Telah disebutkan bahwa kebijakan pajak merupakan bagian dari kebijakan fiskal. Menurut Mansury
1999 tujuan kebijakan pajak sebagai berikut :
1. Peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran
2. Distribusi penghasilan yang lebih adil
3. Stabilitas
Dalam pembuatan kebijakan perpajakan, pemerintah harus memperhatikan terlebih dahulu mengenai dua fungsi utama dari perpajakan. Dua fungsi tersebut
adalah fungsi budgeter dan fungsi regulerend. Fungsi budgeter yaitu fungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat bagi kas negara untuk pembiayaan kegiatan
pemerintah, baik pembiayaan rutin maupun pembiayaan pembangunan, Sedangkan fungsi regulerend yaitu fungsi pajak yang memberikan wewenang
kepada pemerintah untuk mengatur, bila perlu mengubah susunan pendapatan dan kekayaan swasta.
Salah satu bentuk dari fungsi regulerend sebagaimana telah disebutkan sebelumnya dipergunakan untuk mengatur kondisi perkonomian yang ada, salah
satunya mengatur mengenai investasi atau penanaman modal. Dalam hal ini apabila pemerintah ingin meningkatkan pertumbuhan investasi baik asing maupun
dalam negeri maka pemerintah dapat memberikan rangsangan-rangsangan investasi kepada pihak investor. Rangsangan tersebut dapat berupa pemberian
insentif usaha. Salah satu jenis insentif usaha yang dapat diberikan oleh pemerintah adalah melalui pemberian fasilitas pajak.
2. Undang-Undang Pajak
Tax Laws
Definisi tentang pajak, salah satu elemen yang terkandung didalamnya adalah adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur. Oleh karena itulah maka
Universitas Sumatera Utara
diperlukan suatu sistem perundang-undangan yang mengatur mengenai masalah perpajakan ini. Peraturan yang mengatur mengenai Undang-Undang pajak ini
pada umumnya dikategorikan sebagai hukum pajak. Rosdiana dan Tarigan 2005
menyatakan, pengertian dari hukum pajak sendiri merupakan bagian dari hukum publik, yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara negara dan orang-orang
atau badan hukum yang berkewajiban membayar pajak. Menurut Mansury 1999
definisi dari hukum pajak adalah keseluruhan peraturan yang meliputi kewenangan pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan
menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan melalui kas Negara.
3. Administrasi Pajak
Tax Administration
Administrasi perpajakan merupakan elemen yang tidak kalah penting dari kedua elemen sebelumnya dalam suatu sistem perpajakan. Menurut Rosdiana
2005 ,
administrasi perpajakan memegang peranan yang sangat penting karena seharusnya bukan saja sebagai perangkat laws enforcement, tetapi lebih penting
dari itu, sebagai service point yang memberikan pelayanan prima kepada masyarakat sekaligus pusat informasi perpajakan.
Sebagai sarana yang ‘menjembatani’ antara pihak pemerintah dengan para wajib pajak maka sudah sewajarnya sistem administrasi perpajakan menjadi salah satu
faktor penting penting dalam sistem perpajakan. meskipun terdapat kebijakan perpajakan yang baik dan juga telah dituangkan dalam peraturan perpajakan yang
baik tanpa adanya administrasi perpajakan yang baik maka fungsi utama dari pajak baik dalam hal budgeter maupun regulerend akan sulit tercapai.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Pajak
Adriani dalam Brotodiharjo 2003
menyatakan “Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terhutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan
.” Brotodiharjo dalam Waluyo
2005 mengemukakan “Pajak adalah iuran kepada
negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan. ”
Soemitro 2004
mendefinisikan “ Pajak adalah iuran rakyat kepada Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak dapat jasa
timbal balik konsentrasi, yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
” Judisseno
2005 mengemukakan “Pajak adalah suatu kewjiban kenegaraan dan
pengapdiaan peran aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang
pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan dan negara”
.
Universitas Sumatera Utara
Sejak reformasi perpajakan, ditandai dengan di undangkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tanggal 31 Desember 1983, definisi pajak baru dimasukkan
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pada tanggal 17 Juli
2007. Ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No 28 Tahun 2007 menyebutkan “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Dari definisi pajak tersebut di atas jelas bahwa pajak merupakan kewajiban
kenegaraan dan pengabdian peran aktif warga negara dalam upaya pembiayaan pembangunan nasional kewajiban perpajakan setiap warga negara diatur dalam
Undang-Undang dan Peraturan-peraturan pemerintah. Ciri-ciri yang melekat pada pajak berdasarkan beberapa definisi yang telah diutarakan di atas adalah :
1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-undang serta
aturan pelaksanaannya. 2.
Pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah atau negara.
3. Pajak dipungut oleh pemerintah atau negara.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, dan public
investment.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Fungsi Pajak
Fungsi pajak sangat berkaitan erat dengan fungsi ekonomi pemerintah seperti telah dijelaskan sebelumnya. Pajak sebagai salah satu sumber pendanaan bagi
pemerintah dalam menjalankan fungsi-fungsinya. Nurmantu 2003 menyebutkan dua fungsi pajak yaitu budgetair dan regulerend.
2.5.1. Fungsi Budgetair
Menurut nurmantu 2003
, fungsi budgetair adalah salah satu fungsi dimana pajak digunakan untuk memasukkan dana secara optimal ke kas Negara
berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku. Rosdiana 2003
menyatakan, fungsi pajak yang paling utama adalah untuk mengisi kas Negara to raise government’s revenue
, fungsi ini disebut juga fungsi fiskal fiscal function. Karena itu suatu pemungutan pajak yang baik sudah seharusnya memenuhi azas
revenue productivity . Fungsi ini merupakan fungsi utama di Negara-negara
berkembang termasuk Indonesia. Siahaan 2004
menyatakan, terkait dengan fungsi budgetair, ada 3 hal yang harus diperhatikan yaitu ; jangan sampai ada
wajib pajaksubjek pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan, jangan sampai ada obyek pajak yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak, dan jangan
sampai ada obyek pajak yang terlepas dari pengamatan atau penghitungan negara
2.5.2. Fungsi Regulerend
Menurut Nurmantu 2003
, fungsi regulerend adalah suatu fungsi dimana pajak dipergunakan pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Rosdiana
2004 menyebutkan bahwa pada kenyataannya pajak bukan hanya berfungsi
untuk mengisi kas Negara, pajak juga digunakan pemerintah sebagai instrument untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang ditetapkan pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan adalah pajak yang dipungut atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh subyek pajak. Sedangkan pengertian penghasilan itu sendiri antara
lain, 1.
Menurut Schanz sebagaimana dikutip Rosdiana 2005
melalui teorinya The Accreation Theory of Income
, menyatakan bahwa pengertian penghasilan untuk keperluan perpajakan seharusnya tidak membedakan sumbernya dan
tidak menghiraukan pemakaiannya, melainkan lebih menekankan kepada kemampuan ekonomis yang dapat dipakai untuk menguasai barang dan jasa.
2. Menurut Haig sebagaimana dikutip Rosdiana
2005 , penghasilan merupakan
the money value of the net accreation to one’s economic power between two points of time
atau the increase or accreation in one’s power to satisfy his wants in a given period in so far as that power consists
. Penghasilan adalah nilai uang berupa penambahan kemampuan ekonomis pada suatu waktu atau
peningkatan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dalam suatu waktu.
3. Menurut Simon sebagaimana dikutip Rosdiana
2005 , ”Personal income may
be defined as the algebraic sum of 1 the market value of rights exercised in consumption an 2 the change in the value of the store of the property rights
between the beginning and the end of the period in question. In other words, it is merely the result obtained by adding consumption during the period to
’wealth’ at the end of the period and then substracing ’wealth’ at the beginning”.
Penghasilan adalah penjumlahan dari nilai yang dikonsumsi dengan penambahan nilai harta pada periode awal dengan periode akhir.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga konsep tersebut menekankan pada adanya tambahan kemampuan ekonomis seseorang yang diperolehnya dari sumber manapun juga baik digunakan
untuk konsumsi maupun untuk hal lainnya. Hal ini sesuai dengan definisi penghasilan yang dianut oleh sistem perpajakan di Indonesia. Dalam hal ini
pengklasifikasiannya, pajak penghasilan termasuk dalam pajak subyektif, yaitu pajak yang dikenakan dengan memperhatikan keadaan wajib pajaknya, oleh
karena itu dalam menetapkan pajaknya harus ditemukan alasan-alasan obyektif yang berhubungan erat dengan keadaan materilnya atau yang disebut dengan daya
pikulnya. Besarnya daya pikul seseorang tidak hanya berdasarkan faktor pendapatan atau kekayaan, tetapi masih ada faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya. Menurut Mansury
1999 ada beberapa unsur pokok dari konsep penghasilan yang
dianut di Indonesia, yaitu : 1.
Tambahan kemampuan ekonomis Obyek pajak penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang dimiliki wajib pajak, yang diperoleh baik dari penghasilan karena hubungan kerja, penghasilan dari pekerjaan bebas dan penghasilan karena pemilikan modal.
Tambahan kemampuan ekonomis ini diperoleh dengan mengurangkan penghasilan dengan biaya yang terjadi atau dikeluarkan sesuai dengan peraturan
yang berlaku. 2.
Diterima oleh wajib pajak Unsur ini membatasi pengenaan pajak atas setiap tambahan kemampuan
ekonomis, yaitu realisasi. Pengertian realisasi menurut Gunadi 1997
mengambil
Universitas Sumatera Utara
konsep akuntansi, yaitu penghasilan yang telah dapat dibukukan dengan memakai “cash bassic” atau “accrual bassic”
3. Berasal dari Indonesia atau luar negeri
Nurmantu 2003
berpendapat, Indonesia dalam menentukan penghasilan yang terutang pajak, menganut prinsip “world wide income” yaitu penghasilan
yang dikenakan pajak meliputi penghasilan yang diperoleh dari manapun juga, baik yang berasal dari sumber di Indonesia maupun luar Indonesia. Mansury
1999 menyatakan, prinsip ini dikenal juga dengan global taxation, yaitu setiap
wajib pajak harus menjumlahkan semua penghasilan selama satu tahun buku dari manapun sumbernya.
4. Untuk konsumsi atau menambah kekayaan
Unsur ini merupakan cara tidak langsung dalam menghitung atau mengukur besarnya penghasilan yang dikenakan pajak, yaitu sebagai hasil penjumlahan
seluruh pengeluaran untuk konsumsi dan tabungan atau investasi dan aset lainnya.
2.7. Pajak Pertambahan Nilai
Salah satu hal yang dapat membantu memahami Pajak Pertambahan Nilai adalah dengan mengetahui karakteristik atau legal character Pajak Pertambahan Nilai.
Rosdiana 2005
mengatakan Legal character dapat didefinisikan sebagai ciri-ciri atau nature dari suatu jenis pajak. Pemahaman tentang feature atau nature dari
suatu jenis pajak akan menentukan atau memberikan konsekuensi bagaimana sebaiknya pajak tersebut harus dipungut. Karakteristik berbeda dengan definisi,
tetapi definisi dapat dibuat berdasarkan karakteristik. Oleh karena itu, karakteristik seringkali lebih efektif dalam menjelaskan sesuatu dan
Universitas Sumatera Utara
membedakannya dengan sesuatu yang lain, dibandingkan dengan definisi. Karakteristik atau legal karakter Pajak Pertambahan Nilai menurut Terra
1988 adalah pajak tidak langsung atas konsumsi yang bersifat umum general indirect
tax on consumption .
1. General
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak konsumsi yang bersifat umum. Kata umum ini yang membedakan Pajak Pertambahan Nilai dengan jenis pajak lainnya.
Karakter ini pun berarti Pajak Pertambahan Nilai dikenakan terhadap semua jenis barang dan jasa yang menjadi expenditure private masyarakat baik berupa barang
maupun jasa. Seperti yang diungkapkan oleh Williams dalam Thuronyi 1996
“The principle of the common system of value added tax involve the application goods and services of general tax on consumption exactly proportional to the
price of the good and services, what ever the number of transaction that take place in the production and distribution process before the stage at which tax is
charge.” 2.
Indirect Pajak Pertambahan Nilai adalah jenis pajak tidak langsung, dimana beban
pajaknya dapat dilimpahkan kepada pihak lain dengan cara forward shifting maupun backward shifting. Sukardji
2002 berpendapat bahwa karakter pajak
tidak langsung ini member konsekuensi yuridis bahwa antara pemikul beban pajak destinataris dengan penanggung jawab atas pembayaran pajak ke Negara di
pihak berbeda.
Universitas Sumatera Utara
3. On Consumption
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi baik untuk konsumsi sekaligus maupun bertahap. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas konsumsi
barang bergerak dan tidak bergerak serta pemanfaatan jasa. Semua barang seharusnya menjadi obyek Pajak Pertambahan Nilai tanpa kecuali, tanpa
membedakan apakah barang bergerak maupun tidak bergerak. Cnossen dalam Thuronyi
1996 berpendapat bahwa “VAT is a tax on consumption expenditure as
they are incurred”. Legal character
VAT di atas diadopsi oleh Indonesia yang menerapkannya sebagai pengganti pajak penjualan. Gunadi
1999 menyebutkan
bahwa, karakteristik Pajak Pertambahan Nilai adalah ciri khusus yang melekat dalam sistem Pajak Pertambahan Nilai yang tidak dimiliki oleh sistem pajak yang
lain. Karakteristik tersebut yaitu : 1.
Merupakan pajak tidak langsung 2.
Merupakan pajak obyektif 3.
Bersifat Multistage tax 4.
Menggunakan faktur pajak 5.
Merupakan pajak atas konsumsi dalam negeri
2.8. Konsep Nilai Tambah
Pada dasarnya Pajak Pertambahan Nilai merupakan turunan pajak penjualan yang dikenakan atas nilai tambah yang muncul baik pada setiap jalur produksi maupun
distribusi. Tait 1988
menyatakan ”value added is the value that procedure whether a manufacture, distributor, advertising agent, farmer, race horse
Universitas Sumatera Utara
trainer, or circus owner adds to his raw material or purchase other than labour before selling the new or improved product or service. That is, the inputs the raw
materials, transport, rent, advertising, and so on are bought, people are paid wages to work on these inputs and, when the final good or service is sold, some
profit is left. So value added can be looked at from the additive side wages plus profit or from the substractive side output minus input
. Tait melihat konsep nilai tambah dari sisi penambahan gaji ditambah dengan
keuntungan dan dari sisi pengurangan keluaran dikurangi masukan. Nilai tambah dapat juga diidentikkan dengan selisih antara penjualan dengan
pembelian. Hal ini sesuai dengan definisi menurut OECD 1998
, ”value added is identical to the different between sales and purchases.”
Aron 1982
mendefinisikan hal yang sama tentang nilai tambah sebagai berikut ”value added is the difference between the value of a firm sales and the value for
chosed material inputs used in production sold”, Sementara Hyman
1982 mendefinisikan tentang nilai tambah sebagai berikut ”value added is the
difference between sales proceeds and purchases of intermediate goods and services over a certain period.”
2.9. Insentif Pajak
Insentif pajak atau yang dalam peraturan perpajakan Indonesia disebut dengan fasilitas pajak secara umum dapat diartikan sebagai kemudahan yang diberikan
oleh pemerintah dalam hal perpajakan. Viherkentta 1991
mengatakan “There is no universally accepted definition of a ‘tax incentives’. In this study, the concept
denotes a tax reduction intended to encourage business operations including
Universitas Sumatera Utara
inward foreign investmet ”, sementara menurut Aaron sebagaimana dikutip oleh
Viherkenttä 1991
menyatakan “Tax incentives are often understood to be spesific provisions intended by the lawgiver to encourage certain kinds of
behaviour in response to tax benefits granted in the provision .”
Menurut United Nations Conference on Trade and Development UNCTAD 2000
“FDI incentives may be defined as any measurable advantages accorded to specific enterprises or categories of enterprises by or at the direction of a
Government, in order to encourage them to behave in a certain manner. They include measures specifically designed either to increase the rate of return of a
particular FDI undertaking, or to reduce or redistribute its costs or risks .”
Dari ketiga teori tersebut dapat ditemukan kesamaan yaitu insentif pajak merupakan sebuah fasilitas yang diberikan kepada investor agar tertarik untuk
menanamkan modalnya disuatu negara. Dari definisi tersebut juga dapat disimpulkan bahwa insentif pajak merupakan alat yang dapat digunakan oleh
pemerintah untuk mempengaruhi perilaku investor dalam menentukan kegiatan bisnisnya.
Menurut Chalk 2001
Beberapa alasan rasional pemberian insentif usaha dalam bentuk insentif pajak menurut tulisan yang dikeluarkan oleh International
Monetary Fund IMF adalah: 1.
Kebijakan sektor industri 2.
Transfer ilmu pengetahuan dan teknologi 3.
Penciptaan lapangan pekerjaan 4.
Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia 5.
Diversifikasi ekonomi
Universitas Sumatera Utara
6. Akses ke pasar global
7. Penciptaan klaster-klaster kegiatan ekonomi
Alasan dalam pemberian insentif usaha tersebut digunakan dengan pertimbangan pertama dalam hal industrial policy, alasan dari diberikannya insentif usaha
adalah guna mendorong majunya industri yang ada dalam suatu negara, karena diharapkan dengan adanya insentif usaha maka para pelaku industri besar
berminat untuk menanamkan modalnya di negara yang bersangkutan dan selanjutnya dapat menjadi katalis guna memajukan industri dalam negeri.
Kedua yaitu the transfer of proprietary knowledge or technology, dengan adanya pemberian insentif usaha yang nantinya akan menghadirkan para investor yang
memiliki skala industri besar maka diharapkan pengetahuan dan teknologi yang digunakan oleh para investor tersebut dapat dimanfaatkan oleh para investor lokal,
pemerintah, dan juga masyarakat melalui proses alih teknologi sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi semakin maju.
Ketiga yaitu employment objectives, diharapkan dengan adanya insentif usaha yang dapat mengajak para investor untuk menanamkan modalnya dapat
menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat terutama apabila investasi tersebut merupaka investasi yang menyerap banyak tenaga kerja.
Keempat yaitu training and human capital development, berkaitan dengan alasan sebelumnya yaitu adanya transfer pengetahuan dan tekhnologi maka selanjutnya
dengan adanya proses transfer tersebut maka diharapkan kualitas sumber daya manusia akan semakin meningkat.
Kelima yaitu economic diversification, dengan masuknya para investor baru maka diharapkan dapat menimbulkan diversifikasi ekonomi bagi negara tersebut
Universitas Sumatera Utara
sehingga kemungkinan adanya penambahan sektor-sektor industri baru dapat tumbuh lebih banyak.
Keenam yaitu access to overseas market, dengan adanya insentif usaha maka para investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya, apabila investor mulai
memasuki industri dalam negeri maka kemungkinan besar investor tersebut akan melakukan perdagangan internasional, sehingga diharapkan dapat membuka akses
pasar internasional terhadap negara yang bersangkutan. Dengan adanya akses ke pasar internasional ini maka diharapkan dapat mendorong kegiatan ekspor negara
yang bersangkutan. Ketujuh yaitu regional or locational objectives, dengan penentuan lokasi-lokasi
tertentu untuk penanaman modal yang telah ditentukan oleh pemerintah maka diharapkan pertumbuhan dari lokasi-lokasi tersebut dapat lebih maju tingkat
pertumbuhannya. Alasan-alasan pemberian fasilitas pajak diatas, merupakan suatu penilaian untuk
menetapkan layak atau tidaknya suatu industri atau daerah tertentu untuk diberikan fasilitas pajak penghasilan. Perumusan mengenai bidang usaha dan
daerah tertentu yang dapat diberikan fasilitas pajak penghasilan tersebut dilakukan mengingat tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah dalam rangka pemberian
fasilitas pajak penghasilan. Jenis-jenis insentif pajak yang diberikan oleh pemerintah pada umumnya terdapat
suatu pola yang sama. Hanya dalam penerapannya terdapat berbagai macam variasi yang disesuaikan dengan kondisi negara masing-masing. Menurut Holland
dan Vann dalam Thuronyi 1998
, secara umum insentif pajak dapat dibagi lima macam, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Tax Holidays
2. Investment Allowances and Tax Credits
3. Timing Differences
4. Tax Rate Reductions
5. Administrative Discretion.
Insentif pajak dalam bentuk tax holidays pada umumnya digunakan oleh negara- negara berkembang untuk menarik minat investor agar mau berinvestasi
dinegaranya. Insentif ini menurut Holland dan Vann dalam Thuronyi 1998
“ ... new firms are allowed a period of time when they are exempt from the burden of
income taxation .” Maka dengan tax holidays ini wajib pajak memperoleh hak
berupa pembebasan dari pengenaan pajak dalam suatu periode waktu tertentu. Jenis insentif yang kedua adalah investment allowances and tax credits, jenis
insentif ini menurut Holland dan Vann dalam Thuronyi 1998
“Investment allowances and tax credit are forms of tax relief that are based on the value of
expenditures on qualifying investments .” Jenis insentif ini merupakan insentif
yang berdasarkan jumlah investasi yang bersangkutan. Pada umumnya jenis insentif ini menggunakan suatu persentase tertentu yang ditentukan oleh
pemerintah dan kemudian diperhitungkan dalam penghitungan pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak.
Jenis insentif yang ketiga adalah timing differences, jenis insentif ini pada intinya ialah terdapat adanya perbedaan antara laporan keuangan komersial dengan
laporan keuangan pajak dalam pengakuan biaya dan juga dalam hal pengakuan penghasilan. Seperti yang ditulis oleh Holland dan Vann dalam Thuronyi
1998
Universitas Sumatera Utara
“Timing differences can arise through either the acceleration of deductions or the defferal of the recognition of income
.” Jenis insentif yang keempat adalah tax rate reductions, jenis insentif ini sesuai
dengan namanya yaitu pengurangan tarif pajak merupakan jenis insentif yang mengurangi tarif pajak yang dikenakan kepada wajib pajak dari suatu persentase
atau tingkatan tarif tertentu ke tingkatan tarif yang berada dibawahnya. Jenis insentif selanjutnya adalah administrative discretion, administrative
discretion merupakan salah satu isu yang pada umumnya beredar dalam
perumusan kebijakan fasilitas pajak. Pengertian dari administrative discretion ini adalah apakah fasilitas pajak dapat dinikmati secara otomatis oleh setiap wajib
pajak yang memenuhi ketentuan atau harus mengajukan permohonan penggunaan fasilitas pajak terlebih dahulu. Discretion dapat diartikan sebagai selektif,
sehingga administrative discretion dapat diartikan sebagai proses administrasi yang selektif dalam rangka pemberian fasilitas pajak.
Sedangkan menurut Spitz sebagaimana dikutip Suandy 2006
umumnya terdapat empat macam bentuk insentif pajak, yaitu:
1. Pengecualian dari pengenaan pajak
2. Pengurangan dasar pengenaan pajak
3. Pengurangan tarif pajak
4. Penangguhan pajak.
Insentif pajak dalam bentuk pengecualian dari pengenaan pajak merupakan bentuk insentif yang paling banyak digunakan. Jenis insentif ini memberikan hak kepada
wajib pajak agar tidak dikenakan pajak dalam jangka waktu tertentu yang ditentukan oleh pemerintah. Namun diperlukan kehati-hatian dalam
Universitas Sumatera Utara
mempertimbangkan pemberian insentif ini. Hal yang perlu diperhatikan adalah sampai berapa lama pembebasan pajak ini diberikan dan sampai berapa lama
investasi dapat memberikan hasil. Contoh dari jenis insentif ini adalah tax holiday atau tax exemption.
Jenis insentif yang kedua berupa pengurangan dasar pengenaan pajak. Jenis insentif ini biasanya diberikan dalam bentuk berbagai macam biaya yang dapat
dikurangkan dari pendapatan kena pajak. Pada umumnya biaya yang dapat menjadi pengurang boleh dikurangkan lebih dari nilai yang seharusnya. Jenis
insentif ini misalnya dapat ditemui dalam bentuk double deduction, investment allowances
, dan loss carry forwards. Jenis insentif yang ketiga adalah pengurangan tarif pajak. Insentif ini yaitu berupa
pengurangan tarif pajak dari tarif yang berlaku umum ke tarif khusus yang diatur oleh pemerintah. Insentif ini paling sering ditemui dalam pajak penghasilan.
Misalnya pengurangan tarif corporate income tax atau tarif witholding tax. Jenis insentif yang terakhir menurut Spitz Suandy
2006 adalah penangguhan
pajak. Jenis insentif ini pada umumnya diberikan kepada wajib pajak sehingga pembayar pajak dapat menunda pembayaran pajak hingga suatu waktu tertentu.
Kemudian menurut UNCTAD 2000
, a Global Survey mengklasifikasikan jenis insentif pajak antara lain sebagai berikut,
a. Reduced corporate income tax rate
b. Loss carry forwards
c. Tax holidays
d. Investment allowances
e. Investment tax credits
Universitas Sumatera Utara
f. Reduced taxes on dividends and interest paid abroad
g. Deductions for qualifying expenses
h. Zero or reduced tariffs
i. Employment-based deductions.
Jenis insentif pajak yang pertama adalah reduced corporate income tax rates, insentif pajak ini berupa pengurangan tarif pajak penghasilan untuk wajib pajak
badan. Pemerintah dapat menetapkan tarif pajak penghasilan yang lebih rendah kepada wajib pajak badan dengan kriteria persyaratan tertentu untuk menarik
investor agar menanamkan modalnya di dalam negeri. Jenis insentif yang kedua yaitu loss carry forwards adalah jenis insentif yang memperbolehkan investor
untuk mengkompensasikan kerugian yang dialami pada suatu tahun pada tahun- tahun berikutnya. Jenis insentif ini berguna bagi investor yang kegiatan bisnisnya
relatif mengalami kerugian pada awal-awal tahun berdirinya ketika investor sedang meningkatkan kapasitas produksi atau memasuki pasar.
Jenis insentif yang ketiga yaitu tax holidays adalah jenis insentif berupa pembebasan pajak penghasilan badan dengan sejumlah tahun tertentu. Insentif ini
merupakan insentif yang umum digunakan oleh negara berkembang untuk meningkatkan pertumbuhan penanaman modal di negaranya. Tax holidays dapat
dikategorikan sebagai insentif yang mudah penerapannya dan juga memiliki compliance cost
yang relatif tidak tinggi. Tetapi meskipun di satu sisi tax holidays memiliki compliance cost yang tidak tinggi, insentif ini merupakan jenis insentif
yang memiliki potential tax loss yang lebih besar apabila dibandingkan dengan jenis insentif lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Jenis insentif yang keempat yaitu investment allowances, insentif ini berupa pengurangan penghasilan kena pajak berdasarkan persentase tertentu dari jumlah
investasi awal. Besarnya persentase ini tergantung dari kebijakan negara yang menerapkan insentif ini, semakin besar persentase yang diperbolehkan untuk
menjadi pengurang penghasilan kena pajak, maka semakin besar pula manfaat yang diterima oleh penerima fasilitas. Negara yang menerapkan jenis insentif ini
pada umumnya juga menerapkan jenis insentif kompensasi kerugian, karena pada beberapa negara investment allowances yang dapat dikurangkan setiap tahunnya
dapat dikompensasikan pada tahun berikutnya apabila investment allowances tersebut tidak habis dikurangkan pada tahun berjalan.
Jenis insentif yang kelima adalah investment tax credits, jenis insentif ini yaitu berupa pengurangan pajak penghasilan badan yang harus dibayar oleh wajib pajak
pada tahun tertentu, hal ini yang membedakan dengan investment allowances yang mengurangi pajak melalui penambahan biaya fiskal pada tahun tertentu. Besarnya
tax credits pada umumnya berupa persentase dari nilai investasi yang dilakukan
oleh wajib pajak. Pada beberapa negara, tax credits yang tidak habis dipakai pada suatu tahun dapat dikompensasikan pada tahun berikutnya, atau tax credits yang
tidak terpakai tersebut dapat diuangkan seperti halnya kelebihan pembayaran pajak.
Jenis insentif yang keenam adalah reduced taxes on dividends and interest paid abroad
, jenis insentif ini memberikan pengurangan tarif pajak penghasilan atas dividen dan bunga yang dibayarkan ke luar negeri sebesar persentase tertentu,
dengan pengurangan tarif pada dividen yang dibayarkan ke luar negeri maka beban pajak yang ditanggung akan menjadi lebih kecil. Tetapi yang harus
Universitas Sumatera Utara
diperhatikan, semakin kecil persentase pajak atas pembayaran dividen maka semakin besar kemungkinan pembayaran dividen dan berdampak semakin
sedikitnya jumlah dana yang di investasikan kembali. Jenis insentif yang ketujuh adalah deductions for qualifying expenses, jenis
insentif ini memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk membebankan biaya-biaya tertentu dalam jumlah lebih besar daripada jumlah yang seharusnya
dibebankan. Misalkan berupa pembebanan sebesar dua kali lipat dari pembebanan yang seharusnya untuk biaya riset dan pengembangan atau biaya pemasaran ke
luar negeri dengan tujuan ekspor. Insentif ini pada umumnya digunakan untuk mendorong investor agar melakukan kegiatan pada bidang yang diberikan insentif
ini dalam contoh sebelumnya, investor dihimbau untuk melakukan riset dan pengembangan atau melakukan pemasaran ke luar negeri dengan tujuan ekspor.
Jenis insentif yang kedelapan yaitu zero or reduced tariffs, jenis insentif ini yaitu berupa pengurangan atau penghapusan tarif atas suatu pajak tertentu, misalkan
pengurangan atau penghapusan pajak atas impor barang modal atau peralatan lainnya pada proyek investasi yang mendapatkan fasilitas pajak. Jenis insentif
yang kesembilan adalah employment based deductions, jenis insentif ini yaitu jenis insentif yang berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan terkait dengan
mempekerjakan karyawan dengan kondisi tertentu. Misalkan pada investasi yang dilakukan di daerah terpencil, pemerintah memberikan insentif yaitu
membolehkan pembiayaan atas pemberian berbentuk natura kepada karyawan.
Universitas Sumatera Utara
2.10. Pengertian Investasi
Teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan
untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di
masa depan. Investasi yang lazim disebut dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal, menurut Sukirno
2011 investasi adalah merupakan
komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Boediono 2001
mendefenisikan investasi sebagai pengeluaran oleh sektor produsen swasta untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau
untuk perluasan pabrik. Investasi dalam ekonomi makro, dibedakan atas investasi otonom
otonomous investment dan investasi terpengaruh induced investment. Investasi
otonom adalah investasi yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional, artinya tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak menentukan jumlah investasi yang
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan pertumbuhan ekonomi
berikutnya, misalnya investasi untuk pembuatan jalan, jembatan dan infrastruktur lainnya. Sedangkan investasi yang terpengaruh adalah investasi yang dipengaruhi
oleh pendapatan nasional, artinya pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat dan selanjutnya pendapatan masyarakat
yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan
mendorong dilakukannya lebih banyak investasi.
Universitas Sumatera Utara
Investasi pembentukan modal atau penanaman modal dapat digolongkan meliputi pengeluaran-pengeluaran :
1. Pembelian berbagai jenis barang modal yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan;
2. Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya;
3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan
pendapatan nasional Jumlah dari ketiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan investasi
bruto, yaitu meliputi investasi untuk menambah kemampuan berproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang modal yang telah didepresiasikan.
2.11. Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi
Menurut Jhingan 1996
, investasi atau pembentukan modal merupakan jalan keluar utama dari masalah negara terbelakang ataupun berkembang dan
kunci utama menuju pembangunan ekonomi. Hal ini sebagaimana juga dipertegas oleh Ragnar Nurkse, pemenang nobel ekonomi asal Swedia, bahwa lingkaran
setan kemiskinan di negara terbelakang atau berkembang dapat digunting melalui investasi atau pembentukan modal. Lebih rinci lagi dikatakan oleh Todaro
2003 bahwa persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu negara adalah:
1. Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia;
Universitas Sumatera Utara
2. Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja dan keahliannya;
3. Kemajuan teknologi. Bagi negara-negara terbelakang atau berkembang pembentukan modal
umumnya masih rendah. Menurut Jhingan 1996
, penyebabnya adalah : 1. Pendapatan rendah
Karena pertanian, industri dan sektor lain di Negara berkembang masih terbelakang, output nasional menjadi rendah dan begitu juga pendapatan nasional.
Akibatnya, pendapatan perkapita rendah. Pada pihak lain, kecenderungan berkonsumsi sangat tinggi sehingga seluruh pendapatan habis dikonsumsi.
Akhirnya, menabung menjadi tidak mungkin dan tingkat pembentukan modal tetap rendah.
2. Produktifitas rendah Kemampuan buruh yang tidak mampu bekerja secara efisien, pengetahuan
teknologi yang rendah, berujung pada pemanfaatan sumber alam yang kurang tepat atau malah tidak dipergunakan, akibatnya menghambat peningkatan
pendapatan pemilik sumber alam hingga tidak mampu untuk menabung dan berinvestasi sehingga laju pembentukan modalpun tidak meningkat.
3. Kependudukan Karena pertumbuhan penduduk sangat tinggi sementara pendapatan
perkapita rendah maka akibatnya keseluruhan pendapatan dipergunakan untuk menghidupi tambahan penduduk dan hanya sedikit yang ditabung untuk
pembentukan modal.
Universitas Sumatera Utara
4. Kekurangan wiraswasta Karena kecilnya pasar, kurangnya modal, langkanya milik pribadi,
perjanjian yang memperlambat usaha, dan inisiatif untuk berwiraswasta sedangkan dalam kenyataannya kewiraswastaan merupakan faktor penting dalam
pembangunan ekonomi; 5. Kekurangan overhead ekonomi
Karena kurangnya sumber tenaga, angkutan, perhubungan, air dan sebagainya telah memperlambat kegiatan usaha yang akhirnya berpengaruh
terhadap pembentukan modal 6. Kekurangan peralatan modal
Di negara berkembang ketersediaan barang modal hanya sekitar 5-6 persen dari pendapatan nasionalnya, sedangkan di negara maju sampai 15-20 persen dari
pendapatan nasionalnya. Karena rendahnya modal maka penggatian barang modal menjadi tidak mungkin dan ini mempengaruhi pembentukan modal
7. Ketimpangan distribusi pendapatan Adanya ketidakmerataan pendapatan di negara berkembang dimana hanya
sekitar 3-5 persen berpenghasilan tinggi dan mereka ini berivestasi tidak pada saluran yang produktif menyebabkan pembentukan modal tetap rendah.
8. Pasar sempit Karena kemampuan untuk menyerap penawaran suatu produk baru,
menyebabkan tidak bergairahnya tumbuhnya usaha dan inisiatif masyarakat sehingga upaya pembentukan modal tetap rendah
Universitas Sumatera Utara
9. Kekurangan lembaga Keuangan Karena kurang berkembangnya pasar uang, pasar modal, lembaga kredit dan
bank di Negara berkembang menyebabkan pengerahan dana tabungan dalam jumlah yang cukup untuk tujuan investasi menjadi rendah
10. Keterbelakangan ekonomi dan teknologi Aktifitas ekonomi yang terbatas dan terbengkalai, efisiensi buruh yang
rendah, nilai dan struktur sosial yang tradisional serta teknik produksi yang masih kuno telah menghambat pembentukan modal.
Selanjutnya menurut Sukirno 2011
, faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi atau pembentukan modal yang akan dilakukan dalam
perekonomian adalah : 1. Tingkat pengembalian yang diharapkan expected rate of return
Investasi yang direncanakan hanya akan dilakukan apabila tingkat keuntungan yang akan diperolehnya adalah lebih besar dari suku bunga yang
harus dibayarnya. Suatu kegiatan investasi dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila nilai sekarang pendapatan di masa depan adalah lebih besar
daripada nilai sekarang modal yang diinvestasikan. Kemampuan perusahaan dalam menentukan tingkat investasi yang
diharapkan, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan. Untuk kondisi internal dapat berupa efisiensi, kualitas sumber daya manusia, dan
teknologi yang digunakan. Disamping itu, kepemilikan hak monopoli, kedekatan dengan pusat kekuasaan, dan penguasaan jalur informasi juga menjadi faktor non-
teknis internal perusahaan. Sedangkan kondisi eksternal perusahaan adalah perkiraan kondisi ekonomi tingkat nasional maupun internasional, kondisi sosial
Universitas Sumatera Utara
politik serta kondisi keamanan negara. Selain itu, kebijakan pemerintah di bidang perpajakan akan mempengaruhi permintaan agregat, juga menjadi faktor yang
harus diperhitungkan terhadap tingkat pengembalian investasi yang diharapkan. 2. Suku Bunga
Suku bunga merupakan faktor utama yang mempengaruhi investasi. Jika suku bunga tinggi, maka investasi akan berkurang. Hal ini disebabkan karena
kenaikan suku bunga terutama dalam hal ini suku bunga pinjaman menyebabkan biaya investasi semakin tinggi sehingga akan mempengaruhi tingkat
pengembalian modal atau tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari kegiatan investasi yang dilakukan. Demikian sebaliknya, jika suku bunga rendah akan
mendorong lebih banyak investasi karena biaya investasinya rendah sehingga tingkat pengembalian modal atau harapan keuntungan dari kegiatan investasi
tersebut akan tinggi. 3. Kemajuan Teknologi
Adanya penemuan-penemuan teknologi baru oleh para pengusaha untuk dikembangkan dalam kegiatan produksi atau manajemen memacu dilakukannya
pembaruan-pembaruan atau inovasi dengan melakukan pembelian barang-barang modal baru dan adakalanya juga harus mendirikan bangunan-bangunan
pabrikindustri yang baru. Dengan demikian, makin banyak pembaruan- pembaruan yang dilakukan, makin tinggi investasi yang akan dicapai.
2.12. Konsep Investasi Sosial
Dalam tinjauan akademik, konsep tentang investasi sosial lahir dalam khazanah pemikiran tentang pembangunan sosial social development yang
Universitas Sumatera Utara
berkembang pada dekade 1990-an. Sejumlah nama yang cukup terkenal dalam perkembangan konsep ini antara lain James Midgley 1999, Taylor-Gooby
2000, dan Anthony Giddens 1998. Midgley mendefinisikan pembangunan sosial sebagai suatu perspektif alternatif untuk mendistibusikan sumber daya
dengan menekankan prioritas alokasi pada program-program sosial yang berorienstasi pada produktivitas dan investasi untuk memperluas partisipasi dalam
bidang ekonomi dan memberikan kontribusi positif pada pembangunan. Strategi yang digunakan dalam pembangunan sosial mencakup investasi pada
pengembangan sumber daya manusia, program-program perluasan lapangan kerja dan kewirausahaan, pembentukan modal sosial, pengembangan asset,
penghematan, dan penghapusan berbagai pembatasan terhadap partisipasi di bidang ekonomi.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Taylor-Gooby 2000 memperkuat argumentasi diperlukannya investasi sosial, karena dalam konteks globalisasi
ekonomi, tidak mungkin lagi tercapai kondisi tersedianya lapangan kerja yang memadai, redistribusi pendapatan yang adil, dan semakin mahalnya biaya
pelayanan publik, sehingga peran pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan hanya dapat dilakukan melalui pembiayaan-pembiayaan sosial berbentuk investasi
pada sumber daya manusia dan perluasan peluang bagi setiap individu anggota masyarakat. Menurutnya, investasi sosial harus difokuskan pada upaya
penjaminan agar tiap individu memiliki kemampuan dan kualitas yang diperlukan untuk bekerja, bertahan hidup, dan menjalankan fungsinya sebagai warga Negara
di masa kini dan mendatang. Strategi yang dapat diterapkan adalah dengan mengalokasikan anggaran publik untuk program-program pemberdayaan dan
Universitas Sumatera Utara
pendidikan bagi anak-anak yang berkaitan dengan life skill education karena anak-anak inilah calon tenaga kerja di masa mendatang, sehingga dengan
menyiapkan mereka sejak dini, maka akan lahir tenaga-tenaga kerja berkualitas dan memiliki daya saing global di masa mendatang.
Berbeda dengan pendapat Taylor-Gooby yang menekankan pentingnya investasi bagi individu, Giddens 1998 mengembangkan konsep investasi sosial
sebagai investasi pada sumber daya manusia untuk memajukan kesejahteraan agar setiap individu maupun kelompok dapat berkontribusi bagi penciptaan
kesejahteraan. Investasi sosial terutama diarahkan pada program peningkatan keterampilan, riset, teknologi, pemeliharaan anak-anak, dan pemberdayaan
komunitas sebagai upaya untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Asumsinya, menurut Giddens, melalui program-program invetasi
sosial tersebut, pemerintah dapat melengkapi masyarakatnya dengan kemampuan untuk merespon dan beradaptasi dengan perubahan ekonomi global yang
selanjutnya dapat meningkatkan daya saing. Investasi pada pendidikan seumur hidup life long learning, kesehatan, dan pengembangan komunitas sebagai basis
modal sosial merupakan langkah strategis untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa mendatang. Demikian pula investasi pada
penguatan modal sosial dan kohesi komunitas dapat memperkuat solidaritas sosial yang berfungsi sebagai daya rekat bagi stabilitas sosial yang lebih baik.
Menurut Giddens 1998, investasi sosial bukan hanya diarahkan bagi individu semata, tapi juga bagi komunitas, karena individu hidup di tengah-tengah
komunitas dan kondisi sosial yang akan menjadi faktor pendukung yang kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, investasi sosial
Universitas Sumatera Utara
diarahkan sebagai prakondisi untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tidak hanya diciptakan melalui pengelolaan faktor-faktor
produksi, tapi juga melalui pemberdayaan sosial.
2.13. Corporate Social Responsibility Sebagai Investasi Sosial
Sebuah perusahaan berdiri pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan nilai, yang pada akhirnya akan bermuara pada pemaksimalan return bagi
pemegang saham. Perkembangan saat ini, perusahaan sebagai suatu oraganisasi yang berada di tengah-tengah masyarakat dituntut menjadi organisasi dengan
sistem terbuka, yang berarti bahwa organisasi merupakan subsistem dari lingkungannya, sehingga organisasi dapat dipengaruhi maupun mempengaruhi
lingkungannya. Dengan sistem terbuka, memungkinkan adanya tuntutan stakeholder
terkait dengan kepedulian terhadap lingkungan perusahaan semakin besar, dalam hal ini pandangan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan
telah berubah. Mereka tidak hanya memfokuskan pada perolehan laba perusahaan, tetapi juga memperhatikan tanggung jawab dan lingkungan perusahaan.
Pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat dibagi dua, yaitu inside stakeholder
dan outside stakeholder. Inside stakeholder internal meliputi individu atau kelompok pemegang saham dan tenaga kerja. Sedangkan Outside
stakeholder eksternal meliputi konsumen, pemasok, kreditur, pemerintah, serikat
pekerja, dan masyarakat umum. Pihak eksternal inilah pihak yang paling mendorong atau menekan perusahaan untuk memperhatikan kinerja sosial
perusahaan. Dalam hal ini perusahaan diharuskan untuk membuat keseimbangan
Universitas Sumatera Utara
antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dan kepentingan pemegang saham sebagai pemangku kepentingan internal.
Secara yuridis formal, pemerintah telah memberikan pengakuan dan mewajibkan partisipasi pengelolaan sosial bagi semua pihak lewat ketentuan Pasal
66 ayat 2b dan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Kedua pasal tersebut menjelaskan bahwa laporan tahunan
perusahaan harus mencerminkan kinerja sosial perusahaan. Dewasa ini suatu perusahaan dalam melakukan corporate social
responsibility CSR tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak
pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Namun tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple
bottom lines, Elkington 1997
yaitu : 1.
Masyarakat, perusahaan berperan aktif dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan tenaga kerja perusahaan;
2. Lingkungan, perusahaan berupaya mengurangi atau bahkan menghilangkan
dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas bisnis perusahaan; 3.
Laba, perusahaan membutuhkan profit untuk tetap bertahan hidup. Perusahaan yang menjalankan investasi sosial berupa CSR, tidak hanya
akan mengejar keuntungan jangka pendek, namun juga turut berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitar
dalam jangka panjang. Menurut Susanto
2009 dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat
yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR, Pertama, mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. Perusahaan yang
Universitas Sumatera Utara
menjalankan tanggung jawab sosialnya secara konsisten akan mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang telah merasakan manfaat dari aktivitas yang
dijalankannya. Kedua, CSR dapat berfungsi sebagai pelingung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Ketiga,
keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Kelangsungan hidup perusahaan hanya akan terjamin apabila perusahaan
memperhatikan dimensi sosial. Pelaksanaan aktivitas CSR tidak memiliki standar atau praktik-praktik tertentu yang dianggap baik, karena tiap perusahaan memiliki
karakteristik dan situasi yang unik yang berpengaruh pada cara memandang tanggung jawab sosial. Namun secara umum, aktivitas investasi sosial berupa
CSR dilakukan dalam bentuk : 1.
Pemberdayaan melalui pemberian beasiswa dan bantuan biaya penelitian kepada siswa di lingkungan sekitar perusahaan.
2. Pelatihan teknologi ramah lingkungan kepada karyawan, terkait upaya
konservasi lingkungan sekitar perusahaan. 3.
Pemberdayaan masyarakat melalui pendampingan kegiatan sosial kemasyarakatan warga sekitar perusahaan.
4. Perbaikan sarana dan prasarana umum, meliputi sarana pendidikan, sarana
keagamaan, dan sarana sosial lainnya.
2.14. Produktivitas
Istilah produktivitas bukan merupakan hal yang baru. Produktivitas berasal dari Bahasa Inggris, product: result, outcome, kemudian berkembang menjadi kata
productive yang berarti menghasilkan, dan productivity: having the ability or
Universitas Sumatera Utara
creative . Secara utuh dapat diartikan kekuatan atau kemampuan menghasilkan
sesuatu. Istilah produktivitas muncul pada tahun 1776 dalam artikel yang berjudul
“the school of physiocraft” yang ditulis oleh Francois Quesney ekonom Perancis, sedangkan produktivitas sebagai konsep keluaran dan masukan
dicetuskan oleh David Ricardo. Inti konsepnya adalah bagaimana keluaran akan berubah apabila besaran masukan berubah. Pokok bahasan produktivitas selalu
dikaitkan dengan organisasi, produksi dan tenaga kerja. Produktivitas seringkali dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan.
Anoraga 2004
mendefinisikan produktivitas ke dalam tiga konsep yaitu konsep ekonomis, konsep filosofis, dan konsep sistem. Konsep ekonomis
dikaitkan dengan usaha manusia dalam upaya menghasilkan barang dan jasa guna pemenuhan kebutuhan hidup manusia, konsep filosofis dikaitkan dengan
pandangan hidup dan sikap mental dalam upaya pencapaian kehidupan esok yang lebih baik lagi, sedangkan konsep sistem dikaitkan dengan pemikiran bahwa
tujuan suatu sistem akan tercapai dengan adanya kerjasama dan keterpaduan dari unsur-unsur yang relevan.
Produktivitas menurut Sinungan 2008
adalah sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik barang-barang atau jasa dengan masukan yang
sebenarnya, dengan kata lain suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan atau output : input”, sedangkan Mulyadi
2007 mengungkapkan:
’Produktivitas adalah suatu ukuran yang berhubungan dengan produksi keluaran secara efisien, terutama ditujukan kepada hubungan antara keluaran dan masukan
yang digunakan untuk menghasilkan keluaran tersebut’.
Universitas Sumatera Utara
Lebih lanjut Dewan Produktivitas Nasional dalam Anoraga 2004
mengemukakan, Produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan
keseluruhan sumber daya yang digunakan. Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, secara umum
produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara keluaran atau output tertentu dengan sumber daya yang digunakan sebagai masukan sistem produksi
modal, tenaga kerja, bahan, energi, dll.
2.15. Unsur-unsur Produktivitas 2.15.1. Efisiensi
Rasio outputinput merupakan ukuran efesiensi pemakaian sumberdaya. Efesiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan input
yang direncanakan dengan penggunaan masukan yang sebenarnya terlaksana. Pengertian efisiensi berorientasi kepada masukan, Atau ukuran penghematan
pemakaian sumbersumber produksi dalam kegiatan produksi atau kegiatsan organisasi seperti kehematan pemakaian bahan, tenaga kerja, tenaga listrik, uang,
waktu, ruangan, pupuk, air, dan sebagainya
2.15.2. Efektifitas
Rasio keluaranmasukan merupakan ukuran efektifitas. Efektifitas menunjukkan sejauh mana target dapat tercapai baik secara kuantitas maupun
waktu, makin besar persentase target tercapai, makin tinggi tingkat efektifitasnya.
Universitas Sumatera Utara
Efektivitas Pelaksanaan Tugas Mencapai Tujuan Efesiensi Penggunaan Sumber Masukan Ke Proses
Konsep ini berorientasi pada keluaran. Peningkatan efektivitas belum tentu dibarengi dengan peningkatan efisiensi dan demikian pula sebaliknya. Gabungan
efisiensi dan efektivitas membentuk pengertian produktivitas dengan cara berikut :
Produktivitas = Atau :
Produktivitas =
Produktivitas yang tinggi berarti hasil produksi yang tinggi dapat dicapai dengan ongkos rendah. Hal ini sesuai dengan prinsip ekonomi yang berbunyi
“memperoleh hasil yang setinggi-tingginya dengan pengorbanan yang serendah- rendahnya” yang jika dijabarkan dalam bahasa operasional ini berarti bahwa
bekerja secara ekonomis sama dengan bekerja secara produktif.
2.15.3. Kualitas
Produktivitas merupakan ukuran kualitas. Kualitas masukan dan kualitas proses akan menentukan kualitas keluaran. Keluaran yang berkualitas baik akan
meningkatkan rasio OI dalam nilai atau nilai tambah, berarti meningkatkan daya saing atau produktivitas. Menurut Crosby 1979, kualitas adalah pemenuhan
spesifikasi sesuai permintaan konsumen, sementara menurut Juaran 1979, kualitas adalah kesesuaian untuk dipakai. Secara umum kualitas adalah ukuran
yang menyatakan derajat pemenuhan harapan konsumen. Efesiensi Penggunaan Sumber Masukan Ke Proses
Efektivitas Menghasilkan Pengeluaran
Universitas Sumatera Utara
Input Proses Produksi
Hasil Utama Hasil Sampingan
Kualitas Kualitas dan Efisiensi
Produktivitas Kualitas Evektifitas
Berikut ini adalah keterkaitan antara efisiensi, efektivitas, kualitas dan produktivitas yang secara skematis dapat digambarkan pada gambar 2.1 yaitu:
Gambar 2.1. Hubungan Produktivitas dengan kualitas, efesiensi, efektivitas Sedarmayanti, 2009
………kd ……
Berdasarkan bagan diatas, dapat dijelaskan bahwa keterkaitan efisiensi, efektivitas, kualitas dan produksi dapat dikatakan sebagai ukuran dalam
membandingkan penggunaan masukan input. Efektivitas merupakan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai yang dapat dilihat dari kualitas yang memadai.
Kualitas berpengaruh pada hasil yang akan dicapai. Produktivitas merupakan perbandingan dari efektivitas keluaran pencapaian hasil kerja yang maksimal
dengan efisiensi salah satu masukan tenaga kerja yang mencakup kuantitas, kualitas dalam satuan waktu tertentu
2.16. Jenis-Jenis Produktivitas
Berdasarkan pengukuran produktivitas melalui pendekatan rasio output : input menurut Gaspersz
2000 akan mampu menghasilkan tiga jenis
Universitas Sumatera Utara
produktivitas yaitu: produktivitas parsial, produktivitas faktor-total dan produktivitas total.
Produktivitas parsial atau produktivitas faktor tunggal single-factor productivity
merupakan rasio dari output terhadap salah satu jenis input. Contohnya produktivitas tenaga kerja. Produktivitas faktor-total merupakan rasio
dari output bersih terhadap banyaknya input modal dan tenaga kerja yang digunakan. Berdasarkan definisi di atas jenis input yang dipergunakan dalam
pengukuran produktivitas faktor total hanya faktor tenaga kerja dan modal. Sedangkan produktivitas total merupakan rasio dari output total terhadap input
total yang meliputi semua input yang digunakan dalam proses produksi Lebih lanjut Washnis et.al, dalam Syarif
1991 mengemukakan bahwa produktivitas
dapat dibagi menjadi : 1. Produktivitas makro nasional
Model pengukuran produktivitas tingkat nasional antara lain adalah : a. Produktivitas unsur manusia.
b. Produktivitas total 2. Produktivitas sektoral
Produktivitas ini merupakan tingkat industri. Yang setingkat ini adalah pengukuran produktivitas regional, misal tingkat propinsi. Pengukuran
produktivitas ini masih bersifat makro. 3. Produktivitas mikro
Pengertian produktivitas pada skala mikro atau ditingkat perusahaan bisa diartikan sebagai perbandingan antara keluaran dengan masukan perusahaan
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.17. Model Pengukuran Produktivitas
Terdapat sekian banyak model pengukuran produktivitas yang dikembangkan, diantaranya adalah :
1. Model CraigHaris
Menurut model ini, produktivitas total diukur sebagai :
Dimana : Pt = produktivitas total
L = faktor masukan tenaga kerja C = faktor masukan modal
R = faktor masukan bahan mentah dan alat Q = faktor masukan lain pada barang dan jasa
Qt = Keluaran total Menurut model ini, output merupakan perkalian antara jumlah unit yang
diproduksi dengan harga jualnya, ditambah deviden dan bunga serta sumber- sumber pendapatan lainnya, semuanya dalam nilai harga konstan.
Input dalam model CraigHarris dinyatakan sebagai berikut : a. Input tenaga kerja untuk periode pengukuran dalam harga periode dasar =
jumlah jam kerja untuk tiap klasifikasi x tingkat upah periode dasar untuk klasifikasi tersebut.
b. Input bahan mentah dan komponen yang dibeli untuk periode pengukuran dalam harga dasar = jumlah yang dibeli x harga material dalam harga
periode dasar.
Universitas Sumatera Utara
c. Input modal meliputi aktiva tetap dan aktiva lancar. Craig dan harris menggunakan konsep nilai pelayanan service value concept dalam
perhitungan input modal. Dengan konsep ini, input capital dianggap sebagai pembayaran sewa kepada suatu badan penyewaan yang menyediakan aktiva
tetap dan aktiva lancar. Yang dianggap sebagai badan penyewaan dari perusahaan adalah para pemberi pinjaman pemegang saham.
d. Input lain-lain meliputi semua input kecuali semua input kecuali tenaga kerja, material, dan modal.
2. Model OMAX Objektiv Matrix
Dalam model ini, kriteria produktivitas yang akan diukur ditentukan sendiri oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan pengukuran tersebut, baik
dari pihak manajemen maupun pekerja lapangan. Selanjutnya masing-masing kriteria tersebut dikuantifikasikan, dan diletakan pada bentuk skala 0-10. Keadaan
produktivitas pada saat dilakukan pengukuran diberi nilai angka 3 pada skala, sedangkan target atau sasaran produktivitas yang akan dicapai diberi nilai 10.
Nilai-nilai lain pada skala diisi dengan cara membuat interpolasi linier dari kondisi sekarang dan sasaran yang akan dicapai. Nilai 0 pada skala diisi dengan
kondisi paling buruk yang pernah atau mungkin terjadi, dan selanjutnya antara lain 0-3 dilakukan interpolasi linier seperti diatas.
2.18. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas
Menurut Sinungan 2008
mengemukakan bahwa: ”Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas perusahaan, yaitu: 1 Manusia, 2 Modal, 3
Produksi, 4 Lingkungan , dan 5 Umpan balik ”. Lebih lanjut Sinungan
Universitas Sumatera Utara
menjabarkan bahwa pada faktor-faktor di atas memiliki sub faktor lagi, yaitu sebagai berikut:
1. Manusia, dipengaruhi oleh: kuantitas, tingkat keahlian, latar belakang kebudayaan dan pendidikan, kemampuan, sikap, minat, stuktur pekerjaan,
keahlian, dan umur 2. Modal, dipengaruhi oleh: modal tetap mesin, gedung, alat-alat, teknologi,
dan bahan baku 3. Produksi, dipengaruhi oleh: penanganan bahan baku, perencanaan dan
pengawasan produksi, pemeliharaan melalui pencegahan, energi, kuantitas, kualitas, spesialisasi produksi
4. Lingkungan. Seperti yang telah disebutkan diawal pemaparan, bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas ini hanya memusatkan perhatian
pada tingkat perusahaan, sehingga lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan organisasi internal. Lingkungan ini dipengaruhi oleh:
suasanaiklim kerja sosial, sistem insentif, hubungan antar manajemen dan karyawan, lingkungan alam, organisasi dan perencanaan, serta kondisi
ekonomi dan perdagangan 5. Umpan balik, dalam pengertian umum umpan balik adalah informasi yang
ada pada hubungan timbal balik masukan dan hasil dalam perusahaan. Setiap faktor-faktor ini memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
produktivitas. Beberapa di antaranya di luar pengendalian manajemen perusahaan, misalnya: bagi manajemen perusahaan akan sulit mempengaruhi faktor-faktor
produktivitas seperti siklus perdagangan, inflasi, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2.19. Produktivitas Produksi
Produktivitas produksi merupakan gabungan dari dua istilah yaitu produktivitas dan produksi serta dalam memahami produktivitas harus dibedakan
dengan produksi, menurut Sudriamunawar 2006
“Produksi pada dasarnya hanya berorientasi kepada output, sedangkan produktivitas mengacu kepada suatu
keadaan tingkat perbandingan antara besarnya keluaran dengan besarnya masukan”. Kemudian pendapat yang sama tentang pengertian produksi menurut
Assauri 2008
adalah sebagai berikut: “Produksi hanya dimaksud sebagai kegiatan yang menghasilkan barang baik barang jadi maupun barang setengah
jadi, bahan industri, dan suku cadang atau spareparts dan komponen”. Lebih lanjut Gaspersz
2000 menyatakan produksi merupakan fungsi
pokok dalam setiap organisasi yang mencangkup aktivitas yang bertanggungjawab untuk pencapaian nilai tambah produk yang merupakan output
dari setiap organisasi itu. Sedangkan pendapat yang diungkapkan oleh Sinungan 2008
yang menyatakan bahwa: “Produksi berkaitan dengan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan produktivitas berkaitan dengan cara pencapaian tingkat
produksi tersebut”. Produktivitas dan produksi dianggap sebagai suatu pengertian yang sama
artinya, kenyataannya jelas produktivitas adalah bukan produksi. Produksi menunjukkan output yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan produktivitas
menghubungkan jumlah output yang dihasilkan dengan input yang digunakan. Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa produktivitas produksi
adalah kemampuan perusahaan dalam meningkatkan hasil produksi dalam kurun waktu tertentu.
Universitas Sumatera Utara
2.20. Pengukuran Produktivitas Produksi
Berbicara soal produktivitas produksi tidak bisa terlepas dari pengukurannya. Tidak ada pengukuran, berarti tidak ada produktivitas produksi.
Pengukuran produktivitas produksi bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perubahan produktivitas produksi yang terjadi dalam perjalanan kurun waktu
tertentu. Pendapat tentang produktivitas produksi dikemukakan oleh Blocher, Chen,
dan Lin
Biaya total semua sumber daya input 2001
, yang menyatakan bahwa produktivitas produksi termasuk ke dalam produktivitas total, yaitu dapat di ukur dengan menghubungkan antara
output yang diperoleh atau dihasilkan dan biaya input total semua sumber daya
input yang diperlukan untuk memproduksi output. Formula pengukuran
produktivitasnya adalah sebagai berikut:
Nilai output yang diproduksi Sudriamunawar
2006 mengatakan bahwa ”Apabila keluaran akan
diperbandingkan dengan dua faktor masukan saja atau lebih, maka pengukuran seperti ini menuju kepada pengukuran seluruh faktor masukan, maka pengukuran
seperti ini menuju kepada pengukuran produktivitas total”. Produktivitas produksi merupakan ukuran produktivitas keuangan financial
productivity . Satuan moneter mencerminkan faktor umum yang memungkinkan
pengukuran produktivitas bersama berbagai sumber daya, seperti bahan baku, tenaga kerja dan faktor produksi lain.
Universitas Sumatera Utara
Jika output dan input yang dipergunakan itu dinyatakan dalam satuan fisik, maka dinamakan produktivitas operasional operational productivity measure.
Sedangkan jika output dan input yang digunakan dinyatakan dalam satuan moneter dollar, rupiah, dan lain-lain, maka dinamakan produktivitas keuangan
financial productivity measure.
2.21. Indeks Produktivitas
Indeks produktivitas adalah jangka produktivitas yang dibandingkan dengan angka tahun dasar untuk mengetahui turun naiknya produktivitas, contoh :
Tabel 2.1. Contoh perhitungan indeks produktivitas Tahun
Output Input
Produktivitas Indeks Produktivitas
a b
c D =
E 1992
250 15
16.67 100
1993 400
16 25.00
1994 450
17 26.47
Sumber : Gaspersz, 2000
2.22. Industri Kelapa Sawit
Kelapa sawit Elaeis guinenensis merupakan tanaman perenial berumur panjang, dapat berproduksi hingga usia 30 tahun. Bibit kelapa sawit diperoleh
dengan pembibitan dan setelah 12 bulan, tanaman mulai dapat ditanam di perkebunan. Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang banyak tumbuh di
kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Suhu optimum untuk pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
kelapa sawit adalah 28º Celsius, dengan ketinggian 0-500 meter dari permukaan laut. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 2000-3000
mm per tahun. Jenis tanah yang cocok untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah latosol
dan podsolik merah kuning. Tanaman kelapa sawit dapat berbuah setelah berusia 3-4 tahun dengan
kemampuan produksi awal sekitar 7-9 ton per hektar per tahun. Hasil buah optimal dapat diperoleh sampai dengan tanaman berusia 25 tahun, dengan puncak
produksi pada usia 9-14 tahun produksi sekitar 27 ton per hektar per tahun dan mulai menurun setelah usia 20 tahun produksi sekitar 20 ton per hektar per
tahun. Tandan buah segar kelapa sawit harus dimasukkan dalam proses produksi
dalam waktu 24 jam untuk menghindari meningkatnya kadar asam buah yang dapat mempengaruhi kualitas minyak kelapa sawit crude palm oil. Dari tandan
buah segar yang diolah, dapat dihasilkan minyak kelapa sawit crude palm oil dengan rendemen sekitar 17-22 dan inti sawit palm kernel dengan rendemen
4,6-5. Tingkat ekstraksi tandan buah segar sangat dipengaruhi oleh umur dan kondisi tanaman, serta penanganan paska panen.
Bagian utama dari tandan buah segar kelapa sawit yang diolah adalah buahnya. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah crude
palm oil yang dapat diolah lebih lanjut menjadi beberapa produk turunan, seperti
minyak goring, margarine, bahan baku industri alkohol dan oleokimia. Tandan buah segar direbus dengan suhu 90º Celsius untuk membuat lunak daging
buahnya. Tahapan selanjutnya adalah mekanisme pemisahan bagian dari rebusan buah sawit yang masuk proses produksi minyak kelapa sawit crude palm oil dan
Universitas Sumatera Utara
minyak inti sawit palm kernel oil. Daging buah yang telah lunak dipisahkan dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang,
lalu masuk ke proses selanjutnya untuk menghasilkan minyak kelapa sawit crude palm oil
, sementara inti dan cangkang dari proses pressing dialirkan ke tahap lainnya untuk diolah menjadi minyak inti sawit palm kernel oil, sebagaimana
tampak pada gambar 2.2.
2.23. Penelitian Terdahulu Mapping
Penelitian pertama adalah penelitian dengan judul “Business Tax Incentives and Investment”
dalam Karier 1994
, penelitian ini memiliki hipotesis awal bahwa fasilitas pajak berupa tax credit yang diberikan oleh pemerintah AS
tidak memberikan dampak yang cukup signifikan dalam pertumbuhan investasi ekspansi yang ada. Kemudian dilakukan penelitian lebih lanjut guna meneliti
bagaimanakah seharusnya tax credit diberlakukan. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa tax credit yang diberikan oleh pemerintah tidak memberikan
dampak yang berarti dalam pertumbuhan investasi. Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa hanya 12 sen dari tiap-
tiap dollar setelah pajak yang di investasikan kembali oleh perusahaan. Sedangkan sisanya digunakan untuk membayar dividen yang tinggi, membeli saham atau
obligasi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa pemberian insentif pajak hanya akan menjadi sia-sia apabila diberikan kepada
seluruh bidang usaha tanpa mempertimbangkan beberapa faktor yang diperlukan. Penelitian menyarankan, sebaiknya dalam pemberian insentif pajak pemerintah
Universitas Sumatera Utara
mempertimbangkan terlebih dahulu bidang usahanya, sehingga upaya mencapai pertumbuhan investasi dapat tercapai.
Penelitan kedua adalah penelitian dengan judul “The Economics of Foreign Direct Investment Incentives
” dalam Blomstrom Kokko 2003
. Penelitian tersebut ingin mencari informasi mengenai suatu desain insentif
perpajakan yang baik. Menurut penelitian tersebut untuk ‘mengundang’ investasi ke suatu negara pada umumnya negara-negara tersebut memberikan berbagai
macam insentif usaha. Akan tetapi menemukan desain program insentif tersebut bukanlah hal yang mudah. Kompetisi untuk memperebutkan investasi dalam suatu
kawasan regional semakin mempersulit keadaan. Sehingga menurut penelitian tersebut sebaiknya dibuat suatu aturan umum dalam kawasan regional tersebut
mengenai macam-macam insentif yang akan diberikan sehingga terjalin koordinasi yang baik antara negara yang satu dengan negara lainnya. Salah satu
contoh penerapan harmonisasi ini menurut penelitian tersebut adalah di negara- negara uni eropa, yang telah menerapkan harmonisasi insentif usaha.
Hal lain yang di dapat dalam penelitian tersebut adalah pengaruh dari adanya foreign direct investment FDI, menurut penelitian tersebut banyak
negara-negara yang menempatkan kebijakan dalam pemberian insentif usaha kepada FDI pada urutan teratas, bukan hanya mengharapkan manfaat tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, melainkan juga peningkatan teknologi dalam industri dan meningkatkan skill pekerja di negaranya. Penelitian tersebut
merekomendasikan agar pemerintah memberikan insentif usaha kepada sektor usaha tertentu yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap kemajuan
pendidikan, training, dan juga pengembangan sumber daya manusia.
Universitas Sumatera Utara
Penelitan ketiga adalah penelitian dengan judul “Hubungan Kebijakan Insentif Pajak dengan Iklim Investasi bagi Perusahaan Penanaman Modal Asing
Sektor Industri Tekstil di Indonesia” yang dilakukan oleh Hartono dan Setyowati 2009
. Penelitian tersebut ingin mencari informasi mengenai pengaruh kebijakan pemberian insentif pajak terhadap iklim berinvestasi pada sektor industri tekstil di
Indonesia, khususnya yang terdaftar sebagai wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Empat. Menurut penelitian tersebut kebijakan
insentif pajak tidak berhubungan secara signifikan dengan iklim investasi perusahaan PMA sektor industri tekstil.
Penelitan keempat adalah penelitian dengan judul “Efektivitas Insentif PPh Terhadap Tingkat Kepuasan Wajib Pajak PMA” yang dilakukan oleh Sutrisno Ali
2012 . Penelitian tersebut ingin mencari informasi tentang tingkat kepuasan
wajib pajak terhadap pemberian insentif PPh. Menurut penelitian tersebut pemberian insentif PPh memiliki keterkaitan erat terhadap tingkat kepuasan yang
diterima wajib pajak. Berkaitan dengan insentif pajak, Sutrisno memberikan tiga saran. Pertama, insentif PPh pada umumnya menjadi sarana untuk menarik
investor agar mau melakukan investasi. Namun bukanlah satu-satunya insentif untuk menarik investasi asing. Ada unsur lain yang perlu dipertimbangkan yang
bersifat non tax incentives, seperti infra struktur, kepastian hukum dalam pengaturan perburuhan, lalu lintas devisa, dan kestabilan politik.
Kedua, pada dasarnya perusahaan akan bertindak secara ekonomis, yaitu untuk mendapatkan keuntungan dengan cara seefisien mungkin. Oleh karena itu
pemerintah dalam memberikan insentif perlu memperhatikan harapan Wajib Pajak atas insentif pajak yang diberikan, misalnya untuk investasi perusahaan minyak
Universitas Sumatera Utara
sawit, lokasi yang diberikan insentif adalah daerah yang lahannya cocok untuk kelapa sawit namun tidak banyak merugikan lingkungan sekitarnya.
Ketiga, pemilihan sektor atau bidang usaha serta lokasi yang mendapatkan insentif perlu dipertimbangkan dengan seksama agar tidak merugikan masyarakat
setempat dan industri dalam negeri yang sudah ada. Dengan kata lain harus dipertimbangkan faktor sosiologis adat dan budaya setempat agar tidak terjadi
benturan sosial yang menghambat pembangunan nasional.
Tabel 2.2. Mapping penelitian sebelumnya
Peneliti Tahun Judul Penelitian
HasilSaran
Karier 1994
Business Tax Incentives and
Investment -
Pemberian insentif pajak harus mempertimbangkan
lebih dahulu bidang
usahanya, sehingga
upaya mencapai pertumbuhan investasi dapat
tercapai Blomstrom
Kokko 2003
The Economics of Foreign Direct
Investment Incentives
- Harmonisasi insentif usaha.
- Pemberian insentif usaha harus
diprioritaskan kepada sektor usaha tertentu yang dapat
memberikan pengaruh besar terhadap kemajuan pendidikan,
pelatihan, dan pengembangan sumber daya manusia
Hartono Setyowati
2009 Hubungan Insentif
Pajak dengan Iklim Investasi
bagi PMA Sektor Industri Tekstil di
Indonesia -
Kebijakan insentif pajak tidak berhubungan secara signifikan
dengan iklim investasi perusahaan PMA di sektor
industri tekstil.
- Akses pasar merupakan faktor
yang lebih penting dalam menarik investor asing di
sektor industri tekstil di Indonesia.
Sutrisno Ali 2012
Efektivitas -
Insentif pajak penghasilan bukanlah satu-satunya sarana
menarik investasi.
Universitas Sumatera Utara
Insentif PPh Terhadap
Kepuasan Wajib Pajak PMA
- Pemberian insentif harus
sesuai dengan ekspektasi terkait dengan core bussiness
tiap sektor usaha.
- Pemilihan sektor yang berhak
diberikan insentif harus mempertimbangkan faktor
sosiologis untuk menghindari benturan sosial.
Sumber : Penelitian terdahulu, data diolah
2.24. Kerangka Konseptual
Indonesia memiliki kebutuhan untuk merevitalisasi industri minyak sawit dari hulu sampai ke hilir. Pengurus Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia
GAPKI, menjadikan investasi untuk merevitalisasi industri sawit sebagai fokus utama menuju sustainable industry. Investasi yang mencakup ekspansi lahan dan
teknologi terbarukan yang ramah lingkungan dalam pengolahan minyak sawit membutuhkan kemampuan finansial yang besar, untuk itu pelaku usaha di sektor
ini, sangat mengharapkan peran pemerintah melalui insentif kebijakan maupun diskresi adminstrasi.
Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori, dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka dibentuk suatu kerangka konseptual penelitian
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Kerangka Konseptual Penelitian
Keterangan ; KIP
: Kebijakan insentif pajak IS
: Investasi sosial P
: Produktivitas KIP1 : Pengecualian dari pengenaan pajak
KIP2 : Pengurangan dasar pengenaan pajak KIP3 : Diskresi administrasi pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan
IS1 : Pemberian beasiswa dan biaya penelitian dan pengembangan
IS2 : Pelatihan teknologi
IS3 : Pendampingan kegiatan masyarakat
IS4 : Perbaikan sarana umum
P1 : Efisiensi
P2 : Efektifitas
P3 : Kualitas
KIP1 KIP2
KIP3
P1 P2
P3
IS3 IS2
IS1 KIP
IS P
IS4
Universitas Sumatera Utara
2.25. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1.
Kebijakan insentif pajak memiliki pengaruh positif terhadap produktivitas sektor industri pengolahan kelapa sawit di wilayah kerja Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I. 2.
Kebijakan insentif pajak mempunyai pengaruh positif terhadap produktivitas sektor industri pengolahan kelapa sawit melalui investasi sosial sektor di
industri pengolahan kelapa sawit di wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Bagian Utara I. Penelitian berlangsung selama 4 bulan, yakni
mulai bulan Februari 2013 sampai dengan bulan Juni 2013.
3.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian penjelasan explanatory research yakni kausalitas, Umar
2008 menyebutkan desain kausalitas berguna untuk
menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen dimana variabel independennya
diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependennya secara langsung.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Menurut Sugiyono 2008
Populasi merupakan jumlah keseluruhan objek yang diteliti, sementara sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah 137 wajib pajak sektor industri pengolahan kelapa sawit yang terdaftar di wilayah kerja
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah wajib pajak industri pengolahan kelapa sawit yang terdaftar di wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Sumatera Utara I. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan rumus Slovin dalam Husein Umar
2007 , sebagai berikut :
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
e = tingkat kesalahan. Tingkat kesalahan ditetapkan 5.
Penghitungannya ukuran sampelnya adalah :
n = 102 responden digenapkan
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terhadap Wajib Pajak industri pengolahan kelapa sawit. Kuesioner dibuat sejumlah 31 pertanyaan yang terdiri
atas 9 pertanyaan untuk variabel kebijakan insentif pajak eksogen, 13 pertanyaan
Universitas Sumatera Utara
untuk variabel investasi sosial intervening, dan 9 pertanyaan untuk variabel produktivitas endogen. Pengukuran jawaban kuisioner menggunakan skala likert
interval 1 sampai 5, diukur dengan interval 1-sangat tidak setuju sampai 5-sangat setuju. Sebelum kuesioner disampaikan kepada responden, terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas. 1.
Uji Validitas. Membentuk pertanyaan-pertanyaan angket yang relevan dengan konsep atau teori
dan mengkonsultasikannya dengan ahli judgement report dalam hal ini didiskusikan dengan pembimbing dan tidak menggunakan penghitungan statistik.
Menguji kekuatan hubungan korelasi antara skor item dengan skor total variabel dengan menggunakan korelasi product momet, jika korelasi signifikan maka
butiritem pertanyaan valid. Pengujian validitas konstruksi ini dilakukan dengan pendekatan sekali jalan single trial. Jika tedapat butir yang tidak valid maka
butir tersebut dibuang. Butir yang valid dijadikan pertanyaan angket yang sesungguhnya untuk diberikan pada seluruh responden yang sudah ditentukan
sebanyak 102 responden. Untuk menghitung validitas kuesioner digunakan rumus Product Moment
angka kasar, Arikunto 2006
.
Keterangan : X
= skor soal Y
= skor total r
xy
N = banyak responden
= koefisien korelasi antara skor soal dan skor total
Universitas Sumatera Utara
Bila r
xy
hitung r
xy
2. Uji Reliabilitas.
tabel dengan dk = N-2 dengan taraf signifikan α =
0,05, maka disimpulkan bahwa butir item disusun sudah valid. Berdasarkan hasil penghitungan,
Untuk mengetahui konsentrasi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung kecermatan pengukuran maka dilakukan uji reliabilitas. Suatu konstruk atau
variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha 0,600 Ghozali
2005 . Interpretasi koefisien reliabilitas
untuk uji reliabilitas
Guilford dalam Ruseffendi, 2005:160:
Keterangan : = koefisien reliabilitas
n = banyak butir soal
= varians skor soal ke i
= varians skor total
3.5. Jenis dan Sumber Data 3.5.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam dua macam, yaitu : 1.
Data Kuantitatif, adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka yang dapat dihitung. Dalam penelitian ini yang termasuk data kuantitatif adalah
jumlah wajib pajak sektor industri pengolahan kelapa sawit yang terdaftar di wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I
Universitas Sumatera Utara
2. Data Kualitatif, adalah data yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka-
angka. Dalam penelitian ini yang termasuk data kualitatif adalah interpretasi subyek atas kuisioner.
3.5.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam dua macam, yaitu :
1. Data Primer, adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
langsung dari sumber atau obyeknya Supranto, 1997
. Data primer dalam penelitian ini adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan jawaban atau
interpretasi responden terhadap kuisioner yang diberikan.
2. Data Sekunder, adalah data yang pengumpulan dan pengolahannya bukan dari
usaha sendiri, tetapi dilakukan oleh pihak lain yang diperoleh dari tempat penelitian dengan pendekatan observasi, seperti jumlah wajib pajak sektor
industri pengolahan kelapa sawit yang terdaftar di wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I
3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Penelitian 3.6.1. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel independen atau variabel bebas x, dalam SEM Structural Equation
Model disebut juga variabel eksogen, adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independenvariabel eksogen adalah
kebijakan insentif pajak KIP, dengan indikator terdiri atas : Pengecualian dari pengenaan pajak KIP1, Pengurangan dasar pengenaan pajak KIP2, dan diskresi
administrasi pemenuhan hak dan kewajiban pajak KIP3
Universitas Sumatera Utara
2. Variabel intervening , adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain dan juga dipengaruhi oleh variabel yang lainnya, variabel intervening disebut juga
variabel dependen pertama. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel intervening adalah investasi sosial IS, dengan indikator terdiri atas : pemberian
beasiswa dan biaya litbang IS1, pelatihan teknologi ramah lingkungan IS2, pendampingan kegiatan masyarakat IS3, dan perbaikan sarana umum IS4
3. Variabel dependen atau variabel terikat , dalam SEM Structural Equation Model
disebut juga variabel endogen, adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini, yang menjadi
variabel dependenvariabel endogen adalah produktivitas P, dengan indikator terdiri atas : efisiensi P1, efektifitas P2, dan kualitas P3
3.6.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional pada penelitian adalah unsur penelitian yang terkait dengan variabel yang terdapat dalam judul penelitian atau yang tercakup dalam
paradigma penelitian sesuai dengan hasil perumusan masalah. Supranoto menyatakan, teori ini dipergunakan sebagai landasan atau alasan tentang sesuatu
yang bersangkutan memang bisa mempengaruhi variabel tak bebas atau merupakan salah satu penyebab
2003 . Sementara Singarimbun
1995 menyatakan, definisi operasional pada penelitian adalah unsur penelitian yang
memberitahukan tentang cara mengukur suatu variabel. Untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan variabel yang dianalisis,
berikut ini dijelaskan definisi operasional dari masing-masing variabel :
Universitas Sumatera Utara
1. Kebijakan Insentif Pajak