SALAM, SHALAWAT DAN DOA

III.5. SALAM, SHALAWAT DAN DOA

Pada bulan penelitian yang saya lakukan, saya sempat mendapatkan bulan- bulan maulid dimana para peziarah datang dalam gelombang yang besar. Setidaknya puluhan bis berukuran besar selalu terparkir di lapangan parkir sebesar lapangan bola yang terletak di bagian depan kompleks makam keramat ini. Para peziarah yang datang berziarah disambut oleh beberapa gerbang mirip gapura dengan arsitektur Pada bulan penelitian yang saya lakukan, saya sempat mendapatkan bulan- bulan maulid dimana para peziarah datang dalam gelombang yang besar. Setidaknya puluhan bis berukuran besar selalu terparkir di lapangan parkir sebesar lapangan bola yang terletak di bagian depan kompleks makam keramat ini. Para peziarah yang datang berziarah disambut oleh beberapa gerbang mirip gapura dengan arsitektur

Pintu pasujudan adalah pintu/bagian yang dikhususkan untuk peziarah umum yang ingin berziarah. Tempat ini bisa menampung kurang lebih 200-300 orang peziarah dalam sekali tempo berdoa bersama. Ketika kita berada di depan pintu pasujudan ini bersama rombongan peziarah lain kita akan masuk kedalam aura yang cukup kuat untuk membuat kita terhanyut dalam salam, shalawat, doa, dan dzikir. Ketika para peziarah datang, diawal mereka biasanya berdiri/duduk dengan menyampaikan salam berulang- ulang “assalamua’alaika yaa Waliyullah— assalamu’alaia yaa Waliullah—assalamualaika ya Waliullah Syekh Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah ”. Salam itu ditujukan kepada Sang Wali Sunan Gunung Jati selaku tuan rumah tempat ziarah wali diperformakan. Salam kepada Wali Sunan Gunung Jati ini membuka awal rangkaian doa yang berlangsung hampir selama satu sampai dua jam di depan pintu pasujudan ini.

Salam, Shalawat dan Doa yang biasa lantunkan serta dipanjatkan oleh para peziarah adalah salah satu bentuk dari laku yang dijalani para peziarah. Baik itu peziarah kelompok maupun peziarah individu biasanya menjalani laku umum ini. Namun demikian dalam doa yang dipanjatkan, setiap peziarah berhak mendapatkan kesempatan untuk memanjatkan doa khusus berkaitan dengan permohonan yang ia inginkan. Oleh karena itu dalam satu susunan doa yang saya sajikan di atas ada kalanya satu kesempatan diberikan —dalam satu susunan doa—kepada masing- masing peziarah. Meskipun bentuk-bentuk umum seperti dalam laku doa ini terus dipelihara namun ruang-ruang personal bagi individu juga tetap diberikan dalam kesempatan untuk memanjatkan permohonan khusus dalam doa.

Ziarah Wali berbeda dengan ziarah moyang atau ziarah kubur lainnya. Hal ini dikarenakan dalam sebuah doa dalam sebuah ritual ziarah ada yang disebut sebagai Ziarah Wali berbeda dengan ziarah moyang atau ziarah kubur lainnya. Hal ini dikarenakan dalam sebuah doa dalam sebuah ritual ziarah ada yang disebut sebagai

Allahumma inni waaqifun bibaabika walaa-idzun bijanaabika wa muta’awwidzun bijalaalika wa mutawassilun bi auliyaa-ika wa

mustasyfi’un bi Waliyyika……………..bin…………..antaqdhiya jamii’a haajati …..(sebut hajat kita)

(Cat : setelah kalimat bi Waliyyika sebut nama Wali yang kita Ziarohi)

Seorang informan saya bernama Budi menyebutkan jika tawasul itu dilakukan karena kita sebagai orang awam masih memiliki banyak dosa, sehingga susah doa tersebut cepat sampai pada Allah, namun jika kita minta tolong pada seorang Wali yang merupakan kekasih Allah maka doa tersebut diharapkan dapat segera dikabulkan.

Sunan Gunung Jati dikenal sebagai salah satu Wali Allah juga beliau dikenal sebagai dewan Wali songo di tanah Jawa. Posisi 63 beliau sebagai seorang Wali

kemudian memungkinkan sebuah doa dapat diperantarai. Posisi ke-Wali-an juga memang disebutkan untuk memperantarai antara sesama manusia dan juga memperantarai antara Pencipta dan ciptaanNya. Michel Chodkiewicz dalam kumpulan tulisan mengenai Ziarah dan Wali dalam Dunia Islam menuliskan bahwa:

“Awliya adalah bentuk jamak dari kata Wali. Wali merupakan kata yang mempunyai banyak arti (bersifat musytarak, bersifat polisemi), yang dari sudut doktrin bukannya tanpa akibat: istilah ini dapat dipakai juga untuk manusia, bak untuk mengartikan hubungan persahabatan dan saling menolong antar sesama (9:72,73; 9:23,dst.), atau untuk mengartikan status umat sebagai “orang yang dilindungi”, atau sebagai “klien” dalam artian Latin Asli, yaitu “clien” dimata Allah yang merupakan pelindung atau “patronus”nya”

(Chodkiewicz 64 , 2010: 10)

63 Ketinggian derajat di hadapan Allah. 64 Adalah salah satu professor di Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales (EHESS), Paris; beliau

merupakan salah satu saya dalam kumpulan tulisan mengenai Ziarah & Wali di Dunia Islam yang dikumpulkan oleh Henry Chambert-Loir & Claude Guillot.

Salam dan doa yang dipanjatkan oleh para peziarah dimakam seorang Wali memapankan mitos mengenai Wali yang bersemayam dalam makam tersebut. Salam dan doa tersebut tidak terlepas dari harapan yang muncul dari sebuah doa yang mereka panjatkan. Hal itu muncul secara simultan juga dengan presentasi yang dilakukan dalam bentuk aksi performatif ziarah atas kehadiran seorang Wali yang mereka ziarahi. Para peziarah mencoba mengambil bentuk kehadiran yang paling nyata untuk mereka, yaitu Berkah dan Karomah Sang Wali.