BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa :
1. Kedudukan M.O.U ada dua macam yaitu :
a. Tidak bersifat kontrak Gentlement Agreement
Teori yang mendukung adalah teori Holmes dimana disebutkan bahwa sanksi moral tidak berlaku dalam kontrak. Jadi dalam hal ini M.O.U yang
mempunyai sanksi moral bukanlah suatu kontrak. Dan menurut asas dalam kontrak bahwa disebut kontrak apabila sifatnya sudah final. Jadi dalam hal
ini M.O.U yang dalam materinya menyebutkan mengenai perlunya perjanjian lanjutan setelah penandatanganan M.O.U ini, maka M.O.U yang
semacam ini bukanlah suatu kontrak, karena sifatnya tidak final. b.
Bersifat sebagai kontrak Agreement is Agreement Dalam hal ini teori yang mendukung antara lain :
a Teori hilangnya keuntungan, dimana dianggap ada kontrak jika dalam
suatu kesepakatan yang terjadi akan menimbulkan hilangnya keuntungan bagi salah satu pihak jika wanprestasi.
b Teori Kepercayaan Merugi, dimana dalam hal ini dianggap suatu
kontrak apabila terjadi suatu kerugian secara materiil jika salah satu pihak wanprestasi.
62
Universitas Sumatera Utara
c Teori Promisory Estopel, dimana jika ada penawaran dan ada
penerimaan dalam suatu kesepakatan, maka sejak saat itu ada suatu perjanjian yang mengikat.
d Teori Kontrak Quasi , dimana dalam hal ini walaupun tidak disebutkan
secara jelas mengenai apakah itu kontrak atau bukan, akan tetapi jika syarat-syarat mengenai kontrak sudah terpenuhi maka itu sudah
disebut sebagai kontrak. 2.
Untuk M.O.U yang sifatnya bukan merupakan suatu kontrak maka tidak ada sanksi apapun bagi yang mengingkarinya kecuali sanksi moral yaitu misalnya
adanya black list bagi pihak yang mengingkari isi dari M.O.U. Sedangkan untuk M.O.U yang sifatnya merupakan suatu kontrak atau setingkat dengan
perjanjian berdasarkan pasal 1338 KUHPerdata, maka apabila terjadi suatu wanprestasi terhadap substansi dalam M.O.U ini maka pihak tersebut harus
memenuhi prestasi yang telah diingkarinya atau ia akan dikenai sanksi dari perundang-undangan yang berlaku. Suatu M.O.U yang tidak mempunyai suatu
kekuatan hukum yang memaksa sanksi bisa mempunyai sanksi. Hal itu tentunya tidak terlepas dari teori ratifikasi. Jadi dalam hal ini dengan adanya
ratifikasi dari M.O.U tersebut akan membuat M.O.U tersebut menjadi suatu kontrak yang sempurna apabila dalam ratifikasi kontrak baru tersebut telah
mengandung unsur sanksi dan pembuatannya telah final.
B. Saran