Dengan pola diatas maka Konsep dari jaring pola berbentuk grid di samping memiliki kelebihan, juga perlu diwaspadai dengan kekurangannya, yakni
tidak semua arah pergerakan dari satu daerah asal ke tempat tujuan dapat dipenuhi dengan satu lintasan rute. Dari pola yang demikian maka masyarakat terutama
para pelajar yang akan menuju ke sekolahnya tidak cukup melakukan perjalanan dengan hanya menggunakan satu kali, melainkan harus berganti moda transportasi
dan memakan waktu dalam menunggu pergantiannya.
4.2.3 Arah Pergerakan
Pergerakan dari masing- masing zona memiliki tingkat yang berbeda-beda, hal ini diwujudkan dalam berupa bervariasinya besaran jumlah angka. Adapun
besaran jumlah pergerakan anatar zona sebagaiman tercermin dalam Gambar 4.6
4.2.4 Pola Rute Angkutan Kota
Pola aktivitas pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat, terutama dalam hal ini aktivitas yang dilakukan oleh siswa SLTP dan SLTA dalam melakukan
pergerakan dari asal tempat tinggal menuju sekolah, menimbulkan dampak pada pemakaian lahan sebagai lintasan dalam perjalanannya. Pemilihan moda
transportasi sebagai alat perangkutannya berdampak pada kecepatan perjalanan menuju lokasi tujuan akhir.
Perbedaan kondisi disetiap daerah dan tata letak dari daya tarik kegiatan masyarakat, terutama fasilitas pendidikan yang tersebar di seluruh wilayah Kota
Banda Aceh menjadikan beberapa alternatif lintasan rute angkutan kota dalam
pencapaiannya. Hal ini memudahkan setiap masyarakat yang ingin melakukan aktivitas perjalannya dan kondisi Kota Banda Aceh yang terbentuk pada
penggunaan lahan sebagai sarana jalan untuk lintasan dan rute angkutan yang dapat menjangkau fasilitas pendidikan sekolah SLTP dan SLTA sebagaimana
tergambar pada Gambar 4.2 dan 4.3.
GAMBAR 4.12 PETA SIMULASI RUTE ANGKUTAN SEKOLAH DI KOTA BANDA ACEH
4.2.5 Rangkuman
Keberadaan akan status yang dimiliki oleh Kota Banda Aceh menjadikan suatu daya tarik tersendiri bagi penduduknya maupun penduduk yang ada
disekitarnya, khususnya di kalangan pelajar atau siswa tingkat SLTP dan SLTA, sehingga menambah jumlah volume dan kondisi lalu-lintas. Dengan berbekal
biaya transportasi antara Rp.10.000,- sampai Rp. 15.000,- sudah dapat menikmati pendidikan di Kota Banda Aceh lihat Tabel III.16.
Kondisi rute eksisting pelayanan angkutan kota yang belum dapat menjangkau seluruh fasilitas pendidikan khususnya pada tingkat SLTP dan SLTA,
hal ini memicu suatu pertumbuhan sepeda motor dan penggunaannya dikalangan pelajar. lihat Tabel III.3 dan Tabel III.15. Keadaaan ini memberikan pengaruh
pada jumlah kasus korban kecelakaan lalu-lintas dijalan raya. lihat Gambar 4.7 dan korban terbesar adalah pada usia produktif dan usia sekolah.
Berangkat dari adanya fenomena yang tercermin pada uraian diatas, maka diperlukan analisis konsep pelayanan rute angkutan yang dapat menjangkau
seluruh fasilitas pendidikan khususnya pada tingkat SLTP dan SLTA. Hal ini diperlukan sebagai langkah untuk mengatur kondisi lalu-lintas dan menciptakan
pemeratan pendidikan yang dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat.
4.3 Analisis Struktur Kota