10 Bentuk dan nama dari spikula megasklera monoaxon dapat dilihat pada
Gambar 2.4 berikut ini:
Gambar 2.4 Megasklera monoaxon
Keterangan: a. Fusiform oxea; b. Hastate oxea; c. Strongloxea; d. Strongyle; e. Tylote; f. Centotyle oxea; g. Hastate oxea; h. Fusiform style; i. Styloid; J.
Tylostyle; k. Substylostyle.
Sumber: Amir dan Budiyanto, 1996.
Gambar 2.5 Tipe mikrosklera
Keterangan: a-b: mikrosklera monoaxon: a. Microxea; b. Microstrongyle; c. Centrotylote. h-j: mikrosklera bentuk bintang:h dan i. Plesiaster; j. Amphiaster.
k-m: mikrosklera bentuksigma: k. Plamate isochel; l. Anthosphenaster; m.Strerosphenaster.
Sumber: Amir dan Budiyanto, 1996.
2.1.3 Reproduksi
Reproduksi sponge dapat dilakukan secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan cara pembentukan tunas atau gamul gammules
atau pembentukan sekelompok sel essensial. Gamul terbentuk dari sekumpulan archeocyte berisi cadangan makanan dikelilingi amebocyte yang membentuk
lapisan luar yang keras berupa cangkang yang mengandung spikula yang akan
a b c d e f g h i j k l m
11 melakukan diferensiasi menjadi beberapa tipe sel yang diperlukan untuk tumbuh
menjadi sponge kecil Suwignyo, dkk., 2005. Reproduksi secara seksual terjadi pada sponge yang hermaprodit maupun
gonokoris. Sperma dan sel telur dihasilkan oleh amebocyte. Sperma keluar dari tubuh induk melalui osculum bersama dengan aliran air dan masuk ke sponge lain
melalui ostium juga bersama aliran air, dalam spongocoel sperma akan masuk ke sel amebocyte. Sel amebocyte berfungsi sebagai pembawa sperma menuju sel
telur dalam mesohyl, kemudian sperma dan sel telur akan melebur dan terjadilah pembuahan fertilisasi sehingga terbentuklah zigot. Zigot membelah lagi menjadi
larva bersilia yang disebut planula. Planula tumbuh menjadi polip dan keluar dari tubuh induk bersama aliran air melalui osculum dan untuk sementara waktu
berenang-renang, jika sudah mendapat tempat pelekatan, maka akan tumbuh menjadi sponge baru Suwignyo, dkk., 2005.
2.1.4 Klasifikasi sponge
Filum Porifera yang dibagi dalam 3 kelas Amir dan Budiyanto, 1996, yaitu:
1. Kelas Hexactinellida Merupakan sponge gelas, memiliki tipe aliran air syconoid. Spikula terdiri
dari silikat dan tidak mengandung spongin. Spikulanya berbentuk bidang triaxon, dimana masing-masing bidang terdapat dua jari-jari. Sponge dari kelas
ini belum banyak dikenal, karena sulit mendapatkan dan hanya terdapat di laut dalam 500 m, salah satu contohnya: Euplectella aspergillum.
2. Kelas Calcarea
Spikula sponge ini tersusun dari kalsium karbonat dan tidak mengandung
12 spongin, memiliki tipe aliran air asconoid, syconoid dan leuconoid. Sebagian
besar sponge dari kelas ini bentuknya kecil-kecil dan berwarna putih keabu-abuan, dan ada beberapa jenis berwarna kuning, pink, atau hijau. Elemen kerangka dari
sponge ini berbentuk spikula triaxon dan tidak ada perbedaan antara megasklera dan mikrosklera. Beberapa jenis sponge ini yang umum adalah Sycon gelatinosum
berbentuk silinder berwarna coklat muda, Clathrina sp. dan Leucetta sp. Sponge dari kelas ini juga sedikit jumlahnya, lebih kurang hanya 10 dari jumlah semua
hewan sponge yang ada di laut. 3. Kelas Demospongiae
Hampir 75 jenis sponge yang dijumpai di laut adalah dari kelas Demospongiae, memiliki tipe aliran air leuconoid. Sponge dari kelas ini tidak
memiliki spikula triaxon spikula kelas Hexactinellidae. Beberapa jenis sponge kelas ini ada yang tidak mengandung spikula tetapi hanya mengandung serat-serat
kolagen atau spongin saja Sponge kelas ini sebahagian besar hidup di perairan dangkal, salah satu contohnya: suku Suberitiidae.
2.1.5 Sistematika sponge Suberites diversicolor Beking Lim
Sistematika sponge Suberites diversicolor Beking Lim Becking dan Lim, 2009; ITS, 2014 sebagai berikut:
Filum : Porifera
Kelas : Demospongiae
Bangsa : Hadromerida
Suku : Suberitiidae
Marga : Suberites
Jenis : Suberites diversicolor Becking Lim
13
2.2 Uraian Kimia 2.2.1 Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen yang terletak dalam sistem siklik yang mempunyai aktivitas
fisiologi yang dapat digunakan dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tidak berwarna, sering sekali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal
tetapi hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar Harbone, 1987. Ada tiga pereaksi yang sering digunakan dalam pemeriksaan senyawa
kimia untuk mendeteksi golongan senyawa alkaloid sebagai pereaksi pengendapan adalah pereaksi Mayer, Bouchardat dan Dragendroff Depkes RI,
1995.
2.2.2 Glikosida
Glikosida adalah senyawa organik yang bila dihidrolisis menghasilkan satu atau lebih gula yang disebut glikon dan bagian bukan gula yang disebut
aglikon. Gula yang paling sering dijumpai dalam glikosida adalah glukosa. Secara kimia dan fisiologi, glikosida alam cenderung dibedakan berdasarkan bagian
aglikonnya Robinson, 1995. Menurut Fransworth 1996, berdasarkan hubungan ikatan antara aglikon
dan glikon, glikosida dapat dibagi menjadi empat yaitu: 1.
Tipe O-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui atom O, contoh: salicin.
2. Tipe S-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui atom S,
contoh: sinigrin. 3.
Tipe N-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui atom O,