1. Identitas Informan Tabel 24 : Distribusi Informan Berdasarkan Usia
No Usia
Frekuensi Persentase
1 21-30 tahun
6 30,00
2 31-40 tahun
11 55,00
3 41-50 tahun
3 15,00
Jumlah 20
100
Kuesioner : Penelitian tahun 2008
Dari tabel dapat dilihat, informan masyarakat dalam penelitian ini sebagaimana dikemukakan sebelumnya berjumlah 20 orang, dengan klasifikasi umur
seperti terdapat pada tabel diatas; 11 orang informan 55 berumur 31-40 tahun, 6 orang informan 30 berumur 21-30 tahun, dan 3 orang informan 15 berumur
41-50 tahun.
Tabel 25 : Distribusi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin Frekuensi
Persentase
1 Laki-laki
14 Orang 70,00
2 Perempuan
6 Orang 30,00
Jumlah 20
100
Kuesioner : Penelitian tahun 2008
Dari tabel tersebut di atas dapat kita ketahui bahwa informan yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 14 orang 70, dan perempuan berjumlah 6 orang
30.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 26 : Distribusi Informan Berdasarkan Pekerjaan No
Pekerjaan Frekuensi
Persentase
1 Mahasiswa
2 10,00
2 Wiraswasta
4 20,00
3 Pegawai Negeri SipilHonorer
5 25,00
4 Pedagang
6 30,00
5 Pengangguran
3 15,00
Jumlah 20
100
Kuesioner : Penelitian tahun 2008
Dari tabel dapat kita ketahui bahwa 6 orang informan 30 bekerja sebagai Pedagang, 5 orang informan 25 bekerja sebagai Pegawai Negeri SipilHonorer, 4
orang informan 20 bekerja sebagai wiraswasta, 3 orang informan 15 pengangguran, dan 2 orang informan 10 bekerja sebagai Mahasiswa.
Tabel 27 : Distribusi Informan Berdasarkan Pendidikan No
Jenjang Pendidikan Frekuensi
Persentase
1 Sekolah Dasar
2 10,00
2 SLTPSederajat
4 20,00
3 SLTASederajat
8 40,00
4 Perguruan Tinggi
6 30,00
Jumlah 20
100
Kuesioner : Penelitian tahun 2008
Dari tabel diatas, dapat kita lihat bahwa 8 orang informan 40 berlatar belakang pendidikan SLTASederajat, 6 orang informan 30 dengan latar
belakang pendidikan Perguruan Tinggi, 4 orang informan 20 dengan latar belakang pendidikan SLTPsederajat, dan 2 orang informan 10 dengan latar
belakang pendidikan Sekolah Dasar.
Universitas Sumatera Utara
2. Distribusi Jawaban Informan
Perencanaan dan pelaksanaan merupakan suatu proses yang integral dan saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Dimana perencanaan merupakan
langkah awal dalam menuju proses pelaksanaan. Suatu proses implementasi programkegiatan harus mempertimbangkan perencanaan yang ada. Perencanaan
menjadi acuan dan pedoman dalam melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena itu, pelaksanaan suatu kegiatan harus sesuai dengan perencanaan awal untuk mencapai
tujuan pembangunan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tabel 28 : Distribusi Jawaban Informan Tentang kesesuaian pelaksanaan pembangunan permukiman dengan perencanaan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah
No Uraian
Frekuensi Persentase
1 Ya
9 45,00
2 Ragu-ragu
5 25,00
3 Tidak
6 30,00
Jumlah 20
100
Kuesioner : Penelitian tahun 2008
Dari tabel diatas, dapat dilihat sebanyak 9 orang informan 45 menyatakan kesesuaian antara pelaksanaan pembangunan permukiman dengan perencanaan yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah, 6 orang informan 30 menyatakan ketidaksesuaian antara pelaksanaan pembangunan permukiman dengan perencanaan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dan 5 orang informan 25 menyatakan ragu-ragu terhadap kesesuaian antara pelaksanaan pembangunan permukiman
dengan perencanaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Wan Karim
45
, pelaksanaan pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru pada umumnya sudah sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Rencana pembangunan kawasan permukiman dapat dikatakan berjalan sebagaimana mestinya. Namun, hal ini berbeda
dengan penuturan Pak Wahab
46
45
Salah seorang warga masyarakat di Kecamatan Sukajadi, wawancara pada hari Sabtu tanggal 12 Juli 2008, pukul 10.15.
46
Salah seorang warga masyarakat di Kecamatan Sail, wawancara pada hari Minggu tanggal 13 Juli 2008, pukul 15.25
, yang mana pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru belum sesuai dengan ketentuan yang ada. Salah satu contoh adalah
pembangunan permukiman dikawasan pinggiran sungai yang menyalahi peraturan tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota, tepatnya telah menyalahi prinsip tata
ruang. Kawasan pinggiran sungai tidak seharusnya dijadikan sebagai kawasan permukiman penduduk, karena hal ini akan berdampak besar pada ekosistem yang
ada. Salah satu aspek penting yang perlu mendapat perhatian yaitu kondisi
lingkungan hidup yang harus terjamin keberlangsungannya. Dalam pembangunan permukiman hal ini perlu diperhatikan dengan seksama. Bagaimana supaya
pembangunan permukiman dapat menjamin keberlangsungan lingkungan hidup, tentu saja menjadi perhatian semua pihak, tidak hanya pemerintah saja, tetapi juga
masyarakat. Jika kita melihat realita yang ada di Kota Pekanbaru, berlangsungnya pembangunan permukiman selama ini dikategorikan belum memenuhi kriteria
sebagaimana dimaksud. Hal ini terlihat dalam tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 29 : Distribusi Jawaban Informan tentang pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru menjamin keberlanjutan lingkungan hidup
No Uraian
Frekuensi Persentase
1 Ya
5 25,00
2 Ragu-ragu
3 15,00
3 Tidak
12 60,00
Jumlah 20
100
Kuesioner : Penelitian tahun 2008
Dari tabel dapat diketahui bahwa sebanyak 12 orang informan 60 menyatakan pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru tidak menjamin
keberlanjutan lingkungan hidup, 5 orang informan 25 menyatakan pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru sudah menjamin keberlanjutan lingkungan hidup,
dan 3 orang informan 15 menyatakan ragu-ragu terhadap pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru yang menjamin keberlanjutan lingkungan hidup
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Amir Syahroni
47
47
Salah seorang warga Kecamatan Tampan, dan juga seorang Guru di salah satu sekolah menengah di Kota Pekanbaru, wawancara pada hari Sabtu tanggal 12 Juli 2008, pukul 14.20
, dapat di informasikan bahwa pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru selama ini
banyak yang bermasalah dan tidak memenuhi kriteria sebagaimana yang telah ditentukan dalam peraturan daerah dimana prinsip pembangunan berkelanjutan
menjadi pilar dalam pelaksanaan pembangunan di daerah. Yang mana salah satu aspek pembangunan berkelanjutan adalah lingkungan hidup. Untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat sekarang jangan sampai berdampak pada ketidakmampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mereka. Apabila persoalan
pembangunan permukiman tidak segera diatasi, maka yang ditakutkan adalah dampak yang harus diterima oleh generasi mendatang.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini sejalan dengan pengakuan Ibu Nurhayati
48
No
, yang mana menurutnya lingkungan hidup kerapkali diabaikan dalam pembangunan permukiman. Terkadang
dalam pembangunan permukiman, lahan yang dibuka tidak strategis dan bahkan dapat merusak ekologi. Seperti pembangunan permukiman dikawasan pinggiran
sungai yang tentu saja berdampak pada keberlangsungan sungai lingkungan. Disamping itu, pembangunan permukiman juga harus menjamin
keberlanjutan sosial masyarakat. Dengan sebuah harapan dimana permukiman penduduk dapat menjadi wadah sekaligus sarana pendukung untuk terjalinnya
kehidupan sosial yang kondusif dan integral. Masyarakat akan dibentuk berdasarkan kriteria permukiman yang akan menjadi identitas mereka dalam bersosialisasi.
Fenomena yang terjadi di kawasan permukiman Kota Pekanbaru adalah masyarakat mampu berinteraksi dengan baik antar sesama. Hal ini sebagaimana terlihat dalam
tabel berikut ini:
Tabel 30 : Distribusi jawaban informan tentang pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru menjamin keberlanjutan sosial masyarakat
Uraian Frekuensi
Persentase
1 Ya
11 55,00
2 Ragu-ragu
5 25,00
3 Tidak
4 20,00
Jumlah 20
100
Kuesioner : Penelitian tahun 2008
Dari tabel terlihat bahwa 11 orang informan 55 menyatakan pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru menjamin keberlanjutan sosial
masyarakat, 5 orang informan 25 menyatakan ragu-ragu terhadap pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru yang menjamin keberlanjutan sosial masyarakat, dan
48
Ia adalah warga Kecamatan Rumbai yang berprofesi sebagai PNS di salah satu instansi pemerintah Kota Pekanbaru, wawancara terbuka pada hari Minggu tanggal 13 Juli 2008, pukul 17.00
Universitas Sumatera Utara
4 orang informan 20 menyatakan pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru tidak menjamin keberlanjutan sosial masyarakat.
Artinya, lebih dominan masyarakat menyatakan bahwa pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru menjamin keberlanjutan sosial. Hal ini juga sesuai
dengan yang dikatakan Pak Amir bahwa pola kehidupan masyarakat di kawasan permukiman relatif baik. Masyarakat berinteraksi dengan leluasa, sehingga kondisi
kehidupan dilingkungan sosial masyarakat lebih terjamin. Begitu pula halnya dengan pembangunan ekonomi. Dimana pembangunan
permukiman yang dilaksanakan pada suatu daerah seharusnya memperhatikan potensi dan pengembangan ekonomi daerah tersebut. Pembangunan permukiman
yang mampu menjamin keberlangsungan ekonomi masyarakat merupakan salah satu prasyarat yang perlu dipenuhi dalam mencapai suksesnya pembangunan
berkelanjutan. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, maka dapat dilihat bahwa pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru sudah menjamin keberlanjutan
ekonomi masyarakat. Sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 31 : Distribusi Jawaban Informan tentang pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru menjamin akan keberlanjutan ekonomi
masyarakat
No Uraian
Frekuensi Persentase
1 Ya
8 40,00
2 Ragu-ragu
9 45,00
3 Tidak
3 15,00
Jumlah 20
100
Kuesioner : Penelitian tahun 2008
Dari tabel dapat kita ketahui bahwa 9 orang informan 45 menyatakan ragu-ragu terhadap pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru yang menjamin
keberlanjutan ekonomi masyarakat, 8 orang informan 40 menyatakan
Universitas Sumatera Utara
pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru menjamin keberlanjutan ekonomi masyarakat, dan 3 orang informan 15 menyatakan pembangunan permukiman di
Kota Pekanbaru tidak menjamin keberlanjutan ekonomi masyarakat. Hal yang selaras juga didapat dari hasil wawancara dengan Pak Wahab
49
49
Wahab, Op.Cit.
, dimana pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru menurut pengamatannya
dapat dikatakan telah menjamin keberlangsungan ekonomi masyarakat. Masyarakat dikawasan permukiman dengan lebih mandiri membuka usaha-usaha kecil yang
dapat menopang kebutuhan hidup mereka. Perluasan daerah permukiman berarti membuka peluang untuk membuka perluang usaha masyarakat. Begitu pula halnya
dengan penuturan Pak Amir, bahwa keberlanjutan ekonomi masyarakat dapat terjamin melalui pembangunan permukiman yang ada.
Agar pelaksanaan pembangunan permukiman berjalan dengan baik, maka perlu adanya pengawasan terstruktur yang dilakukan oleh Pemerintah setempat, yang
dalam hal ini adalah melalui Dinas Tata Kota Kota Pekanbaru. Pengawasan dimaksud untuk memenuhi prosedur dan kriteria yang ada serta berada pada koridor
yang benar dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan ketat oleh pemerintah Dinas Tata Kota Kota Pekanbaru
dalam pelaksanaan pembangunan permukiman. Namun, berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, masyarakat menilai bahwa Dinas Tata Kota Kota
Pekanbaru belum menjalankan fungsi pengawasannya dengan baik. Sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 32 : Distribusi Jawaban Informan Tentang pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru mendapat pengawasan yang ketat oleh Dinas
Tata Kota Kota Pekanbaru
No Uraian
Frekuensi Persentase
1 Ya
5 25,00
2 Ragu-ragu
3 15,00
3 Tidak
12 60,00
Jumlah 20
100
Kuesioner : Penelitian tahun 2008
Dari tabel dapat dilihat bahwa 12 orang informan 60 menyatakan pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru tidak mendapatkan pengawasan yang
ketat oleh Dinas Tata Kota Kota Pekanbaru, 5 orang informan 25 menyatakan pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru mendapatkan pengawasan yang ketat
oleh Dinas Tata Kota Kota Pekanbaru, dan 3 orang informan 15 menyatakan ragu-ragu terhadap pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru yang mendapatkan
pengawasan ketat oleh Dinas Tata Kota Kota Pekanbaru. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Amir bahwa dalam pembangunan
permukiman di Kota Pekanbaru belum mendapatkan pengawasan yang ketat oleh Dinas Tata Kota Kota Pekanbaru. Pembangunan permukiman selama ini dapat
dilaksanakan sesuai dengan keinginan masyarakat tanpa ada pengaturan dari pemerintah. Oleh karena itu, masih banyak terdapat pembangunan kawasan
permukiman yang tidak sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang ada. Hal serupa juga dikatakan oleh Pak Wahab, dimana Dinas Tata Kota Kota
Pekanbaru terkesan lemah dalam menjalankan fungsi pengawasannya. Apabila terjadi pembangunan yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku, tidak ada
tindakan tegas yang diambil oleh Dinas Tata Kota Kota Pekanbaru. Kerja Dinas Tata Kota Kota Pekanbaru selama ini hanya sebatas mengeluarkan surat izin mendirikan
Universitas Sumatera Utara
bangunan tanpa ada tindak lanjut setelah mengeluarkan rekomendasi tersebut, seperti pengawasan agar proyek pembangunan yang telah direkomendasikan dapat
dilaksanakan secara aplikatif. Hal sebagaimana terlihat dari hasil kuesioner terbuka
dari masyarakat berikut ini: Tabel 33 : Distribusi Jawaban Informan Tentang adanya tindakan Dinas Tata
Kota Kota Pekanbaru terhadap masyarakat yang melakukan pembangunan permukiman diluar prosedur dan izin dari
Pemerintah Kota Pekanbaru
No Uraian
Frekuensi Persentase
1 Ya
8 40,00
2 Ragu-ragu
- -
3 Tidak
12 60,00
Jumlah 20
100
Kuesioner : Penelitian tahun 2008
Dari tabel dapat kita lihat bahwa 12 orang informan 60 menyatakan tidak adanya tindakan Dinas Tata Kota Kota Pekanbaru terhadap masyarakat yang
melakukan pembangunan permukiman diluar prosedur dan izin Pemerintah, dan 8 orang informan 40 menyatakan adanya tindakan Dinas Tata Kota Kota
Pekanbaru terhadap masyarakat yang melakukan pembangunan permukiman diluar prosedur dan izin Pemerintah.
Pada idealnya, pengawasan yang dilakukan harus bersifat objektif dan menyeluruh. Dalam mencapai hal tersebut, maka perlu dilakukan pengawasan
langsung agar objektivitas informasi yang didapatkan dari pelaksanaan suatu fungsi pengawasan lebih valid. Pengawasan langsung juga diperlukan untuk memproteksi
pelaksanaan pembangunan yang ada, dengan mempersiapkan tindakan-tindakan korektif yang diperlukan apabila terjadi kesalahan. Berdasarkan informasi yang
diperoleh dari informan masyarakat terlihat bahwa dalam pembangunan
Universitas Sumatera Utara
permukiman di Kota Pekanbaru selama ini tidak pernah mendapatkan pengawasan langsung oleh pihak Dinas Tata Kota Kota Pekanbaru. Sebagaimana terlihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 34 : Distribusi Jawaban Informan Tentang adanya pengawasan langsung oleh Dinas Tata Kota Kota Pekanbaru dalam proses pembangunan
permukiman yang dilaksanakan di Kota Pekanbaru
No Uraian
Frekuensi Persentase
1 Ya
2 10,00
2 Ragu-ragu
- -
3 Tidak
18 90,00
Jumlah 20
100
Kuesioner : Penelitian tahun 2008
Dari tabel, terlihat bahwa 18 orang informan 90 menyatakan tidak adanya pengawasan langsung oleh Dinas Tata Kota Kota Pekanbaru dalam proses
pembangunan permukiman yang dilaksanakan di Kota Pekanbaru, dan 2 orang informan 10 menyatakan adanya pengawasan langsung oleh Dinas Tata Kota
Kota Pekanbaru dalam proses pembangunan permukiman yang dilaksanakan di Kota Pekanbaru.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Pak Wan Karim, bahwa Dinas Tata Kota Kota Pekanbaru tidak pernah turun langsung ke
lapangan untuk keperluan pengawasan. Jadi, pembangunan permukiman berjalan dengan sendirinya sesuai keinginan masyarakat yang membangun.
Pelaksanaan pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru dinilai berjalan baik dan relevan dengan ketentuan yang berlaku. Masyarakat menilai, bahwa dalam
pembangunan kawasan permukiman penduduk, tidak ada yang menyalahi ketentuan hukum yang ada. Seperti ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang No. 4
tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman UUPP serta peraturan hukum
Universitas Sumatera Utara
lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingginya kesadaran hukum masyarakat. Sebagaimana tabel berikut:
Tabel 35 : Distribusi Jawaban Informan Tentang pelaksanaan pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru berjalan dengan baik dan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
No Uraian
Frekuensi Persentase
1 Ya
11 55,00
2 Ragu-ragu
- -
3 Tidak
9 45,00
Jumlah 20
100
Kuesioner : Penelitian tahun 2008
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa 11 orang informan 55 menyatakan pelaksanaan pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru sudah
berjalan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, 9 orang informan 45 menyatakan pelaksanaan pembangunan permukiman di Kota Pekanbaru tidak
berjalan dengan baik dan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Pak Amir
Syahroni, diketahui bahwa selama pembangunan permukiman berlangsung, tidak ada masalah yang timbul, semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Masyarakat juga
patuh pada hukum yang ada.
Tabel 36 : Distribusi Jawaban Informan Tentang keefektifan pelaksanaan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Tata Kota Kota
Pekanbaru dalam pembangunan permukiman
No Uraian
Frekuensi Persentase
1 Ya
6 30,00
2 Ragu-ragu
8 40,00
3 Tidak
6 30,00
Jumlah 20
100
Kuesioner : Penelitian tahun 2008
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel dapat dilihat bahwa 8 orang informan 40 menyatakan ragu-ragu terhadap keefektifan pelaksanaan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Tata
Kota Kota Pekanbaru dalam pembangunan permukiman, 6 orang informan 30 menyatakan keefektifan pelaksanaan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Dinas
Tata Kota Kota Pekanbaru dalam pembangunan permukiman, dan 6 orang informan 30 lainnya menyatakan tidak efektifnya pelaksanaan fungsi pengawasan yang
dilakukan oleh Dinas Tata Kota Kota Pekanbaru dalam pembangunan permukiman.
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISA DATA
Pada bab ini, akan disajikan analisis data yang berhasil penulis himpun selama dalam penelitian, penyebaran kuesioner, wawancara dengan informan,
maupun dari obsevasi yang peneliti lakukan sendiri terhadap fenomena yang terkait
dengan penelitian ini.
Berdasarkan penyajian data pada Bab IV, maka diperoleh klasifikasi jawaban informan secara keseluruhan sebagaimana tergambar dalam tabel dan diagram
berikut ini:
Tabel 37: Klasifikasi Jawaban Informan Terhadap Pertanyaan Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Dinas Tata Kota Kota Pekanbaru Dalam
Pembangunan Permukiman.
No Alternatif
Jawaban Informan Informan
Jumlah Aparat
Masyarakat
Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
1. Ya
14 53,85
7 35
21 45,65
2. Ragu-ragu
4 15,38
4 20
8 17,40
3. Tidak
8 30,77
9 45
17 36,95
Jumlah 26
100 20
100 46
100
Kuesioner : Penelitian tahun 2008
Diagram: Klasifikasi Jawaban Informan Terhadap Pertanyaan Pelaksanaan Fungsi
Pengawasan Dinas Tata Kota Kota Pekanbaru Dalam Pembangunan Permukiman.
10 20
30 40
50
Jaw aban Inform an Ya
Ragu-ragu Tidak
Universitas Sumatera Utara