Lama Rawatan rata-rata Keadaan Sewaktu Pulang Gambar 6.14. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Carcinoma

6.7. Lama Rawatan rata-rata

Lama rawatan rata-rata penderita carcinoma nasopharynx di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun 2002-2007 memiliki nilai mean 6,81 dengan lama rawatan tersingkat 1 hari dan lama rawatan yang terpanjang 60 hari. Lama rawatan yang singkat disebabkan oleh adanya pasien yang datang dalam keadaan kritis sehingga tidak dapat tertolong lagi dan juga mahalnya biaya rumah sakit juga menjadi salah satu alasan yang mendasar. Lama rawatan terpanjang disebabkan karena biaya rumah sakit yang ditanggung oleh perusahaan tempat bekerja sehingga pasien tidak perlu memikirkan biaya saat dirawat di rumah sakit Lama rawatan rata-rata yang meninggal karena carcinoma nasopharynx di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun 2002-2007 adalah 6,22 hari dengan lama rawatan terpanjang adalah 18 hari dan terpendek adalah 1 hari. Lama rawatan yang panjang pada pasien yang meninggal karena pasien dirawat dengan keadaan yang tidak berangsur baik melainkan semakin memburuk sehingga akhirnya meninggal. Lama rawatan yang pendek pada pasien yang meninggal karena pasien datang kerumah sakit dalam keadaan kritis sehingga tidak dapat tertolong lagi. Universitas Sumatera Utara

6.8. Keadaan Sewaktu Pulang Gambar 6.14. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Carcinoma

Nasopharynx Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2002-2007. 13,5 14,9 71,6 Pulang berobat jalan Pulang atas permintaan sendiri Meninggal Berdasarkan gambar 6.14 dapat dilihat bahwa proporsi keadaan penderita carcinoma nasopharynx sewaktu pulang adalah pulang berobat jalan sebesar 71,6, pulang atas permintaan sendiri yaitu sebesar 14,9 dan CFR carcinoma nasopharynx yaitu 13,5. Penderita yang pulang atas permintaan sendiri biasanya disebabkan oleh pertimbangan ekonomi, keadaan kesehatan yang tidak menunjukkan perubahan sehingga dianggap perlu untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik, dan dari segi pelayanan kesehatan dari rumah sakit itu sendiri yang dianggap kurang baik. CFR pada penderita carcinoma nasopharynx di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun 2002-2007 sebesar 13,5 dengan proprosi pada tahun 2002 sebesar 9 , tahun 2003 sebesar 12,5 , tahun 2004 sebesar 9, tahun 2005 sebesar 7,6 , tahun 2006 sebesar 26,7 dan tahun 2007 sebesar 11 . CFR paling tinggi terdapat Universitas Sumatera Utara pada tahun 2006 ini disebabkan karena jumlah kasus di tahun 2006 adalah jumlah kasus tertinggi. 6.9. Distribusi Proporsi Tingkat Pendidikan Penderita Carcinoma Nasopharynx Berdasarkan Stadium Klinis. Gambar 6.15. Diagram Bar Distribusi Proporsi Tingkat Pendidikan Penderita Carcinoma Nasopharynx Berdasarkan Stadium Klinis di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2002-2007. Tingkat pendidikan berdasarkan stadium klinis 23,5 25 41,2 39,3 35,3 35,7 10 20 30 40 50 Stadium Dini Stadium I dan II Stadium Lanjut Stadium III dan IV P ro por s i Dasar Menengah Tinggi Berdasarkan gambar 6.15 dapat dilihat bahwa dari seluruh penderita carcinoma nasopharynx, terdapat penderita yang berada pada stadium dini dengan pendidikan dasar sebesar 23,5, menengah sebesar 41,2, tinggi sebesar 35,3. Penderita carcinoma nasopharynx yang berada pada stadium lanjut dengan tingkat pendidikan dasar sebesar 25, menengah sebesar 39,3, tinggi sebesar 35,7. Dari hasil uji chi-square diperoleh p = 0,99 p 0,05 artinya tidak ada perbedaan distribusi proporsi yang bermakna antara tingkat pendidikan berdasarkan stadium klinis. Tingkat pendidikan penderita tidak berbeda baik pada stadium dini maupun stadium lanjut. Universitas Sumatera Utara 6.10. Distribusi Proporsi Lama Rawatan rata-rata Penderita Carcinoma Nasopharynx Berdasarkan Stadium Klinis Gambar 6.16. Diagram Bar Distribusi Proporsi Lama Rawatan rata-rata Penderita Carcinoma Nasopharynx Berdasarkan Stadium Klinis di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2002-2007. Lama Rawatan Rata-rata hari 5,59 8,73 2 4 6 8 10 Stadium lanjut III dan IV Stadium dini I dan II Berdasarkan gambar 6.16 dapat dilihat bahwa dari seluruh jumlah penderita carcinoma nasopharynx, pada stadium dini jumlah lama rawatan rata-ratanya adalah 8,73 hari dan pada stadium lanjut jumlah lama rawatan rata-ratanya adalah 5,59 hari. Berdasarkan t-test diperoleh nilai p = 0,114 p 0,05 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata dengan stadium klinis. Lama rawatan rata-rata penderita tidak berbeda baik pada stadium dini maupun stadium lanjut. Universitas Sumatera Utara 6.11. Distribusi Proporsi Penatalaksanan Medis Penderita Carcinoma Nasopharynx Berdasarkan Stadium Klinis. Gambar 6.17. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penatalaksanan Medis Penderita Carcinoma Nasopharynx Berdasarkan Stadium Klinis di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2002-2007. Penatalaksanaan m edis berdasarkan stadium klinis 7,7 4,9 92,3 95,1 20 40 60 80 100 Stadium Dini Stadium I dan II Stadium Lanjut Stadium III dan IV P rop or s i Bedah Non bedah Berdasarkan gambar 6.17 dapat dilihat bahwa dari seluruh penderita carcinoma nasopharynx, terdapat penderita carcinoma nasopharynx stadium dini yang dilakukan tindakan bedah sebesar 7,7 dan tindakan non bedah sebesar 92,3. Penderita carcinoma nasopharynx stadium lanjut yang dilakukan tindakan bedah sebesar 4,9 dan tindakan non bedah sebesar 95,1. Dari gambar di atas juga dapat dilihat bahwa tindakan bedah juga dilakukan pada stadium lanjut. Hal ini sebenarnya tidak boleh dilakukan pada penderita karena dapat mengakibatkan penyebaran sel kanker yang semakin luas dan berisiko menyebabkan kematian. Berdasarkan hasil uji chi-square tidak dapat digunakan karena pada tabel 2x2 tersebut ada 2 sel 50 yang expected countnya kurang dari 5 maka digunakan uji Fisher’s exact diperoleh p=0,638 p0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan stadium klinis. Universitas Sumatera Utara 6.12. Distribusi Proporsi Stadium Klinis Penderita Carcinoma Nasopharynx Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang. Gambar

6.18. Diagram Bar Distribusi Proporsi Stadium Klinis Penderita