Pelanggaran Hak Masyarakat atas Informasi
a. Pelanggaran Hak Masyarakat atas Informasi
Pada penjelasan Pasal 33 ayat 3 dari Undang-Undang No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi disebutkan bahwa: ‚ Pada prinsipnya seluruh kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang dilakukan pada suatu lokasi memerlukan ijin dari instansi pemerintah. Namun pada tempat-tempat tertentu seperti tempat pemakaman, tempat yang dianggap suci, tanah milik masyarakat adat, sebelum memperoleh ijin dari instansi pemerintah, terlebih dahulu perlu mendapat persetujuan dari masyarakat setempat dan atau perorangan‛ (Sudarto 2002). Hal ini menggambarkan bahwa hak rakyat untuk memperoleh informasi merupakan hal yang penting apalagi melibatkan masa depan masyarakat. Kenyataannya di lapangan, terjadi kesimpangsiuran mengenai keberadaan Pertamina New Venture Hulu dan JOB Pertamina-Exspan Tomori Sulawesi. Kesimpangsiuran ini juga berperan menimbulkan
kesalahpahaman masyarakat. Di Desa Kayowa misalnya, sosialisasi rencana eksplorasi malah diadakan di Desa Nonong yang berjarak dua
kilometer dari Desa Kayowa. Kepala Desa dan Pak Lukman salah seorang pemilik lahan di areal eksplorasi dijemput secara mendadak oleh aparat keamanan untuk bernegosiasi di Desa Nonong. Proses testing seismik di Desa Gori-gori yang meledakkan lahan di belakang rumah penduduk, tidak melalui pemberitahuan Pemerintah
Desa setempat apalagi masyarakat, sehingga ketika masyarakat mengeluhkan hal ini kepada Kepala Desa, ia mengaku tidak mengetahui rencana tersebut.
Masyarakat di lokasi eksplorasi juga hanya mengetahui bahwa di tempat mereka kaya akan gas sehingga akan diproduksi secara besar-besaran oleh orang-orang Jakarta (dalam hal ini masyarakat lebih sering menggunakan kata ‚PT Exspan‛). Tapi bagaimana dampak produksi gas sampai saat ini masyarakat tidak tahu. Hal itu mungkin karena selama ini ada sebagian masyarakat bisa merasakan keuntungan adanya proyek ini. Keberadaan proyek migas ini memang telah membuka lapangan kerja baru bagi sebagian masyarakat sebagai satpam, tukang bersih-bersih, atau sebagai tukang masak. Dalam bayangan dan harapan besar masyarakat, keberadaan Pertamina New Venture Hulu dan JOB Pertamina-Exspan Tomori Sulawesi bisa menciptakan perekonomian yang lebih baik seperti yang biasa dikatakan oleh Bupati Banggai.
Salah seorang narasumber yang bekerja sebagai ahli geologi Pertamina di lokasi eksplorasi mengatakan bahwa tidak akan ada dampak yang besar bagi masyarakat di lokasi eksplorasi ataupun di daerah sentra industri nantinya. Menurutnya, jarak satu kilometer dari lokasi perumahan penduduk adalah jarak aman apalagi lubang yang dibutuhkan untuk pengeboran hanya 7-8 cm. Sebaliknya dalam draft AMDAL JOB Pertamina -Exspan Tomori Sulawesi, justru digambarkan bahwa kemungkinan terburuk yang harus dihadapi masyarakat adalah rusaknya lingkungan, tanah maupun air (JOB PETS 2002d).
Hal lain yang menunjukkan bahwa hak masyarakat atas informasi diabaikan adalah ketika terjadi kebocoran gas di Desa Sinorang. Pada hari Jumat, 31 Maret 2001, pukul 22.00 sumur gas Pertamina New Venture Hulu mengalami kebocoran dan mengakibatkan 20 orang menderita gangguan pernapasan (WALHI Sulteng 2001). Jarak antara sumur pipa dengan lokasi pemukiman masyarakat Bajo dan Padang sekitar empat kilometer, dan dengan pemukiman masyarakat Sinorang sekitar 150 meter. Masyarakat daerah Bajo Pantai dan Padang Bajo yang terletak di sebelah timur sumur gas adalah dua wilayah yang paling terkena dampak dari kebocoran gas ini. Hal ini disebabkan arah angin yang bertiup ke Timur saat kebocoran terjadi. Akibatnya masyarakat di kedua dusun tersebut tidak dapat melakukan aktivitas selama beberapa hari. Oleh pihak perusahaan, kebocoran tersebut dianggap bukan hal yang berbahaya. Menurut fihak perusahaan yang terjadi pada masyarakat hanya karena faktor kekagetan saja. Informasi tentanng kejadian tersebut juga tidak sampai ke pihak Bapelda Kabupaten Banggai. Masyarakat korban dilarang untuk memberitahukan kejadian tersebut kepada pihak luar baik wartawan maupun aktivis ornop. Sehari setelah kejadian tersebut, lokasi eksplorasi Pertamina New Venture Hulu dijaga ketat oleh satuan Perintis Polri Kecamatan Batui.
Sebagai masyarakat yang berdekatan langsung dengan lokasi eksplorasi, seharusnya ada informasi yang benar dan jelas tentang keberadaan pihak perusahaan termasuk tentang dampak yang akan ditimbulkan dari keberadaan tersebut. Jika tersebut tidak dilaksanakan maka perusahaan melanggar Undang-Undang RI Nomor
39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 14 yang menyebutkan bahwa ‚ Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi yang diperlukan untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya‛. Hal ini juga melanggar Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 5 ayat 1 bahwa ‚ setiap orang punya hak yang sama atas lingkungan yang baik dan sehat‛ dan ayat
2 yang m enyebutkan ‚ setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup‛.