Pangan dan Sandang Kemiskinan .1 Definisi Kemiskinan Kemiskinan Absolut Teori Kesejahteraan Sosial

24 Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum. 4. Sehat Spiritual. Spiritual merupakan komponen tambahan dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton. Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai ―positive health‖ karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata.

e. Pangan dan Sandang

Pangan ialah sumber makanan bagi manusia dan merupakan kebutuhan pokok manusia. Sedang sandang adalah pakaian manusia. Pakaian menjadi kebutuhan primer, dan meskipun manusia dapat hidup tanpa pakaian, tetapi dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat sehingga pakaian adalah hal yang penting dalam kesehariannya. https:helpmeups.files.wordpress.com201207modul-dewa89s- bookletjuli2006Beberapa-Indikator-Penting-Sosial-Ekonomi-Indonesia, diakses 23 Maret 2015 pukul 02:07 WIB Universitas Sumatera Utara 25 2.2 Kemiskinan 2.2.1 Definisi Kemiskinan Definisi tentang kemiskinan telah mengalami perluasan, seiring dengan semakin kompleksnya faktor penyebab, indikator maupun permasalahan lain yang melingkupinya. Kemiskinan tidak lagi hanya dianggap sebagai dimensi ekonomi melainkan telah meluas hingga kedimensi sosial, kesehatan, pendidikan dan politik. Menurut Badan Pusat Statistik BPS, kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non –makan. Pada dasarnya definisi kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:

a. Kemiskinan Absolut

Kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut memiliki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia. Lebih dari itu kondisi kehidupan seseorang atau sekelompok orang itu sedemikian rupa sehingga secara fisik mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang itu tidak mampu melakukan aktivitas yang wajar.

b. Kemiskinan Relatif

Kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada orang yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya lingkungannya. Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan Universitas Sumatera Utara 26 miskin, sehingga kemiskinan relatif erat hubungannya dengan masalah distribusi pendapatan Siagian, 2012:47-49. Untuk memahami masalah kemiskinan, maka perlu memandang kemiskinan itu dari dua aspek, yakni kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup di bawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia Siagian, 2012:2-3. 2.2.2. Model Pengukuran dan Indikator Kemiskinan Terdapat beberapa model penghitungan kemiskinan, yaitu model tingkat konsumsi, model kesejahteraan keluarga dan model pembangunan manusia. 1 Model Tingkat Komsumsi. Menggunakan tingkat konsumsi ekuivalen beras per kapita sebagai indikator kemiskinan. Beliau membedakan tingkat ekuivalen konsumsi beras di daerah pedesaan dan perkotaan. Untuk daerah pedesaan apabila seseorang hanya mengkonsumsi ekuivalen beras kurang dari 240 kg per orang pertahun, maka yang bersangkutan digolongkan sangat miskin. Sedangkan untuk daerah perkotaan ditentukan sebesar ekuivalen 360 kg beras per orang pertahun. Badan Pusat Statistik BPS menghitung angka kemiskinan lewat tingkat Universitas Sumatera Utara 27 konsumsi pendududuk atas kebutuhan dasar. Dari sisi makanan, BPS menggunakan indikator yang direkomendasikan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi tahun 1998, yaitu 2.100 kalori per orang per hari, sedangkan dari sisi kebutuhan non –makanan tidak hanya terbatas pada sandang dan papan melainkan termasuk pendidikan dan kesehatan. BPS pertama kali melaporkan penghitungan jumlah dan persentase penduduk miskin pada tahun 1984. Pada saat itu penghitungan jumlah dan persentase penduduk miskin mencakup periode 1976-1981 dengan menggunakan model konsumsi Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional. http:www.academia.edu8222267MODEL_PENGUKURAN_DAN_INDIK ATOR_KEMISKINAN, diakses 20 Maret 2015 pukul 22:30 WIB 2 Model Kejahteraan Keluarga. Indikator Keluarga Sejahtera pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang terkandung didalam undang-undang no. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan merupakan variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik dan operasional. Karena indikator yang yang dipilih akan digunakan oleh kader di desa, yang pada umumnya tingkat pendidikannya relatif rendah, untuk mengukur derajat kesejahteraan para anggotanya dan sekaligus sebagai pegangan untuk melakukan melakukan intervensi, maka indikator tersebut selain harus memiliki validitas yang tinggi, juga dirancang sedemikian rupa, sehingga cukup sederhana dan secara operasional dapat di pahami dan dilakukan oleh masyarakat di desa. Universitas Sumatera Utara 28 Atas dasar pemikiran tersebut, maka indikator dan kriteria keluarga sejahtera yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

1. Keluarga Miskin

Keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS – I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi : - Paling kurang sekali seminggu keluarga makan dagingikantelor. - Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru. - Luas lantai rumah paling kurang 8 M2 untuk tiap penghuni.

2. Keluarga Pra Sejahtera

Keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya basic needs Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan.

3. Keluarga Sejahtera Tahap I

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, yaitu : - Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing –masing anggota keluarga. - Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 dua kali sehari atau lebih. - Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerjasekolah dan bepergian. Universitas Sumatera Utara 29 - Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah. - Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke saranapetugas kesehatan.

4. Keluarga Sejahtera Tahap II

Keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga sejahtera I, harus pula memenuhi syarat sosial psykologis 6 sampai 14, yaitu : - Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur. - Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan dagingikantelur sebagai lauk pauk. - Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun. - Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah. - Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat. - Paling kurang 1 satu orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap. - Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin. - Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini. - Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi kecuali sedang hamil. Universitas Sumatera Utara 30

5. Keluarga Sejahtera Tahap III

Keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai 14 dan dapat pula memenuhi syarat 15 sampai 21, syarat pengembangan keluarga yaitu : - Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama. - Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga untuk tabungan keluarga. - Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga. - Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. - Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali6 bulan. - Dapat memperoleh berita dari surat kabarTVmajalah. - Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.

6. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus

Keluarga yang dapat memenuhi kriteria 1 sampai 21 dan dapat pula memenuhi kriteria 22 dan 23 kriteria pengembangan keluarganya, yaitu : - Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil. - Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulanyayasaninstitusi masyarakat. http:www.bkkbn-jatim.go.idbkkbn-jatimhtmlindikasi.htm, diakses 26 Juli 2015 pukul 04:25 WIB Universitas Sumatera Utara 31 3 Model Pembangunan Manusia. Pengukuran angka kemiskinan dilakukan dengan melihat beberapa aspek sebagai sebagai berikut : - Indeks Pembangunan Manusia IPM Mengukur pencapaian suatu wilayah dalam tiga dimensi pembangunan manusia yang paling esensial-lama hidup, tingkat pengetahuan, dan standar hidup yang layak. Indeks tersebut dihitung dengan angka harapan hidup, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran perkapita. - Indeks Kemiskinan Manusia IKM Mengukur dimensi yang berlawanan arah dari IPM, yaitu seberapa besar penduduk yang kurang beruntung, tertinggal deprived people, karena tidak mempunyai akses untuk mencapai standar kehidupan yang layak. Indeks tersebut dihitung menggunakan prosentase penduduk yang tidak mencapai usia 40 tahun, prosentase penduduk buta huruf, prosentase balita dengan status gizi kurang, prosentase balita dengan status gizi kurang, prosentase penduduk tidak punya akses pada pelayanan kesehatan dasar, sanitasi air bersih. Semakin besar penduduk suatu wilayah pada situasi ini dipresentasikan oleh IKM yang semakin tinggi. - Indeks Kehidupan Fakir Miskin Mengukur kesenjangan pencapaian, yaitu berapa upaya, dalam prosentase, yang masih harus dilakukandicapai untuk membawa kondisi kehidupan fakir miskin di suatu wilayah menuju standar kehidupan minimum yang layak. Universitas Sumatera Utara 32 Dimensi yang diukur mencakup 1 situasi kelaparan atau sangat kurang kalori, 2 Kualitas hidup fakir miskin, 3 Akses fakir miskin pada pelayanan sosial dasar dan pembangunan. Untuk mengetahui jumlah angka kemiskinan mengunakan lima versi indikator kemiskinan, sebagai berikut : - Bank Dunia, kemiskinan diukur secara ekonomi berdasarkan penghasilan yang diperoleh orang miskin adalah mereka yang berpendapatan maksimal UU 2 per hari. - Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN, mendefinisikan kemiskinan dengan 5 indikator 1 Tidak dapat menjalankan ibadah menurut agamanya, 2 Seluruh keluarga tidak mampu makan dua kali sehari, 3 Seluruh anggota keluarga tidak mempunyai pakaian berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah dan berpergian, 4 Bagian terluas rumahnya terdiri atas tanah, 5 tidak mampu membawa keluarga jika sakit ke sarana kesehatan. - Dinas Kesehatan, menambahkan kriteria tingkat akses pelayanan kesehatan pemerintah, ada anggota keluarga yang putus sekolah atau tidak, frekuensi makan makanan pokok per hari kurang dari dua kali dan kepala keluarga mengalami pemutusan hubungan kerja atau tidak. - Badan Pusat Statistik BPS, mendefinisikan miskin berdasarkan tingkat konsumsi makanan kurang dari 2.100 kalorikapitaper hari dan kebutuhan minimal non makanan sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan. Disamping itu secara ekonomi BPS menetapkan penghasilan Rp. 175.324,- per bulan sebagai batas miskin perkotaan dan Rp. 131.256,- di pedesaan. Universitas Sumatera Utara 33 http:www.academia.edu8222267MODEL_PENGUKURAN_DAN_INDIK ATOR_KEMISKINAN, diakses 20 Maret 2015 pukul 22:30 WIB

2.2.3. Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan banyak dihubungkan dengan : 1. Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. 2. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga. 3. Penyebab sub-budaya subcultural, yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. 4. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. 5. Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial. Kemiskinan tidak hanya menyangkut tentang pendapatan tetapi juga menyangkut tentang aspek kehidupan lainnya. Kemiskinan di berbagai hal ini disebut dengan kemiskinan plural. https:id.wikipedia.orgwikiKemiskinan, diakses 24 Maret 2015 pukul 01:20 Universitas Sumatera Utara 34 Todaro 2006 memperlihatkan jalinan antara kemiskinan dan keterbelakangan dengan beberapa aspek ekonomi dan aspek non –ekonomi. Tiga komponen utama sebagai penyebab keterbelakangan dan kemiskinan masyarakat, faktor tersebut adalah rendahnya taraf hidup, rendahnya rasa percaya diri dan terbebas kebebasan ketiga aspek tersebut memiliki hubungan timbal balik. Rendahnya taraf hidup disebabkan oleh rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya pendapatan disebabkan oleh rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja, rendahnya produktivitas tenaga kerja disebabkan oleh tingginya pertumbuhan tenaga kerja, tingginya angka pengangguran dan rendahnya investasi perkapita. Untuk kasus Indonesia diperkirakan ada empat faktor penyebab kemiskinan. Faktor tersebut adalah rendahnya taraf pendidikan, rendahnya taraf kesehatan, terbatasnya lapangan kerja dan kondisi keterisolasian. https:id.wikipedia.orgwikiKemiskinan, diakses 24 Maret 2015 pukul 01:20 Asnawi 1994 menyatakan suatu keluarga menjadi miskin disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor teknologi. Sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pendidikan, dependensi ratio, nilai sikap, partisipasi, keterampilan pekerjaan, dan semuanya itu tergantung kepada sosial budaya masyarakat itu sendiri, kalau sosial budaya masyarakatnya masih terbelakang maka rendahlah mutu sumber daya manusianya. Sebaliknya kalau sosial budaya modern sesuai dengan tuntutan pembangunan maka tinggilah mutu sumber daya manusia tersebut. Universitas Sumatera Utara 35

2.3 Teori Kesejahteraan Sosial

Menurut defenisinya kesejahteraan sosial dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan, kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan atau pelayanan, dan kesejahteraan sosial sebagai ilmu. Kesejahteraan sosial adalah termasuk sebagai suatu proses atau usaha terencana yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun badan-badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan melalui pemberian pelayanan sosial dan tunjangan sosial Suharto, 2005:3. Mengenai konsep kesejahteraan sosial, perlu didapat pemahaman. Oleh karena itu, beberapa defenisi tentang kesejahteraan sosial dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Secara umum Edi Suharto, kesejahteraan sosial yaitu suatu keadaan