Pembahasan tentang Akhlak

4. Tujuan, Syarat –syarat, dan Hikmah Mempelajari Akhlak

Adapun akhlak Islam, mendasarkan tujuannya pada pencapaian kebahagiaan. Kebahagiaan yang akan dicapai dalam akhlak Islam

82 Ahmadi, Risalah Akhlak…, hlm. 185-205.

adalah kebahagiaan yang dapat melindungi perorangan dan melindungi umat. Inilah kebahagiaan sejati, bukan kebahagiaan yang bersifat khayalan dan angan-angan belaka. Kebahagiaan yang dimaksud tidak hanya bersifat lahiriah, dalam arti kebahagiaan dalam kehidupan di dunia yang fana ini akan tetapi jauh melampaui itu yaitu berupa kebahagiaan kehidupan akhirat kelak.

Samsul dalam bukunya menyatakan bahwa menurut Imam Al- Ghazali menyebutkan bahwa tujuan akhlak (Islam) adalah sa’adah ukhrawiyah (kebahagiaan akhir). Lebih lanjut, Al-Ghazali juga menyatakan bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan

akhirat. Menurutnya, bukan bahagia (sa’adah) apabila tidak nyata dan tiruan, seperti kebahagiaan duniawi yang tidak mengarahkan kepada

kebahagiaan akhirat. 83 Selain memiliki tujuan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,

akhlak Islam juga memiliki tujuan khusus. Adapun tujuan khusus akhlak adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui tujuan diutusnya Nabi Muhammad SAW.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam sebuah hadist, bahwa tujuan diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak.

83 Amin, Ilmu Akhlak, … hlm. 19.

Sungguh, aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bukhari, Abu Dawut, dan Hakim). 84

Hadist tersebut berkaitan erat dengan firman Allah SWT.

Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (QS. Al- 85 Anbiya’ (21): 107)

Hubungan antara hadist dan ayat di atas, adalah rahmat yang dibawa Nabi Muhammad SAW bagi semesta alam, terwujud melalui penyempurnaan akhlak atau budi pekerti. Dengan mengetahui tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad SAW akan dapat mendorong kita untuk mencapai akhlak mulia. Akhlak merupakan sesuatu yang paling penting dalam agama, bahkan tujuan utama ibadah sekalipun adalah mencapai kesempurnaan akhlak.

2. Menjembatani Kerenggangan antara akhlak dan ibadah

Tujuan lain dari akhlak adalah menyatukan antara akhlak dan ibadah. Dalam bahasa yang lebih luas, dapat disebut juga sebagai menjembatani antara agama dan dunia. Usaha menyelaraskan antara ibadah dan akhlak dengan bimbingan hati yang diridhai Allah SAW akan terwujud dalam perbuatan-perbuatan yang mulia.

84 Ibid , hlm. 20. 85 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya, …hlm. 334.

Perbuatan yang seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat, serta terhindar dari perbuatan tercela.

3. Mengimplementasikan Akhlak dalam Kehidupan Tujuan lain dari mempelajari akhlak adalah mendorong kita menjadi orang-orang yang mengimplementasikan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Sebab akhlak tidak cukup hanya dipelajari, namun perlu diimplementasikan dalam kehidupan, sehingga bias bermanfaat. Dengan akhlak, seseorang dapat membedakan perbuatan yang merupakan akhlak terpuji, dan perbuatan akhlak yang tercela. Seseorang yang mengedepankan akal sehatnya akan memilih untuk berperilaku dengan akhlak mulia. Sebaliknya, seseorang yang tidak menggunakan akal sehatnya, akan berperilaku dengan akhlak tercela dan akan

merugikan dirinya sendiri. 86 Hikmah mempelajari ilmu akhlak adalah meningkatkan kehidupan

yang lebih baik. Di antara manfaat terbesar dalam mempelajari ilmu akhlak sebagai berikut.

1. Peningkatan amal ibadah yang lebih baik, lebih khusyuk, dan lebih iklas.

2. Peningkatan ilmu pengetahuan untuk meluruskan perilaku dalam kehidupan, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

86 Amin, Ilmu Akhlak ,… hlm. 21-23.

3. Peningkatan kemampuan mengembangkan sumber daya diri, agar lebih mandiri dan berprestasi.

4. Peningkatan kemampuan bersosialisasi, melakukan silaturahmi, dan membangun ukhuwah atau persaudaraan dengan sesama manusia dan sesama muslim.

5. Peningkataan penghambaan jiwa kepada Allah SWT yang menciptakan manusia beserta alam seisinya.

6. Peningkatan kepandaian bersyukur dan berterimakasih kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya.

7. Peningkatan strategi beramal shaleh, yang dibagun atas dasar rasionalitas. Dengan mempelajari ilmu akhlak, tindakan manusia akan diukur

secara kualitatif dan mempertimbangkan syariat yang dating dari ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya. Beribadah bukan semata untuk melaksanakan kewajiban atau menggugurkannya, tetapi merupakan kebutuhan primer yang tidak dapat ditawar-tawar. Beribdah merupakan bukti kesadaran tertinggi manusia, karena dalam beribadah keyakinan tentang kelemahan diri sebagai hamba dan kekuatan Dzat

Tuhan Yang Maha Perkasa tengah berada di puncaknya. 87