Sistematika Penulisan Doktrin-Doktrin Hukum Kontrak

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Penulisan ini dilakukan dengan studi pustaka yaitu dengan cara membaca buku-buku dan mempelajari literatur-literatur yang selanjutnya diolah dan dirumuskan secara sistematis sesuai dengan masing-masing pokok bahasannya. 4. Analisis Bahan Hukum Analisis bahan hukum dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode analisis kualitatif, dalam hal ini mengkaji secara mendalam bahan hukum yang ada kemudian digabungkan dengan bahan hukum yang lain, lalu dipadukan dengan teori-teori yang mendukung dan selanjutnya ditarik kesimpulan.

F. Sistematika Penulisan

Pertanggungjawaban sistematika bertujuan agar penulisan ini dapat terarah dan sistematis, sehingga dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi 5 lima bab yaitu sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan yang terbagi dalam 6 enam sub bab, yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian yang di dalamnya menguraikan tentang pendekatan masalah, sumber data, teknik pengumpulan data, dan analisis data, serta diuraikan pula mengenai pertanggungjawaban sistematika. Bab II. Pembahasan mengenai bagaimana pengaturan dan teori-teori mengenai hukum kontrak yang berlaku saat ini. Bab III. Pembahasan mengenai bagaimana kedudukan hukum dari M.O.U 16 Universitas Sumatera Utara ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan doktrin- doktrin atau pendapat-pendapat para pakar ilmu hukum kontrak. Bab IV. Pembahasan mengenai bagaimana kekuatan hukum dari M.O.U jika ada salah satu pihak yang melakukan pengingkaran jika ditinjau dari segi Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Bab V. Penutup. Berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran dari penulis. Adapun isi dari kesimpulan adalah tentang jawaban dari rumusan masalah baik permasalahan yang pertama kedua, maupun permasalahan yang ketiga agar lebih jelas. Dan bagian kedua adalah saran. Saran merupakan rekomendasi penulis kepada dunia ilmu pengetahuan di bidang hukum khususnya hukum kontrak bisnis. 17 Universitas Sumatera Utara BAB II PENGATURAN DAN DOKTRIN-DOKTRIN MENGENAI HUKUM KONTRAK

A. Pengertian Kontrak

Kontrak merupakan suatu kesepakatan yang diperjanjikan promissory agreement diantara dua atau lebih pihak yang dapat menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan hukum. 8 Ada pula yang memberikan definisi mengenai kontrak sebagai suatu perjanjian, atau serangkaian perjanjian di mana hukum memberikan ganti rugi terhadap wanprestasi terhadap kontrak tersebut. 9 Definisi lain mengenai kontrak yaitu suatu perjanjian tertulis antara dua pihak dalam perdagangan, sewa menyewa, dan lain sebagainya, dimana persetujuan tersebut mempunyai sanksi hukum antara dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu kegiatan. 10 Adapun isi dari pasal 1313 KUH Perdata memberikan pengertian kepada kontrak sebagai : “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih.” Dalam KUH Perdata tidak menyebutkan secara spesifik mengenai pengertian kontrak, akan tetapi substansi yang terkandung dalam kontrak adalah suatu perjanjian, jadi secara garis besar pasal 1313 KUH Perdata merupakan salah satu landasan dari hukum kontrak. 8 Munir Fuadi I, Op.Cit., hal. 4. 9 Ibid. 10 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1988, hal. 458. 18 Universitas Sumatera Utara Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris “Contract” yang berarti perjanjian. Istilah kontrak lebih menunjukkan pada nuansa bisnis atau komersil dalam hubumgam hukum yang dibentuk, sedangkan istilah perjanjian cakupannya lebih luas 11 Inti definisi yang tercantum dalam Black’s Law Dictionary bahwa kontrak dilihat sebagai persetujuan para pihak untuk melaksanakan kewajiban, baik melakukan atau tidak melakukan secara sebagian . Jadi dengan kata lain kontrak merujuk pada suatu pemikiran akan adanya keuntungan komersil yang diperoleh kedua belah pihak, sedangkan perjanjian dapat saja berarti social agreement yang belum tentu menguntungkan kedua belah pihak secara komersil. Pengertian kontrak komersil itu sendiri adalah kesepakatan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih untuk melakukan transaksi bisnis. 12 Treitel menyatakan definisi kontrak sebagai berikut : “A contract is an agreement giving rise to obligations which are enforced or recognized by law” . Persyaratan kontrak biasanya dilengkapi dan dibatasi oleh hukum, dukungan dan pembatasan hukum tersebut berfungsi melindungi pihak yang mengadakan kontrak dan mendefinisikan hubungan khusus diantara mereka seandainya ketentuannya tidak jelas, mendua arti atau bahkan tidak lengkap. KUH Perdata memberi kebebasan berkontrak kepada pihak–pihak membuat konrak secara tertulis maupun secara lisan. Baik tertulis maupun lisan sama–sama mengikat, asalkan memenuhi syarat–syarat yang diatur dalam pasal 1320 BW. Jadi, kontrak tidak harus dibuat secara tertulis. 13 11 Disertasi, Y. Sogar Simamora, Op. Cit, h 26 12 Salim H. S, Perkembangan Hukum Kontrak Inominat di Indonesia, cet 3, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, h 16 13 G. H. Treitel, Law of Contract, Sweat Maxwel, London, 1995, hal 1 . 19 Universitas Sumatera Utara Selanjutnya, Charles L. Knapp dan M. Crystal mengartikan Hukum kontrak Law of Contract is : “ Our society’s legal mechanism for protecting the expectation that arise from the making of agreements for the future exchange of various types of performance, such as the compeyance of property tangible and untangible , the performemance of service, and the payment of money 14 Kontrak merupakan bagian yang melekat dari transaksi bisnis baik dalam skala besar maupun kecil, baik domestik maupun internasiomal. Fungsinya sangat penting menjamin bahwa seluruh harapan yang dibentuk dari janji–janji para pihak dapat terlaksana dan terpenuhi. Dalam hal terjadi pelanggaran maka terdapat kompensasi yang harus dibayar. Kontrak dengan demikian merupakan sarana untuk memastikan apa yang hendak dicapai oleh para pihak dapat diwujudkan . Definisi di atas kurang lebih mengandung pengertian bahwa kontrak adalah sebuah perjanjian yang mengikat para pihak. Tidak semua perjanjian dapat dikatakan sebagai kontrak, yang membedakan adalah adanya keistimewaan kontrak yang tidak dimiliki oleh semua perjanjian yaitu kewajiban hukum yang bersifat mengikat para pihak. Jika sebuah perjanjian tidak mengandung “perikatan” tersebut, maka perjanjian itu bukan kontrak, Hukum kontrak adalah mekanisme hukum dalam masyarakat untuk melindungi harapan–harapan yang timbul dalam pembuatan persetujuan demi perubahan dimasa datang yang bervariasi kinerja, seperti pengangkutan kekayaan yang nyata maupun tidak nyata, kinerja pelayanan, dan pembayaran dengan uang. 15 14 Salim H. S, Perkembangan Hukum Kontrak Inominat di Indonesia, cet 3, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal 3 15 Disertasi, Y. Sogar Simamora, Prinsip Hukum Kontrak Dalam Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah..h 26 . Pada prinsipnya teori liberal tentang kontrak mengajarkan bahwa 20 Universitas Sumatera Utara setiap orang menginginkan keamanan, sehingga seseorang harus menghormati kepada orang lain dan hartanya 16 . Selain itu, kontrak mempunyai fungsi yuridis dan fungsi ekonomis. Fungsi yuridis kontrak adalah memberikan kepastian hukum bagi para pihak. Sedangkan fungsi ekonomis adalah menggerakkan hak milik sumber daya dari nilai penggunaan yang lebih rendah menjadi nilai yang lebih tinggi 17 Melalui kontrak terciptalah perikatan atau hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban pada masing–masing pihak yang membuat kontrak. Dengan kata lain, para pihak terikat untuk mematuhi kontrak yang telah mereka buat tersebut. Dalam hal ini fungsi kontrak sama dengan perundang– undangan, tetapi hanya berlaku khusus terhadap para pembuatnya saja. Hukum kontrak pada dasarnya merupakan payung bagi kontraktan dalam penutupan setiap jenis kontrak . 18 . Secara hukum, kontrak dapat dipaksakan berlaku melalui pengadilan. Hukum memberikan sanksi terhadap pelaku pelanggaran kontrak atau ingkar janji wanprestatie , Dengan demikian penulisan ini menggunakan acuan definisi kontrak sebagai kontrak komersil selanjutnya hanya disebut sebagai kontrak, merupakan hubungan hukum antara subyek hukum yang satu dengan subyek hukum yang lain, untuk saling mengikatkan diri memenuhi hak dan kewajiban para pihak yang telah disepakatinya untuk melakukan transaksi bisnis. 16 Munir Fuady, Hukum Kontrak, dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, buku kesatu ,cet 3 , Citra Aditya Bakti, Bandung. 2002, h 11 17 Salim H. S, Op.Cit, h 35 18 Y. Sogar Simamora. Harmonisasi Prinsip-prinsip Hukum Kontrak Indonesia Terhadap Sistem Perdagangan Global, Yuridika. Volume18, No. 2, Maret 2003 21 Universitas Sumatera Utara

1. Subyek Kontrak

Subyek kontrak merupakan pelaksana dari suatu kontrak. Kontrak terjadi disebabkan oleh adanya hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang berada pada posisi berlawanan, dimana satu pihak menjadi pihak “kreditur” dan pihak lainnya sebagai “debitur”. Kreditur adalah pihak yang berhak atas sesuatu prestasi , sedangkan debitur adalah sebagai pihak yang berkewajiban untuk memenuhi sesuatu prestasi tersebut. Selain itu terdapat pengaturan mengenai kontrak dalam Pasal 1313 BW yang menentukan bahwa : “Suatu persetujuan adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Sehingga suatu pernyataan sepihak saja tidak pernah akan menimbulkan perjanjian, haruslah terdapat subyek hukum dengan subyek hukum lain yang membuat perjanjian. Sebagai subyek kontrak, kreditur dan debitur mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam perjanjian, yaitu satu pihak berkewajiban melaksanakan prestasi dan di pihak lain berhak menuntut pelaksanaan prestasi. Setiap pihak dapat memposisikan dirinya baik sebagai pihak kreditur maupun debitur, tergantung dilihat dari sisi mana. Contoh : dalam kontrak jual beli, jika dilihat dari sisi pengadaan barang, pembeli adalah kreditur yang berhak atas barang yang diperjual belikan dan penjual adalah debitur yang wajib memenuhi pengadaan barang tersebut. Sedangkan jika dilihat dari sisi pembayaran, pembeli adalah debitur yang memiliki kewajiban untuk melakukan pembayaran atas barang dan penjual adalah kreditur yang berhak atas pembayaran tersebut. Kreditur dan debitur terdiri dari: 22 Universitas Sumatera Utara 1. Individu sebagai persoon yang bersangkutan, yaitu : a. Natuurlijke person atau manusia tertentu; b. Recht persoon atau badan hukum. 2. Seorang atas keadaan tertentu mempergunakan kedudukan hak orang lain tertentu. 3. Person yang dapat diganti verbagbaar , yaitu berarti kreditur yang menjadi subyek semula telah ditetapkan dalam perjanjian, sewaktu– waktu dapat diganti kedudukannya dengan kreditur atau debitur baru, perjanjian ini berbentuk “aan order” atau perjanjian atas order atas perintah dan perjanjian “aan toonder” atau perjanjian atas nama atau kepada pemegang pembawa pada surat – surat tagihan utang. Dalam mengadakan perjanjian atau kontrak setiap subyek hukum haruslah memenuhi persyaratan–persyaratan tertentu. Misalnya, untuk subyek hukum “natuurlijke person” atau biasa disebut “orang”, kecakapannya diatur dalam Pasal 1320 BW, yaitu harus dewasa dan tidak di bawah pengampuan. Sedangkan untuk subyek hukum “badan hukum” haruslah memenuhi persyaratan formal suatu badan hukum. Badan hukum memiliki hak dan kewajiban yang sama selayaknya orang, namun dalam pelaksanaannya digerakkan oleh organ badan hukum. 23 Universitas Sumatera Utara

2. Obyek Kontrak

Obyek perikatan adalah prestasi 19 a. Menyerahkan sesuatu, bisa memberikan te geven benda atau memberikan sesuatu untuk dipakai genoit gebruik – pemakaian ; . Prestasi adalah hak dan kewajiban untuk memenuhi sesuatu, yaitu debitur berkewajiban atas suatu prestasi dan kreditur berhak atas suatu prestasi, wujud dari prestasi adalah Pasal 1234 BW : b. Melakukan sesuatu te doen ; c. Tidak melakukan sesuatu niet te doen . “Memberikan sesuatu” ialah kewajiban seseorang untuk memberikan sesuatu atau menyerahkan sesuatu. Memberi sesuatu dapat diartikan baik penyerahan nyata maupun penyerahan yuridis, misalnya : pinjam pakai, sewa menyewa 20 “Berbuat sesuatu” adalah setiap prestasi berwujud berbuat sesuatu atau melakukan perbuatan tertentu yang positif, misalnya memotong rumput, membersihkan halaman . 21 “Tidak berbuat sesuatu” yaitu untuk tidak melakukan perbuatan tertentu yang telah dijanjikan, misalnya tidak mendirikan bangunan yang menutupi pemandangan atau supaya membiarkan saja orang mengambil air dari sumurnya . 22 Menurut Purwahid Patrik, untuk sahnya perjanjian diperlikan syarat–syarat . 19 Purwahid Patrik, Patrik, Purwahid, Dasar – dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, 1994. hal.3 20 Ibid 21 Ibid 22 Ibid hal 4 24 Universitas Sumatera Utara tertentu mengenai obyek kontrak, yaitu 23 1. Obyeknya harus tertentu : Dalam Pasal 1320 sub 3 BW, dijelaskan obyeknya tertentu sebagai salah satu syarat sahnya perjanjian. 2. Obyeknya harus diperbolehkan Menurut Pasal 1335 jo 1337 BW, kontrak tidak memiliki kekuatan mengikat jika obyeknya palsu atau mengenai hal–hal yang terlarang. Dikatakan terlarang jika dilarang oleh Undang Undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum. 3. Obyeknya dapat dinilai dengan uang Sebagaimana definisi yang ditentukan untuk perikatan, yaitu suatu hubungan hukum yang letaknya dalam lapangan harta kekayaan. 4. Obyeknya harus mungkin untuk dilaksanakan Pelaksanaan dari obyek kontrak juga harus dimungkinkan, orang tidak dapat mengikatkan diri kalau obyeknya tidak mungkin dilaksanakan dan umum sudah tidak membenarkan hal ini. Mengenai mungkin tidaknya pelaksanaan prestasi, dibedakan ketidakmungkinan menjadi dua yaitu, ketidakmungkinan obyektif dan ketidakmungkinan subyektif. Pada ketidakmungkinan obyektif tidak akan timbul perikatan, karena perjanjian tersebut tidak mungkin dapat dilaksanakan, misalnya melakukan perjalanan Surabaya–Bandung dengan mengendarai sebuah mobil ditempuh hanya dalam waktu 7 jam. Sedangkan pada ketidakmungkinan subyektif tidak menghalangi terjadinya perjanjian atau menyebabkan perjanjian batal, 23 Ibid 25 Universitas Sumatera Utara karena hanya anggapan debitur yang bersangkutan.

B. Doktrin-Doktrin Hukum Kontrak

Sumber hukum merupakan segala apa saja yang menimbulkan aturan- aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar akan menimbulkan sanksi yang nyata dan tegas. Adapun sumber hukum formal yang berlaku dalam hukum positif indonesia adalah : 24 a. Undang-undang Statue b. Kebiasaan Custom c. Keputusan-keputusan Hakim Jurisprudentie d. Traktat Treaty e. Pendapat Ahli Hukum dotrin Pengertian dari doktrin sendiri adalah pendapat atau teori-teori dari para ahli hukum. Kedudukan doktrin sendiri dalam prakteknya sangatlah penting dalam mempengaruhi pengambilan keputusan hukum oleh hakim. Dalam mengambil keputusan, hakim seringkali mengutip pendapat atau teori dari seorang atau beberapa orang ahli hukum mengenai kasus yang dihadapinya, apalagi jika ahli hukum tersebut juga menyatakan mengenai bagaiaman penyelesaian suatu kasus sampai dengan selesai. Jadi dengan kata lain kedudukan doktrin merupakan sebuah sumber hukum yang sangat berpengaruh bagi keputusan-keputusan hakim selain undang-undang. 25 Dalam ilmu hukum kontrak, dikenal berbagai doktrin atau teori, yang masing-masing mencoba menjelaskan berbagai segmen dari kontrak 24 Cst. Kansil dan Christine Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2000, hal. 19 25 Ibid., hal. 23 26 Universitas Sumatera Utara bersangkutan. Berikut ini dikenal beberapa teori hukum kontrak sesuai dengan kelompoknya masing-masing dengan memakai kriteria tertentu, yaitu sebagai berikut : 26 1. Teori-teori dasar yang klasik. 2. Teori-teori berdasarkan formulasi kontrak. 3. Teori-teori berdasarkan prestasi kedua belah pihak. 4. Teori Holmes tentang Tanggung Jawab Hukum 5. Teori liberal tentang kontrak. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan secara spesifik sebagai berikut dibawah ini : 1. Teori-teori dasar klasik Terdapat beberapa teori dasar yang klasik, yang merupakan tempat berpijak dari suatu kontrak, yaitu sebagai berikut : a. Teori benda Menurut teori benda ini, kontrak adalah suatu benda thing yang telah ada keberadaannya secara objektif sebelum dilakukan pelaksanaan performance dari kontrak tersebut. Dengan demikian. Suatu kontrak adalah suatu benda yang dibuat, disimpangi, atau dibatalkan oleh para pihak. Teori ini merupakan teori yang mendasarkan pada formulasi kontrak, misalnya kontrak dibuat dalam bentuk tertulis, sehingga seolah-olah yang menjadi benda yang dinamakan kontrak tersebut adalah kertas-kertas yang bertuliskan kontrak yang ditandatangani 26 Munir Fuady I,Op.Cit., hal 4-11. 27 Universitas Sumatera Utara oleh masing-masing pihak tersebut. b. Teori pelaksanaan Teori ini mengajarkan bahwa yang terpenting dari suatu kontrak adalah pelaksanaan enforcement dari kontrak yang bersangkutan, yang dalam hal ini dilaksanakan oleh badan-badan pengadilan atau badan penyelesaian sengketa lainnya. Sebab, yang menjadi tujuan utama dari setiap pembuatan kontrak adalah bahwa untuk mendorong para pihak untuk membayar hutangnya, melaksanakan janjinya dan bertindak secara benar dalam hubungan dengan kontrak antara para pihak tersebut, sehingga untuk itu perlu tindakan-tindakan yang dapat memberikan efek yang dapat menghalang- halangi atau mencegah terjadinya wanprestasi. Sehingga pelaksanaan kontrak tersebut termasuk pemberian sanksi bagi pihak yang mengingkari kontrak dalam hukum kontrak sama pentingnya dengan perlindungan hak milik. c. Teori prinsip umum Menurut teori ini, suatu kontrak tetap mengacu pada efektifitas secara umum dari kontrak itu sendiri. Jadi, sungguh pun banyak kontrak yang sudah ada pengaturannya yang detil dalam perundang-undangan atau dalam draft- draft model kontrak yang diterima umum, atau yang diatur sendiri oleh para pihak berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak, tetapi secara umum tetap tidak menyimpang secara signifikan dari prinsip-prinsip umum dan universal yang terdapat dalam konsep-konsep kontrak. 2. Teori-teori berdasarkan formulasi kontrak Dalam hubungannya dengan formulasi kontrak, dalam ilmu hukum 28 Universitas Sumatera Utara kontrak terdapat empat teori yang mendasar, yaitu : a. Teori kontrak de facto Kontrak de facto implied in-fact, yakni yang merupakan kontrak yang tidak pernah disebutkan dengan tegas tetapi ada kenyataan, pada prinsipnya dapat diterima sebagai kontrak yang sempurna. b. Teori kontrak ekspresif Ini merupakan teori yang sangat kuat daya berlakunya, bahwa setiap kontrak yang dinyatakan dengan tegas ekspresif oleh para pihak-pihak yang bersangkutan, sejauh memenuhi syarat-syarat mengenai sahnya suatu kontrak ditandai dengan adanya suatu penawaran dan penerimaan, dianggap sebagai ikatan yang sempurna bagi para pihak tersebut. c. Teori promissory estoppel Teori promissory estoppel atau disebut juga dengan detrimental reliance mangajarkan bahwa dianggap ada kesesuaian kehendak di antara para pihak jika pihak lawan telah melakukan sesuatu sebagai akibat dari tindakan- tindakan pihak lainnya yang dianggap merupakan tawaran untuk ikatan suatu kontrak. d. Teori kontrak quasi Teori kontrak quasi quasi contract atau implied in law ini mengajarkan bahwa dalam hal-hal tertentu, apabila dipenuhi syarat-syarat tertentu, maka hukum dapat menganggap adanya kontrak di antara para pihak dengan berbagai konsekuensinya, sungguhpun dalam kenyataannya kontrak tersebut tidak pernah ada. Universitas Sumatera Utara 3. Teori-teori berdasarkan prestasi kedua belah pihak Dilihat dari prestasi kedua belah pihak dalam suatu kontrak, terdapat berbagai teori kontrak sebagai berikut : a. Teori hasrat Will Theory Teori ini mempunyai akar dalam hukum romawi dan mempunyai kemajuan pesat dalam hukum negara-negara yang menganut sistem hukum eropa kontinental. Teori hasrat ini menekankan kepada pentingnya hasrat dari pihak yang memberikan janji. Ukuran dari eksistensi, kekuatan berlaku, dan klausul dari suatu kontrak diukur dari hasrat tersebut. Jadi menurut teori ini, yang terpenting dari suatu kontrak bukan apa yang dilakukan para pihak dalam kontrak tersebut, tetapi apa yang mereka inginkan. Yang terpenting adalah “manifestasi atau pemberitahuan” dari kehendak para pihak. Jadi suatu kontrak mula-mula dibentuk dahulu berdasarkan kehendak, sedangkan pelaksanaan atau tidak dilaksanakannya suatu kontrak adalah persoalan belakangan. b. Teori sama nilai Equivalent Theory Teori ini mengajarkan bahwa suatu kontrak baru mengikat jika para pihak dalam kontrak tersebut memberikan prestasinya yang seimbang atau sama nilai equivalent. Pengertian equivalent ini kemudian berkembang lebih mengarah kepada hal-hal yang bersifat teknik dan konstruktif. Teknik dan konstruktif di sini maksudnya adalah teknik pembuatan dan konstruksi atau susunan kontrak. c. Teori tawar menawar Bargain Theory 29 Universitas Sumatera Utara Teori ini merupakan perkembangan dari teori “sama nilai” equivalent theori dan sangat mendapat tempat dalam negara-negara yang menganut sistem Common Law. Teori sama nilai ini mengajarkan bahwa suatu kontrak hanya mengikat sejauh apa yang dinegosiasikan tawar menawar dan kemudian disetujui oleh para pihak. d. Teori kepercayaan merugi Injurious Reliance Theory Teori ini mengajarkan bahwa kontrak sudah dianggap ada jika dengan kontrak yang bersangkutan sudah menimbulkan kepercayaan bagi pihak terhadap siapa janji itu diberikan sehingga pihak yang menerima janji tersebut karena kepercayaannya itu akan menimbulkan kerugian jika janji itu tidak terlaksana. Dengan kata lain masing-masing pihak sudah mengetahui resiko masing-masing jika terjadi pengingkaran terhadap kontrak yang dibuat. 4. Teori Holmes tentang tanggung jawab hukum yang berkenaan dengan kontrak. Teori-teori Holmes ahli hukum terkenal dari Amerika pada prinsipnya mendasari pada dua prinsip sebagai berikut : a. Tujuan utama dari teori hukum adalah untuk menyesuaikan hal-hal eksternal ke dalam aturan, dan b. Kesalahan-kesalahan moral bukan unsur dari suatu kewajiban. Karena itu, teori Holmes tentang kontrak mempunyai intisari sebagai berikut : a. Peranan moral tidak berlaku untuk kontrak. b. Kontrak merupakan suatu cara mengalokasikan resiko, yaitu resiko wanprestasi. 30 31 Universitas Sumatera Utara c. Yang terpenting bagi suatu kontrak adalah standar tanggung jawab yang eksternal. Yaitu tanggung jawab dari pelaksanaan kontrak tersebut. 5. Teori Liberal tentang kontrak Pada prinsipnya teori liberal tentang kontrak mengajarkan bahwa setiap orang menginginkan keamanan. Sehingga seseorang harus menghormati kepada orang lain dan hartanya. Akan tetapi orang juga perlu suatu kerja sama, dan kerja sama ini dapat dilakukan tanpa kehilangan kebebasannya, yang dalam hal ini dilakukan melalui kepercayaan dan perjanjian. Jadi, suatu perjanjian memerlukan suatu komitmen sehingga secara moral komitmen tersebut harus dilaksanakan, padahal tanpa suatu komitmen tersebut, tidak ada kewajiban moral untuk melaksanakan kewajiban yang bersangkutan. Jadi berdasarkan pada uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam suatu kontrak timbul diawali dengan suatu hasrat atau keinginan para pihak untuk mengikatkan dirinya guna menghindarkan diri dari suatu resiko, yaitu resiko wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak yang bersangkutan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa daya ikat suatu kontrak terjadi jika antara kedua belah pihak tersebut memberikan suatu prestasi yang berimbang. Berimbang maksudnya antara pihak yang satu dengan pihak yang lain saling memenuhi prestasi masing- masing. Draft pembuatan suatu kontrak diatur sendiri oleh para pihak, akan tetapi secara umum tetap mengacu pada konsep-konsep kesusilaan dan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Suatu kesepakatan tidak bisa disebut suatu kontrak apabila tidak terdapat suatu sanksi didalamnya. Dengan kata lain peranan sanksi moral tidak berlaku untuk kontrak. 32 Universitas Sumatera Utara

C. Penyusunan Kontrak