E. Doktrin Mengenai Wanprestasi Dalam Kontrak
Mengenai pengertian prestasi dalam KUH Perdata diatur dalam pasal 1234 KUH Perdata yaitu berupa :
1. Memberikan sesuatu
2. Berbuat sesuatu
3. Tidak berbuat sesuatu
Sementara itu, dengan wanprestasi yang dimaksudkan adalah tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan
oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.
Tindakan wanprestasi membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk
melakukan pemenuhan prestasi, sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pun pihak yang dirugikan karena prestasi tersebut.
14
Ada berbagai model bagi para pihak yang tidak memenuhi prestasinya. Model-model wanprestasi tersebut adalah sebagai berikut
15
1 Wanprestasi berupa tidak memenuhi prestasi
:
2 Wanprestasi berupa terlambat memenuhi prestasi
3 Wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi
Dalam hal wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi dalam ilmu hukum kontrak dikenal suatu doktrin yaitu “Doktrin Pemenuhan Prestasi
Substansial” Substansial Performance. Yang dimaksud dengan doktrin tersebut adalah sungguh pun satu pihak tidak melaksanakan prestasinya secara sempurna,
14
Amirizal, Hukum Bisnis, Risalah Teori dan Praktik, Djambatan, Jakarta, 1999, hal.36.
15
Munir Fuady I, Op.Cit., hal. 89.
39
Universitas Sumatera Utara
tetapi jika dia telah melaksanakan prestasinya tersebut secara substansial, maka pihak lain harus juga melaksanakan prestasinya secara sempurna. Apabila suatu
pihak tidak melaksanakan prestasinya secara substansial, maka dia disebut telah tidak melaksanakan kontrak secara “material”.
15
Untuk kontrak-kontrak yang tidak berlaku doktrin pemenuhan prestasi secara substansial, berlaku doktrin pelaksanaan prestasi secara penuh atau sering
disebut dengan istilah strict preformance rule, full preformance dan perfect tender rule.
Hal itu dimisalkan, A mengikat kontrak dengan B untuk mendirikan bangunan, misalnya A dalam membangun
rumah ia tinggal memasang kunci bagi bangunan tersebut sementara pekerjaan- pekerjaan lainnya telah selesai dilakukannya, maka dapat dikatakan ia telah
melakukan kontrak secara substansial. Sementara kunci yang tidak belum dipasang pada bangunan tersebut bukan berarti dia telah tidak melaksanakan
kontrak secara material. Akan tetapi tidak semua kontrak dapat diterapkan doktrin pelaksanaan
prestasi secara substansial. Untuk kontrak jual beli atau kontrak yang berhubungan dengan tanah misalnya, biasanya doktrin pelaksanaan kontrak secara
substansial tidak dapat diberlakukan
16
Untuk mengetahui apakah suatu kontrak telah terlaksana secara substansial atau tidak, dapat diberlakukan beberapa kriteria, yaitu antara lain
17
1 Kelayakan kompensasi
:
Dalam hal ini akan dilihat apakah tersedia kompensasi yang cukup
15
Ibid., hal. 90.
16
Ibid.
17
Ibid.,,hal 92-93.
40
Universitas Sumatera Utara
memuaskan terhadap pihak yang dirugikan karena wanprestasi. Apabila tidak cukup baik tersedia kompensasi atau sulit menghitung ganti rugi, maka
pelaksanaan kontrak substansial akan sulit diakui. Jadi dalam hal yang demikian, pelaksanaan kontrak akan dianggap tidak substansial, sehingga
dianggap tidak terlaksananya kontrak yang material. 2
Hilangnya keuntungan yang diharapkan Dalam hal ini, semakin besar keuntungan yang hilang dari adanya
pelaksanaan kontrak yang tidak sempurna, semakin besar pula kemungkinan wanprestasi yang material atau substansial terhadap kontrak yang
bersangkutan. Sehingga kalau kerugian kepada yang dirugikan tersebut besar, sulit dikatakan terjadi pelaksanaan kontrak yang substansial.
3 Bagian kontrak yang dilaksanakan
Untuk dapat dikatakan bahwa pihak tertentu telah melaksanakan kontraknya secara substansial, dapat diukur dari bagian prestasi yang telah
dilakukan. Semakin besar bagian prestasi yang dilakukan, maka semakin besar kemungkinan substansialnya pelaksanaan kontrak yang bersangkutan.
4 Kesengajaan untuk tidak melaksanakan kontrak
Apabila ada bagian kontrak yang tidak dilaksanakan dengan kesengajaan bukan karena kelalaian atau sebab-sebab lain yang mengandung unsur itikad
baik, unsur kesengajaan mana biasanya terlihat dari dengan sengaja mengabaikan kontraknya, atau dengan sengaja memasang material yang tidak
memenuhi standar, dapat dikatakan bahwa dia belum melaksanakan kontrak secara substansial.
41
Universitas Sumatera Utara
5 Kesediaan untuk memperbaiki prestasi
Jika pihak yang melakukan prestasi dapat memperbaiki dan mempunyai kemauan untuk memperbaiki prestasinya, maka dalam hal ini dapat dianggap
tidak terjadi bukan suatu wanprestasi yang bersifat material. Berdasarkan uraian di atas penulis menarik suatu kesimpulan yaitu suatu
pemenuhan prestasi harus dilaksanakan secara penuh strict performance rule misalnya kontrak jual-beli dimana apabila seorang penjual menyerahkan barang
dengan tidak sesuai dengan kontrak, maka pihak pembeli dapat menolak barang tersebut. Dikecualikan dari hal tersebut ada suatu Doktrin Pemenuhan Prestasi
Substansial Substantial Performance dimana apabila tidak adanya suatu unsur kesengajaan dan dengan ketidaksengajaan tersebut kemudian ada kompensasi bagi
yang dirugikan dan dalam hal ini hal-hal substansial atau hal-hal yang menjadi pokok atau materi dari kontrak telah dilaksanakan telah dilaksanakan maka hal
tersebut dianggap belum terjadi wanprestasi.
42
Universitas Sumatera Utara
BAB III KEDUDUKAN HUKUM DARI M.O.U DITINJAU DARI
HUKUM KONTRAK
A. Pengertian Memorandum of Understanding M.O.U