadi beberapa jenis tabrakan, yaitu: a. Angle (Ra), tabrakan antara kendaraan yang bergerak pada arah yang berbeda,

namun bukan dari arah berlawanan.

b. Rear-End (Re), kendaran menabrak dari belakang kendaraan lain yang bergerak searah.

c. Sideswape (Ss), kendaraan yang bergerak menabrak kendaraan lain dari samping ketika berjalan pada arah yang sama, atau pada arah yang berlawanan.

d. Head-On (Ho), tabrakan antara yang berjalanan pada arah yang berlawanan (tidak sideswape).


(33)

2.2.3. Dampak Kecelakaan Lalu Lintas

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas, dampak kecelakaan lalu lintas dapat diklasifikasi berdasarkan kondisi korban menjadi tiga, yaitu:

a. Meninggal dunia adalah korban kecelakaan yang dipastikan meninggal dunia sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.

b. Luka berat adalah korban kecelakaan yang karena luka-lukanya menderita cacat tetap atau harus dirawat inap di rumah sakit dalam jangka waktu lebih dari 30 hari sejak terjadi kecelakaan. Suatu kejadian digolongkan sebagai cacat tetap jika sesuatu anggota badan hilang atau tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak dapat sembuh atau pulih untuk selama-lamanya.

c. Luka ringan adalah korban kecelakaan yang mengalami luka-luka yang tidak memerlukan rawat inap atau harus dirawat inap di rumah sakit dari 30 hari.

2.3. Peraturan dan Perundang-undangan Lalu Lintas

Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya merupakan produk hukum yang menjadi acuan utama yang mengatur aspek-aspek mengenai lalu lintas dan angkutan jalan di Indonesia. Undang-undang ini merupakan penyempurnaan dari Undang-undang-Undang-undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya yang sudah sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi, perubahan lingkungan strategis, dan kebutuhan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan saat ini sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru.

Setelah undang-undang mengenai lalu lintas dan angkutan jalan yang lama diterbitkan kemudian diterbitkan 4 (empat) Peraturan Pemerintah (PP), yaitu: PP No. 41/1993 tentang Transportasi Jalan Raya, PP No. 42/1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor, PP No. 43/1993 tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas, PP No. 44/1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi. Lalu


(34)

dibuatlah pedoman teknis untuk mendukung penerapan Peraturan Pemerintah (PP) diatas yang diterbitkan dalam bentuk Keputusan Menteri (KepMen). Beberapa contohnya KepMen tersebut, yaitu: KepMen No. 60/1993 tentang Marka Jalan, KepMen No. 61/1993 tentang Rambu-rambu Jalan, KepMen No. 62/1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, KepMen No. 65/1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

2.4. Uji Berkala Kendaraan Bermotor 2.4.1 Pengujian Kendaraan Bermotor

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 49 ayat (1) menyatakan bahwa Kendaraan bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang diimpor, dibuat dan atau dirakit di dalam negeri yang akan dioperasikan di jalan wajib dilakukan pengujian. Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 Pasal 121 ayat (1) menyatakan bahwa pengujian dilakukan dengan tujuan untuk menjamin keselamatan, menjaga kelestarian lingkungan, dan pelayanan umum. Pengujian kendaraan bermotor merupakan serangkaian kegiatan menguji dan memeriksa bagian atau komponen kendaraan bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel. Pelaksanaan sistem pengujian kendaraan bermotor diharapkan dapat menghasilkan fungsi sebagai berikut :

a. Mencegah atau memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas, gangguan terhadap lingkungan, dan kerusakan-kerusakan berat pada waktu pemakaian.

b. Memberikan informasi kepada pemilik atau pemegang kendaraan bermotor mengenai kondisi dan spesifikasi kendaraannya antara lain : dimensi, daya angkut, tekanan sumbu terberat, kelas jalan bagi kendaraan yang bersangkutan sesuai dengan data yang terdapat dalam buku uji.


(35)

c. Memberikan saran-saran perbaikan kepada bengkel-bengkel kendaraan bermotor mengenai rehabilitasi kondisi teknis kendaraan bermotor wajib uji secara berkala.

d. Menyajikan data kuantitatif mengenai potensi armada angkutan orang atau angkutan barang setempat, dalam hubungannya dengan pembinaan angkutan pada umumnya.

Kendaraan bermotor yang termasuk jenis kendaraan bermotor wajib uji sebagai berikut :

a. Mobil penumpang umum adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk maksimal 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya tidak lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.

b. Mobil bis adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk lebih dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.

c. Mobil barang adalah kendaraan bermotor yang dirancang sebagian atau seluruhnya untuk mengangkut barang.

d. Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor selain daripada kendaraan bermotor untuk penumpang dan kendaraan bermotor untuk barang, yang penggunaannya untuk keperluan khusus atau mengangkut barang-barang khusus.

e. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.

f. Kereta Gandengan adalah sarana untuk mengangkut barang yang seluruh bebannya ditumpu oleh sarana itu sendiri dan dirancang untuk ditarik oleh kendaraan bermotor.

g. Kereta Tempelan adalah sarana untuk mengangkut barang yang dirancang untuk ditarik dan sebagian bebannya ditumpu oleh kendaraan bermotor penariknya.

Kendaraan bermotor yang termasuk jenis kendaraan bermotor tidak wajib uji sebagai berikut :


(36)

a. Kendaraan bermotor milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI).

b. Kendaraan bermotor yang menggunakan tanda nomor kendaraan Corps Diplomatique (CD) atau Corps Consulaire (CC).

c. Kendaraan bermotor yang berada dalam persediaan pedagang atau untuk pameran.

d. Kendaraan bermotor yang tidak dipergunakan karena disegel atau disita oleh negara.

e. Kendaraan bermotor yang berada di bengkel-bengkel perbaikan.

f. Kendaraan bermotor yang dipergunakan bukan untuk umum seperti mobil penumpang pribadi dan sepeda motor.

g. Kendaraan alat-alat berat tertentu yang jenisnya ditentukan. 2.4.2 Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor

Pengujian berkala kendaraan bermotor atau uji berkala adalah pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan secara berkala terhadap setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus yang dioperasikan di jalan. Masa berlaku uji berkala kendaraan bermotor selama 6 (enam) bulan. Tujuan dilaksanakan pengujian berkala kendaraan bermotor sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan secara berkala untuk menjaga agar kendaraan tersebut tidak mengandung kekurangan-kekurangan secara teknis dan diketahui / tidak atau dapat juga menimbulkan bahaya bagi lalu lintas, penumpang, dan lingkungan.

b. Hasil dari pengujian kendaraan bermotor dapat dipertanggung jawabkan. c. Menjaga prasarana jalan dan jembatan agar tidak cepat rusak.

Pelaksanaan pengujian berkala kendaraan bermotor diatur berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.71 Tahun 1993 (yang saat ini seharusnya direvisi sejalan dengan berlakunya undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009). Dalam keputusan menteri perhubungan tersebut dijelaskan bahwa pelaksanaan pengujian berkala kendaraan bermotor dimaksudkan untuk mencapai hal-hal sebagai berikut:


(37)

a. Memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan kendaraan bermotor di jalan.

b. Melestarikan lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor.

c. Memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.

Oleh karena itu untuk memberikan jaminan keselamatan secara teknis, maka unit pengujian kendaraan bermotor harus dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan pengujian dengan pemilihan jenis, tipe, kapasitas, jumlah, dan teknologi peralatan pengujian harus dilakukan secara cermat dan tepat. Pengujian pun harus dilakukan oleh tenaga penguji yang memiliki kualifikasi teknis tertentu dan sesuai dengan prosedur dan tata cara, serta dilaksanakan di lokasi yang telah ditetapkan. Selain itu hasil uji berkala kendaraan bermotor harus akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga fasilitas dan peralatan pengujian harus dipelihara atau dirawat secara periodik melalui kalibrasi.

Alat uji kendaraan bermotor adalah alat ukur yang digunakan untuk pengukuran parameter-parameter khusus sebagai bagian dari tahap pengujian laik jalan kendaraan bermotor. Peralatan uji berkala kendaraan bermotor dapat berupa peralatan pengujian lengkap, peralatan pengujian dasar, atau peralatan pengujian keliling. Peralatan pengujian kendaraan bermotor secara lengkap meliputi :

a. Alat uji suspensi roda (Pit Wheel Suspension Tester / Axle Play Detector) dan pemeriksaan kondisi teknis bagian bawah kendaraan bermotor,

b. Alat uji rem (Brake Tester)

c. Alat uji lampu utama (Headlight Tester) d. Alat uji laju kendaraan (Speedometer Tester) e. Alat uji emisi gas buang

f. Alat pengukur berat (Axle Load Tester) g. Alat uji kincup roda depan (Side Slip Tester)

h. Alat pengukur suara (Sound Level Tester atau Noise Tester) i. Alat pengukur dimensi

j. Alat pengukur tekanan udara (Tire Air Measuring Equipment) k. Alat uji kaca (Tint Tester)


(38)

l. Kompresor udara (Air compressor) m. Generator set

n. Peralatan bantu.

Peralatan pengujian dasar meliputi : alat uji suspensi roda dan pemeriksaan kondisi teknis bagian bawah kendaraan, alat uji rem, alat pengukur berat, alat pengukur dimensi, alat uji emisi gas buang dan ketebalan asap gas buang, alat pengukur tekanan udara, generator set, dan peralatan bantu. Peralatan pengujian keliling meliputi : alat uji rem, alat uji emisi gas buang dan ketebalan asap gas buang, alat pengukur berat, alat pengukur dimensi, alat pengukur tekanan udara, kompresor udara, generator set, dan peralatan bantu.

2.5 Perilaku Pengemudi 2.5.1 Definisi Perilaku

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku atau tindakan tertentu (Dep. Kesehatan, 2008).

Perilaku pengemudi adalah suatu bentuk sikap berlalu lintas yang diperoleh dari pengalaman pendidikan yang ditentukan oleh faktor latar belakang sosial, budaya, nilai, norma, adat istiadat sehingga menghasilkan pola pikir seseorang. Dalam banyak hal, faktor lingkungan sosial secara langsung memengaruhi sikap pengemudi dan kernet. Di lain pihak, ada faktor pelaksanaan yang secara langsung memengaruhi sikap dan perilaku berlalu lintas. Seperti halnya pendidikan dan sikap, faktor lingkungan sosial juga mempengaruhi penegakan hukum (Nuryana, 2003).


(39)

2.5.2 Determinan Perilaku

Menurut Djafri (2007) determinan yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang meliputi:

a. Faktor Penentu (Predisposing)

Faktor penentu adalah faktor perilaku seseorang yang ditentukan oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, persepsi, kepercayaan, dan nilai.

b. Faktor Lingkungan (Enabling)

Faktor enabling merupakan faktor lingkungan yang dapat memfasilitasi atau dapat sebagai media bagi seseorang dalam melakukan perilaku tertentu. Contoh, keadaan sosial ekonomi dan perceraian.

c. Faktor Pendorong (Reinforcing)

Faktor pendorong yaitu faktor yang menjadi pendorong atau memotivasi seseorang dalam melakukan perilaku tertentu. Contoh, pergaulan, interaksi sosial, konflik.

Menurut Djati (2001) bahwa tindakan buruk dilakukan oleh individu disebabkan oleh sebagai berikut, yaitu:

a. Tidak tahu

Yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan dengan aman dan tidak mengetahui bahaya-bahaya yang ada.

b. Tidak mampu atau tidak biasa

Yang bersangkutan mengetahui cara kerja yang aman dan bahaya-bahaya yang ada tetapi karena belum mampu serta terampil, maka ia melakukan kesalahan. c. Tidak mau

Walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja dan peraturan-peraturan dalam upaya meningkatkan keselamatan serta bersangkutan dapat melaksanakannya, tetapi karena tidak mau melaksanakannya maka terjadi kecelakaan.

Menurut Sarwono (2006), terdapat beberapa unsur yang dapat mempengaruhi perilaku pengemudi, antara lain:

a. Kondisi infrastruktur seperti kondisi jalan, rambu-rambu ataupun marka jalan. b. Sikap dan kebiasaan pengguna jalan dan angkutan umum.


(40)

c. Pergerakan transportasi yang melebihi kapasitas sistem prasarana transportasi yang ada dan melebihi daya tampung prasarana tersebut.

d. Pemantauan kualitas layanan bus belum dilaksanakan dengan baik. e. Infrastruktur transportasi tidak bermotor belum tersedia.

f. Penggunaan kendaraan pribadi lebih tinggi dibandingkan penggunaan kendaraan umum (volume kendaraan pribadi menurunkan efektivitas penggunaan ruang jalan).

Dewar dan Olson (2007) menambahkan bahwa perilaku tidak selamat

(unsafe action) merupakan tindakan-tindakan tidak aman dan berbahaya yang dilakukan oleh pengemudi. Unsafe action pada pengemudi dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal dipengaruhi oleh perilaku pengemudi itu sendiri misalnya konsumsi alkohol, obat-obatan tertentu dan rokok yang dapat menyebabkan tekanan pada sistem saraf sentral. Jumlah yang berlebihan mempengaruhi perhatian dan penilaian, memperpanjang waktu reaksi dan lambat laun menghilangkan koordinasi antara otot dan saraf sehingga tidak mampu melaksanakan tugas mengemudi yang sederhana sekalipun. Obat perangsang yang dapat menyebabkan perilaku kasar dan aneh juga mempengaruhi kemampuan mengambil keputusan dan mengendalikan kendaraan. Selain itu pula perilaku tidak selamat pada pengemudi yang terbiasa memuat penumpang melebihi kapasitas, kebiasaan tidak memakai sabuk pengaman dan kebiasaan berbincang-bincang pada saat mengemudi dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya kecelakaan. Faktor eksternal dapat dipengaruhi oleh kondisi infrastruktur atau kondisi jalan yang rusak, bergelombang, cuaca, pengguna jalan lain dan lain-lain.

2.6. Pengetahuan Keselamatan Transportasi

Menurut Suwardo (2004) pengetahuan keselamatan transportasi adalah standar keselamatan sistem angkutan jalan raya yang meliputi kelancaran, keamanan, keandalan, efisiensi dan keselarasan dengan lingkungan dalam upaya mencegah dan menaggulangi terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan. Indikator keselamatan lalu lintas jalan yang utama adalah tinggi rendahnya tingkat kecelakaan lalu lintas. Manusia, kendaraan, jalan atau lingkungan adalah tiga


(41)

faktor utama dalam sistem lalu lintas jalan yang langsung maupun tidak dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan keselamatan transportasi. Faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam pengetahuan keselamatan transportasi antara lain, faktor pengendara (misalnya berkecepatan tinggi, kurang hati-hati atau ceroboh, emosi, dan tidak terampil dalam mengemudi), faktor kendaraan (misalnya rem blong, lampu malam, lampu sein tidak berfungsi dengan baik), faktor jalan atau alam (halangan pandangan, licin, lingkungan sisi jalan, panjang jalan, jumlah kendaraan bermotor, dan jumlah pelanggaran lalulintas).

Rizky (2009) menambahkan bahwa pengetahuan yang baik terhadap keselamatan bertransportasi akan menurunkan tingkat pelanggaran lalu lintas dan angka kecelakaan. Semakin baiknya kualitas pengemudi angkutan umum akan dapat pula menstimulasi pengguna jalan yang lain sehingga pada akhirnya dapat mendorong terciptanya ketertiban, kedisiplinan, kelancaran, keamanan, kenyamanan dan keselamatan lalu lintas secara keseluruhan.

2.7. Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas

Faktor penyebab kecelakaan lalu lintas terbagi menjadi tiga, yaitu manusia, kendaraan dan lingkungan. Dasar teori kecelakaan lalu lintas ada pada model Matriks Haddon yang merupakan suatu model konseptual yang mengaplikasikan prinsip- prinsip kesehatan masyarakat untuk masalah kecelakaan lalu lintas. Konsep ini dikembangkan oleh Haddon Jr lebih dari 43 tahun yang lalu. Model matriks Haddon ini membagi penyebab kecelakaan lalu lintas dalam tiga faktor, yaitu: manusia, kendaraan, dan lingkungan. William Haddon (1970) mengembangkan konsep dimana faktor-faktor tersebut berinteraksi dalam suatu periode waktu tertentu. Penerapan permodelan kecelakaan lalu lintas dibagi menjadi tiga fase waktu, yaitu sebelum kecelakaan (pre-crash), saat kecelakaan (crash), dan setelah kecelakaan (post-crash).

Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat pada tahun 2012, besarnya persentase masing-masing faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di Indonesia yaitu faktor manusia sebesar 93,52%, faktor kendaraan sebesar 2,76%, faktor jalan 3,23%, dan faktor lingkungan sebesar 0,49%. Secara umum, faktor


(42)

utama penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yakni: faktor manusia, faktor kendaraan, dan faktor lingkungan fisik selanjutnya, akan dibahas mengenai faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengemudi bus meliputi faktor manusia, kendaraan, dan lingkungan fisik. 2.7.1 Faktor Manusia

Manusia sebagai pengendara yaitu orang yang melaksanakan pekerjaan mengemudi, mengendalikan, dan mengarahkan kendaraan ke suatu tempat tertentu. Manusia adalah faktor terpenting dan terbesar penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Mengemudi merupakan pekerjaan yang kompleks, yang memerlukan pengetahuan dan kemampuan tertentu karena pada saat yang sama pengemudi harus berhadapan dengan peralatan dan menerima pengaruh rangsangan dari keadaan sekelilingnya (Olson dan Dewar, 2007).

Manusia sebagai pengendara memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi dalam berkendara, yaitu faktor psikologis dan faktor fisiologis. Keduanya adalah faktor dominan yang mempengaruhi manusia dalam berkendara di jalan raya. Faktor psikologis dapat berupa mental, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan faktor fisiologis mencakup penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, kelelahan, dan sistem saraf.

Perilaku manusia dipengaruhi oleh interaksi antara faktor lingkungan, kendaraan, dan manusia itu sendiri. Lalu kombinasi dari faktor fisiologis dan faktor psikologis menimbulkan reaksi dan aksi, yaitu timbulnya respon berkendara dari pengendara terhadap rangsangan dari lingkungannya berkendara. Karakteristik dari pengendara yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas, yaitu:

a. Umur

Umur merupakan salah satu karakteristik penting yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Orang yang berusia tua atau diatas 30 tahun biasanya lebih memiliki tingkat kewaspadaan lebih tinggi dalam berkendara daripada orang yang berusia muda, alasannya karena orang yang berusia tua lebih banyak memiliki pengalaman dalam berkendara dan lebih bijak


(43)

dalam berkendara dibanding dengan yang berusia muda yang terkadang menggebu-gebu dan tergesa-gesa dalam berkendara. Lebih dari 27,1% kecelakaan pada tahun 2004 melibatkan anak muda dan pengendara pemula dengan usia antara 16-25 tahun (Dirjen Hubdat, 2012).

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin laki-laki memiliki risiko lebih tinggi mengalami kecelakaan lalu lintas dan angka kematiannya lebih tinggi dibandingkan jenis kelamin perempuan. Hal ini dikarenakan mobilitas jenis kelamin laki-laki lebih tinggi daripada jenis kelamin perempuan di jalan raya dalam berkendara. Suatu penelitian di wilayah depok menunjukkan bahwa perbandingan kecelakaan lalu lintas berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki lebih tinggi dengan persentase 92% dan perempuan 8% (Kartika, 2009).

c. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia (Notoatmojo,1998). Pada dasarnya tujuan pendidikan adalah suatu deskripsi dari pengetahuan, sikap, tindakan dan sebagainyayang diharapkan akan dimiliki sasaran pendidikan pada periode tertentu. Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan, demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek maupun teori termasuk diantaranya cara pencegahan kecelakaan ataupun cara menghindari bila terjadi kecelakaan (Depkes RI, 1990). Sehingga apabila jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh pengemudi tinggi maka akan lebih memahami bagaimana cara mencegah kecelakaan terhadap dirinya (Yani, 2004).

d. Pengalaman Mengemudi

Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan. Penelitian terhadap pengalaman kerja dengan studi retrospektif terhadap 383 kasus di hongkong membuktikan bahwa kecelakaan kerja terjadi pada pekerja yang mempunyai pengalaman kerja kurang dari 5 tahun (Depkes RI, 1990). Hal ini disebabkan tenaga kerja yang baru biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk beluk pekerjaan dan keselamatannya.


(44)

Semua faktor-faktor yang disebutkan diatas merupakan karakteristik pengemudi bus yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas. Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengemudi bus adalah:

a. Lengah

Lengah adalah salah satu faktor penyebab yang berasal dari manusia dikarenakan pengemudi melakukan hal atau kegiatan lain ketika mengemudi, sehingga perhatiannya tidak fokus ketika berkendara. Lengah yang terjadi dapat berasal dari lingkungan ataupun perilaku pengemudi ketika berkendara, seperti pandangan tidak fokus atau berbincang di jalan raya sehingga tidak dapat mengantisipasi dalam menghadapi situasi lalu lintas dan tidak memperhatikan lingkungan sekitar yang dapat berubah mendadak.

b. Mengantuk

Mengantuk dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor karena pengemudi kehilangan daya reaksi dan konsentrasi akibat kurang istirahat (tidur) dan/atau sudah mengemudikan kendaraan lebih dari 5 jam tanpa istirahat (Warpani, 2002). Ciri-ciri pengemudi yang mengantuk adalah sering menguap, perih pada mata, lambat dalam bereaksi, berhalusinasi, dan pandangan kosong.

c. Lelah

Faktor kelelahan merupakan salah satu faktor penyebab kecelakaan, kelelahan dapat mengurangi kemampuan pengemudi dalam mengantisipasi keadaan lalu lintas dan mengurangi konsentrasi dalam berkendara. Suma‟mur (2009) mengungkapkan, kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 pada pasal 240 menyebutkan pembatasan lamanya waktu mengemudi, akan tetapi pelanggaran masih sering terjadi. Menurut Suma‟mur (2009), tanda-tanda yang ada hubungannya dengan kelelahan, antara lain: perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, menguap, merasa kacau pikiran, mengantuk, merasa berat


(45)

pada mata, merasa susah berfikir, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat memfokuskan perhatian terhadap sesuatu, dan merasa kurang sehat.

d. Mabuk

Mabuk dapat disebabkan pengemudi kehilangan kesadaran antara lain karena pengaruh obat-obatan, alkohol, dan narkotik. Warpani (2002) mengatakan, di Amerika Serikat dilaporkan 50% penyebab terjadinya kecelakaan fatal (meninggal dunia) adalah alkohol. Mabuk yang disebabkan alkohol memiliki peranan penting terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Oleh karena itu, pengendara dilarang mengkonsumsi alkohol sebelum berkendara atau tubuhnya mengandung alkohol ketika ingin berkendara.

e. Tidak Tertib

Tidak tertib dalam berlalu lintas merupakan ketidakdisiplinan pengendara dalam berkendara yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tidak tertibnya pengendara itu dapat disebabkan oleh perilaku berkendara yang buruk dan kesadaran akan berlalu lintas dengan benar yang rendah, seperti melanggar marka atau rambu lalu lintas, mendahului kendaraan lain melalui jalur kiri, dan sebagainya. Data menunjukkan lebih dari 90% faktor utama penyebab kecelakaan lalu lintas adalah manusia, yang sangat berkaitan erat dengan perilaku manusia dalam tertib dan disiplin berlalu lintas di jalan (Dephub RI, 2008).

f. Kecepatan Tinggi

Kecepatan merupakan hal yang dapat dikontrol pengendara sesuai keinginannya, akan tetapi perilaku dari pengendara sering kali membawa kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Faktor tersebutlah yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas, karena terkadang memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi tanpa menghiraukan jarak kendaraan dengan depan ataupun samping. Jarak yang aman antara kendaraan yang dikemudikan dengan kendaraan yang ada di depan adalah selang waktu 2 detik, jarak itulah yang dapat ditoleril agar pengendara dapat mengerem kendaraannya dengan baik. g. Emosional

Emosional dalam berkendara merupakan faktor yang harus dikendalikan oleh pengedara dalam mengemudikan kendaraannya. Tindakan yang emosional


(46)

biasanya tidak terkontrol akan menyebabkan kecelakaan yang akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Emosional dalam berkendara biasanya disebabkan oleh berbagai faktor, seperti macet dan cuaca panas, hilangnya konsentrasi dalam berkendara, kendaraan yang mengalami masalah dan pengendara lain yang tidak tertib. Oleh karena itu, dalam berkendara sebaiknya pengendara memiliki emosi yang stabil agar tercipta keselamatan dalam berkendara.

h. Sakit

Sakit adalah suatu kondisi tubuh dengan kesehatan yang terganggu sehingga tubuh dan pikiran dalam keadaan yang tidak normal. Sakit merupaan salah satu faktor terjadinya kecelaaan lalu lintas. Kondisi tubuh dan pikiran yang sedang tidak normal menyebabkan pengendara kurang waspada dan berkonsentrasi dalam berkendara. Pengendara yang sakit akan memeiliki waktu respon yang lebih lama dari pengendara yang normal. Sehingga hal inilah yang berabahaya bagi keselamatan berkendara.

i. Perilaku

Faktor perilaku juga mempunyai peranan penting dalam menentukan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengemudi bus. Pengemudi bus yang berperilaku tidak baik ketika berkendara juga mempengaruhi keselamatannya tersebut, seperti tidak tertib ketika berkendara dengan melanggar rambu lalu lintas dan marka jalan.

2.7.2 Faktor Kendaraan

Faktor kendaraan dalam hal ini yaitu bus merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Kondisi internal pada bus yaitu perawatan terhadap rem, ban, kaca spion, lampu utama, lampu sein, dan sebagainya sangat berpengaruh terhadup terjadinya kecelakaan lalu lintas. Faktor-faktor kendaraan yang beresiko menimbulkan kecelakaan lalu lintas pada bus, adalah:

a. Rem

Rem merupakan komponen penting dari bus yang berfungsi untuk memperlambat laju atau memberhentikan bus. Jarak terlalu dekat juga


(47)

mempengaruhi pengereman, jika pengendara kurang memperhatikan jarak minimal dengan kendaraan di depan dan kecepatan kendaraannya maka jarak pandang henti akan berkurang dan dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas (Dirjen Hubdat, 2012). Kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kerusakan rem (rem blong) sering terjadi karena kurangnya pengawasan dan perawatan pada rem bus.

b. Kondisi Ban

Hal-hal yang harus diperhatikan pada ban yaitu tekanan ban dan kerusakan ban. Kendala pada ban meliputi ban kempes dan ban pecah, ban kempes adalah kondisi dimana tekanan ban kurang ataupun berkurang walaupun sudah di pompa, hal ini dapat disebabkan oleh rusaknya pentil ban ataupun longgar. Sedangkan ban pecah adalah kerusakan ban secara tiba-tiba yang dapat disebabkan oleh ban yang tertusuk oleh paku, batu tajam, atau benda lainnya yang dapat melubangi ban.

Tekanan ban harus diperhatikan karena tekanan ban yang kurang dapat menyebabkan ketidakseimbangan ban dan menimbulkan ancaman ketika berkendara terutama dalam kecepatan tinggi. Adapun hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam memilih dan menggunakan ban adalah ukuran ban, tipe ban, dan daya cengkeram ban pada jalan.

c. Kelebihan Muatan

Kelebihan muatan adalah kelebihan beban yang diangkut oleh kendaraan. Kelebihan muatan sangat berpotensi kendaraan tersebut terguling. Bus yang mengangkut penumpang secara berlebihan sangat membahayakan penumpang, karena laju bus akan tidak stabil dan mudah mengalami selip serta terguling. d. Lampu Kendaraan

Lampu kendaraan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelekaan lalu lintas bagi pengemudi bus terutama fungsinya pada malam hari. Terdapat empat lampu lampu kendaraan pada bus, yaitu:

1) Lampu Utama

Lampu utama terbagi menjadi dua, yaitu lampu utama dekat dan lampu utama jauh. Lampu utama berfungsi sebagai penerang utama bagi pengendara dan sebagai penanda keberadaan bagi pengendara lain.


(48)

Ketika berkendara lampu utama dekat yang lebih sering dipergunakan, karena lampu utama jauh dapat mengganggu penglihatan pengendara lain yang berlawanan arah. Lampu utama jauh digunakan ketika berada pada jalanan sepi.

2) Lampu Indikator / Sign

Lampu ini wajib dimiliki bus dan letaknya sepasang di bagian depan badan bus dan sepasang lagi dibagian belakang badan bus. Fungsinya adalah sebagai penunjuk arah untuk memberitahu arah tujuan kita kepada pengendara dibelakang kita atau kendaraan di depan kita, selain itu juga dapat digunakan ketika akan berpindah jalur. Lampu ini berwarna putih atau kuning tua dan berkelip-kelip, harus dapat dilihat pada malam hari maupun siang hari.

3) Lampu Mundur

Lampu ini berfungsi untuk memberitahukan pengendara lain yang di belakang agar memberikan ruang kepada kendaraan tersebut bahwa kendaraan tersebut akan mundur. Lampu ini biasanya berwarna putih. 4) Lampu Rem

Lampu rem berfungsi untuk memberitahu pengendara lain di belakang agar mengurangi kecepatan dan sebagai tanda bahwa kendaraan mengurangi laju kecepatannya. Lampu ini harus berwarna merah terang tetapi tidak menyilaukan pengendara dibelakangnya.

e. Sabuk Pengaman

Sabuk pengaman adalah salah satu fitur keamanan terpenting berada di dalam bus yang patut diperhatikan agar tingkat keamanan dalam berkendara bisa terjaga. Sabuk pengaman dirancang untuk mengurangi luka dengan menahan pengemudi dari benturan dengan bagian-bagian dalam kendaraan itu atau terlempar dari dalam kendaraannya. Di dalam bus, sabuk pengaman juga mencegah penumpang yang duduk di kursi belakang membentur penumpang yang duduk di barisan depan.


(49)

f. Klakson

Klakson adalah trompet elektromekanik atau sebuah alat yang membuat pendengarnya waspada. Klakson pada bus berfungsi untuk memberi tahu kendaraan lain bahwa ada kendaraan yang akan menyalip, mengingatkan akan kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas dan memperingati kendaraan lain yang kurang tertib.

g. Kaca Kendaraan

Kaca Mobil adalah aspek yang sangat penting dari kendaraan karena berfungsi sebagai penghias dan fitur keamanan pada mobil. Namun, dengan mudah dapat menjadi penyebab bahaya ketika menjadi rusak dan menghalangi penglihatan ketika berkendara. Penggunaan kaca film memang membantu pada siang hari untuk mengurangi sinar matahari yang masuk. Namun, pada malam hari, kaca film yang terlalu gelap justru membuat pandangan pengemudi lebih terbatas. Sebaiknya kaca film tidak lebih dari 40% gelapnya untuk kaca samping dan belakang, sementara untuk kaca depan tidak lebih dari 20%. Bersihkan kaca agar pandangan tidak terbatas pada malam hari, pastikan kaca depan kendaraan selalu dalam keadaan bersih.

2.7.3 Faktor Lingkungan Fisik

Faktor lingkungan fisik merupakan faktor dari luar yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas, lingkungan fisik yang dimaksud terdiri dari dua unsur, yakni faktor jalan dan lingkungan. Faktor jalan meliputi kondisi jalan yang rusak, berlubang, licin, gelap, tanpa marka/rambu, dan tikungan/tanjakan/turunan tajam, selain itu lokasi jalan seperti di dalam kota atau di luar kota (pedesaan) dan volume lalu lintas juga berpengaruh terhadap timbulnya kecelakaan lalu lintas. Sedangkan faktor lingkungan berasal dari kondisi cuaca, yakni berkabut, mendung, dan hujan. Interaksi antara faktor jalan dan faktor lingkungan inilah yang akhirnya menciptakan faktor lingkungan fisik yang menjadi salah satu sebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Berikut adalah uraian mengenai faktor lingkungan fisik yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengemudi bus :


(50)

a. Jalan Rusak

Jalan rusak adalah kondisi permukaan jalan tidak mulus yang disebabkan karena jalan belum diaspal, jalan yang terdapat bebatuan, kerikil atau material lain yang berada di permukaan jalan yang mengganggu ketika berkendara, dan jalan aspal yang sudah mengalami kerusakan. Jalan yang rusak dapat mengurangi kontrol dalam berkendara dan mengganggu keseimbangan bus, untuk itu pengemudi bus sebaiknya mengurangi kecepatannya ketika melewati jalan dengan kondisi rusak.

b. Jalan Licin

Permukaan jalan yang licin dapat disebabkan oleh cuaca (hujan/tidak) maupun material lain yang menutupi permukaan jalan seperti tumpahan minyak, lumpur, ataupun tanah yang basah karena tersiram air hujan. Kondisi yang seperti ini dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas pada bus, karena nantinya tidak dapat mengendalikan laju bus.

Ban juga berperan penting untuk melewati permukaan jalan yang licin/basah, dengan kondisi ban yang baik maka pengendara lebih dapat mengontrol kendaraannya. Selain itu, melakukan pengereman di permukaan jalan yang licin juga sebaiknya tidak secara mendadak karena akan berefek selip pada roda ban.

c. Jalan Gelap

Jalan gelap dapat disebabkan karena lampu penerangan di jalan yang tidak ada atau tidak cukup penerangannya. Jalan yang gelap beresiko menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengemudi bus karena pengendara tidak dapat melihat dengan jelas arah dan kondisi jalan serta lingkungan sekitarnya.

Jalan tanpa lampu penerang jalan akan sangat membahayakan dan minumbulkan potensi tinggi untuk menyebabkan kecelakaan lalu lintas pada bus, karena lampu penerangan yang hanya berasal dari bus terkadang tidak cukup untuk menerangi jalan di depannya.

d. Tanpa Marka / Rambu

Jalan yang tidak memiliki marka jalan dan rambu lalu lintas sangat berpotensi menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas pada bus. Marka dan rambu jalan ini


(51)

berguna untuk membantu pengaturan arus lalu lintas dan memberitahu pengendara mengenai kondisi jalan dan peraturan di suatu jalan. Selain itu, marka dan rambu lalu lintas juga harus berfungsi dan berkondisi baik agar pengemudi dapat melihat dan mematuhi rambu dan marka jalan di lingkungannya berkendara.

e. Tikungan Tajam

Jalan yang memiliki tikungan tajam adalah jalan yang memiliki kemiringan sudut belokan kurang dari atau lebih dari 180°. Untuk melewati kondisi jalan tersebut dibutuhkan keterampilan dan teknis khusus dalam berkendara agar tidak hilangnya kendali pada kendaraan yang berakibat terguling dan menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tikungan yang tajam juga dapat menghalangi pandangan pengendara atau menutupi rambu lalu lintas.

f. Hujan

Hujan adalah jatuhnya hidrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan diameter 0,5 mm atau lebih yang sampai ke tanah (Bayong, 2004). Hujan dapat membawa pengaruh kepada hal-hal lain seperti jalan yang menjadi licin, jarak pandang menjadi lebih pendek karena kabut, dan jarak pengereman menjadi lebih jauh. Cuaca buruk sangat mempengaruhi kelancaran arus lalu lintas, bahkan dalam berbagai peristiwa, kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh cuaca buruk. Dalam cuaca buruk, misalnya hujan lebat atau berkabut, pandangan pengemudi sangat terbatas sehingga mudah sekali terjadi kesalahan antisipasi. Di samping itu, jalan juga menjadi sangat licin, semuanya bisa dikembalikan pada faktor manusia yakni kesadaran dan kehati-hatiannya pada kondisi hujan dan jalanan yang menjadi licin (Warpani, 2002).

2.8. Bus

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di jalan dengan Kendaraan Umum menyatakan bahwa berdasarkan kapasitas Bus dibagi menjadi 3, yaitu : 1. Bus Besar

Bus besar adalah kendaraan bermotor dengan kapasitas lebih dari 28 penumpang dengan ukuran dan jarak antar tempat duduk normal tidak


(52)

termasuk tempat duduk pengemudi dengan panjang kendaraan lebih dari 9 meter.

2. Bus Sedang

Bus sedang adalah kendaraan bermotor dengan kapasitas 16 sampai dengan 28 penumpang dengan ukuran dan jarak antar tempat duduk normal tidak termasuk tempat duduk pengemudi dengan panjang kendaraan lebih dari 6,5 sampai dengan 9 meter.

3. Bus kecil

Bus kecil adalah kendaraan bermotor dengan kapasitas 9 sampai dengan 16 penumpang dengan ukuran dan jarak antar tempat duduk normal tidak termasuk tempat duduk pengemudi dengan panjang kendaraan 4-6,5 meter.


(53)

2.9. Kerangka Teori

Kecelakaan Lalu Lintas Usia Jenis Kelamin Perilaku Pengerahuan Lampu dan Klakson Muatan dan uji berkala Hujan Tikungan Tajam Tingkat keparahan Penerangan dan memberikan tanda Batas muatan

dan kelayakan Selip

Peraturan lalu lintas Terguling Jarak pandang

Faktor Manusia Faktor Kendaraan Faktor Lingkungan

dan Peralatan

Diadopsi dari teori Frank E. Bird & Olson dan Dewar Ban dan Rem Jalan Rambu Pengalaman dan kewaspadaan Mobilitas dalam berkendara Unsafe Act Masa Kerja Ketertiban dan kedisiplinan Emosi dan kondisi fisik Safety Belt dan P3K Emisi gas Kaca Film Jarak pandang dan polusi Selip


(54)

2.10. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliri

Faktor Manusia 1. Karakteristik Responden

a. Umur

b. Pendidikan

c. Masa Mengemudi 2. Pengetahuan Mengemudi 3. Perilaku Mengemudi

Faktor Lingkungan 1. Jalan Gelap

2. Jalan Rusa 3. Jalan Lici 4. Marka Jalan 5. Hujan

6. Tikungan Tajam Faktor Kendaraan 1. Uji Berkala

2. Rem 3. Ban 4. Klakson

5. Lampu Penerangan 6. Muatan

7. Kaca Film 8. Laju Kendaraan 9. Emisi gas buan 10. Safety Belt

Kecelakaan Lalu Lintas pada Bus Jember Indah


(55)

2.11. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran, sebagaimana adanya pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi (Nazir, 2003). Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan pernyataan yang harus dibuktikan (Notoatmodjo, 2012). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kecelakaan lalu lintas pada bus P.O Jember Indah trayek Jember-Situbondo dan variabel independent dalam penelitian ini adalah faktor manusia, faktor kendaraan dan faktor lingkungan. Dari ketiga variabel independent tersebut faktor manusia dan faktor kendaraan merupakan faktor yang diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan kerangka konseptual dalam penelitian ini, maka hipotesis yang diuji adalah:

a. Ada hubungan antara faktor manusia (karakteristik, perilaku dan pengetahuan) dengan kecelakaan lalu lintas pada bus P.O Jember Indah trayek Jember-Situbondo

b. Ada hubungan antara faktor kendaraan dengan kecelakaan lalu lintas pada bus P.O Jember Indah trayek Jember-Situbondo


(56)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian analitik observasional adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan waktu penelitiannya, penelitian ini termasuk penelitian cross sectional karena variabel bebas (independent) yaitu faktor manusia dan faktor kendaraan, serta variabel terikat (dependent) yaitu kecelakaan lalu lintas akan diteliti dalam waktu yang bersamaan. Notoatmodjo (2012) berpendapat bahwa rancangan survei cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja P.O. Jember Indah Kabupaten Jember trayek Jember-Situbondo. Penelitian ini dilakukan pada bulan sampai September 2014 - Mei 2015. Kegiatan ini dimulai dengan persiapan penelitian yaitu observasi awal, penyusunan proposal, pelaksanaan kegiatan, pemantauan, analisis hasil penelitian, penyusunan laporan sampai hasil dapat diseminarkan.


(57)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2005). Karakteristik yang dimaksud dapat berupa usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, wilayah tempat tinggal, dan seterusnya (Latipun, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengemudi bus P.O Jember Indah Kabupaten Jember trayek Jember-Situbondo yang berjumlah 31 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dari keseluruhan objek penelitian dan dianggap mewakili seluruh populasi (Arikunto, 2010). Sebuah sampel adalah bagian dari populasi. Survei sampel adalah suatu prosedur dimana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi (Nazir, 2003).

Sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah semua pengemudi bus Jember Indah yaitu sebanyak 31 pengemudi. Hal ini berdasarkan pendapat Arikunto (2010), bahwa apabila jumlah subjek dalam penelitian kurang dari seratus orang maka akan lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Penelitian

1. Variabel Terikat (dependent)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011). Variabel terikat pada penelitian ini adalah kecelakaan lalu lintas pada pengemudi bus Jember Indah trayek Jember-Situbondo.


(58)

2. Variabel Bebas (independent)

Variabel bebas merupakan merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2012). Variabel bebas pada penelitian ini adalah faktor manusia dan faktor kendaraan.

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 2003). Adapun definisi operasional dari variabel di atas adalah:

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, Teknik Pengambilan Data, Kategori Pengukuran serta Skala data

Variabel yang

diteliti Definisi Operasional Alat Ukur

Skala data

Kategori penilaian dan Pengukuran

1 2 3 4 5

Kecelakaan Pada Pengemudi Bus

Suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja yang melibatkan pengemudi bus P.O Jember Indah trayek Jember-Situbondo dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.

Kuesioner Nominal Kategori : 1. Tidak Pernah 2. Pernah

Faktor Manusia

1. Karakteristik Individu

Gambaran umum atau latar belakang responden yang meliputi umur, pendidikan dam masa kerja.

Kuesioner dan observasi

a.Usia Lama hidup responden sampai dengan ulang tahun terakhir

Kuesioner Ordinal Kategori :

1. ≤ 30 tahun

2. > 30 tahun


(59)

Variabel yang

diteliti Definisi Operasional Alat Ukur

Skala data

Kategori penilaian dan Pengukuran

b.Pendidikan Jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh pengemudi sampai dilakukan penelitian ini.

Kuesioner Ordinal 1. Tidak Pernah 2. Pendidikan dasar

(SD/MI) 3. Pendidikan

menengah

(SMP/MTS) atau (SMA/Aliyah) 4. Pendidikan tinggi

(Perguruan Tinggi) c.Masa Kerja

Pengemudi

Waktu kerja yang dihitung dalam tahun sejak pertama kali bekerja sebagai pengemudi bus hingga penelitian dilakukan

Kuesioner Ordinal 1. ≤ 3 tahun 2. > 3 tahun

(Budiono dalam mentari, 2012) 2. Perilaku

Mengemudi

Semua tindakan pengemudi baik yang aman maupun tidak yang mempengaruhi

keselamatan berkendara. Contoh: saat mengemudi berbincang-bincang, menerima panggilan telepon, merokok, memuat penumpang berlebihan ataupun melanggar rambu-rambu lalu lintas.

Observasi Ordinal Terdapat 18 pernyataan yang dinyatakan dalam skala bertingkat, dengan pemberian skor sebagai berikut:

1.Jika responden melakukan pernyataan di lembar observasi, maka skor=0

2.Jika responden menjawab tidak melakukan pernyataan di lembar observasi, maka skor=1

Pengkategorian nilai adalah:

1.Nilai 0-8 perilaku berisiko

2.Nilai 9-16 perilaku tidak berisiko


(1)

3. Uji hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan lalu lintas pada pengemudi bus P.O. Jember Indah


(2)

4. Uji hubungan antara pengetahuan mengemudi dengan kecelakaan lalu lintas pada pengemudi bus P.O. Jember Indah


(3)

5. Uji hubungan antara perilaku mengemudi dengan kecelakaan lalu lintas pada pengemudi bus P.O. Jember Indah


(4)

6. Uji hubungan antara kondisi kendaraan dengan kecelakaan lalu lintas pada pengemudi bus P.O. Jember Indah


(5)

Lampiran E

Gambar 1. SIM salah satu responden Gambar 2. Kondisi safety belt di bus

Gambar 3. Sticker Uji Berkala pada salah satu armada sebagai tanda kelayakan jalan

Gambar 4. Salah satu perilaku berisiko mengemudi (merokok) sopir bus


(6)

Gambar 5. Kondisi ban salah satu armada bus

Gambar 6. Kondisi lampu kendaraan salah satu armada

Gambar 7. Proses wawancara salah satu responden

Gambar 8. Kondisi jalan saat malam hari