Analisis Hasil Penelitian

D. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Awal

Data awal yang digunakan dalam analisis berupa nilai ujian semester gasal kelas VII. Analisis awal ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok kontrol, kelompok eksperimen 1, dan kelompok eksperimen 2 dari keadaan yang sama.

a. Uji Normalitas Sampel Untuk mengetahui normalitas sampel dari populasi dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors, pada taraf signifikan 5%. Kriteria dalam uji normalitas ini adalah : Ho : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal Ha : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

Lo < L tabel , maka Ho diterima Lo > L tabel , maka Ho ditolak

1) Hasil perhitungan uji kenormalan kelompok eksperimen 1 ( kelas

VII C ) didapatkan Lo hitung = 0,0601. Kemudian kita bandingkan dengan nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis untuk uji liliefors dengan taraf signifikan sebesar 5% dan n = 35 diperoleh L tabel = 0,1498, karena harga Lo hitung <L tabel yaitu (0,0601 < 0,1498) maka data nilai ujian matematika semester gasal kelas VII C SMP

N 3 Rembang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 38.

2) Hasil perhitungan uji kenormalan kelompok eksperimen 2 ( kelas

VII D ) didapatkan Lo hitung = 0,1396. Kemudian kita bandingkan dengan nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis untuk uji liliefors dengan taraf signifikan sebesar 5% dan n = 35 diperoleh L tabel = 0,1498, karena harga Lo hitung <L tabel yaitu (0,1396 < 0,1498) maka data nilai ujian matematika semester gasal kelas VII D SMP N

3 Rembang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 39.

3) Hasil perhitungan uji kenormalan kelompok kontrol ( kelas VII A ) didapatkan Lo hitung = 0,1199. Kemudian kita bandingkan dengan nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis untuk uji liliefors dengan taraf signifikan sebesar 5% dan n = 35 diperoleh L tabel = 0,1498, karena harga Lo hitung <L tabel yaitu (0,1199 < 0,1498) maka data nilai ujian matematika semester gasal kelas VII A SMP N 3 Rembang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 40.

b. Uji Homogenitas Sampel Untuk mengetahui apakah sampel diperoleh dari populasi yang homogen maka perlu diuji homogenitas sampel dengan uji Bartlett. Berdasarkan perhitungan diperoleh :

B = 148,41 2 

(n  i 1)logS i = 147,087

Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan 2 χ tabel . Untuk taraf signifikan 5% dan dk = k -1 = 3 – 1 = 2 maka dari daftar chi

kuadrat diperoleh χ 2 (0.95) (2) = 5,99. Kriteria pengujian tolak Ho jika

2 2 2 χ 2 hitung > χ tabel jadi karena χ hitung < χ tabel yaitu 3,046 < 5,99 maka Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa sampel dalam keadaan homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 41.

2. Analisis Akhir

a. Uji Normalitas Data Untuk mengetahui normalitas sampel dari populasi dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors, pada taraf signifikan 5%. Kriteria dalam uji normalitas ini adalah : Ho : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal Ha : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

Lo < L tabel , maka Ho diterima Lo > L tabel , maka Ho ditolak

1) Hasil perhitungan uji kenormalan kelompok eksperimen 1 ( kelas

VII C ) didapatkan Lo hitung = 0,0824. Kemudian kita bandingkan dengan nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis untuk uji liliefors dengan taraf signifikan sebesar 5% dan n = 35 diperoleh

L tabel = 0,1498, karena harga L hitung <L tabel yaitu (0,0824 < 0,1498) maka data nilai evaluasi pada kelompok eksperimen 1 ( kelas VII C ) berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 45.

2) Hasil perhitungan uji kenormalan kelompok eksperimen 2 ( kelas

VII D ) didapatkan Lo hitung = 0,0754. Kemudian kita bandingkan dengan nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis untuk uji liliefors dengan taraf signifikan sebesar 5% dan n = 35 diperoleh L tabel = 0,1498, karena harga Lo hitung <L tabel yaitu (0,0754 < 0,1498) maka data nilai evaluasi pada kelompok eksperimen 2 ( kelas VII D ) berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 46.

3) Hasil perhitungan uji kenormalan kelompok kontrol ( kelas VII A ) didapatkan Lo hitung = 0,108. Kemudian kita bandingkan dengan nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis untuk uji liliefors dengan taraf signifikan sebesar 5% dan n = 35 diperoleh L tabel = 0,1498, karena harga Lo hitung <L tabel yaitu (0,108 < 0,1498) maka data nilai evaluasi pada kelompok kontrol ( kelas VII A ) berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 47.

b. Uji Homogenitas Data Untuk mengetahui apakah sampel diperoleh dari populasi yang homogen maka perlu diuji homogenitas sampel dengan uji Bartlett.

Berdasarkan perhitungan diperoleh :

B = 174,624 2 

(n  i 1)logS i = 172,828 Maka :

Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan 2 χ tabel . Untuk taraf signifikan 5% dan dk = k -1 = 3 – 1 = 2 maka dari daftar chi

kuadrat diperoleh χ 2 (0.95) (2) = 5,99. Kriteria pengujian tolak Ho jika

2 2 2 χ 2 hitung > χ tabel jadi karena χ hitung < χ tabel yaitu 4,135 < 5,99 maka Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa sampel dalam keadaan homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 48.

c. Uji Anova Satu Jalur Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar antara siswa yang mendapatkan pembelajaran TGT, pembelajaran Group Investigation dan pembelajaran konvensional digunakan Uji Anova Satu Jalan. Ketentuan pengujian hipotesis : bila harga F hitung F tabel

maka Ho diterima, dan Ha ditolak. Berdasarkan perhitungan diperoleh : Jumlah kuadrat rata-rata (JKR) = 646486,87 Jumlah kuadrat antar kelompok (JKA) = 838,93 Jumlah kuadrat dalam (JKD) = 5251,2 Jumlah kuadrat total (JK tot) = 652577

dk (rata-rata) = 1 dk (antar kelompok) = (k-1)= (3-1) = 2

dk (dalam kelompok) = n  1  1  = 102

KT (rata-rata) = JKR:1 = 646486,9:1 = 646486,9 KT (antar kelompok) = JKA:(k-1) = 838,93:2 = 419,4667

KT (dalam kelompok) = JKD:( n  1  1  }= 5251,2:102= 51,48235

KT A 419,4667

F (kesamaan rata-rata) =

KT D 51,48235

Dengan taraf 5%, dk pembilang 2 dan dk penyebut 102 diperoleh

F tabel = 3,09. Ternyata harga F hitung > F tabel yaitu 8,15 > 3,09 maka Ho yang diajukan ditolak dan Ha diterima, dengan kata lain jika diberikan perlakuan yang berbeda memberikan hasil yang secara nyata berbeda pula Karena Ho ditolak maka kesimpulannya terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mendapatkan pembelajaran TGT, pembelajaran Group Investigation , dan pembelajaran konvensional (ekspositori) pada pokok bahasan himpunan bagian kelas VII Semester 2 SMP N 3 Rembang.

Di sini belum diketahui model manakah yang lebih baik antara siswa yang mendapat pembelajaran TGT dengan konvensional (ekspositori), pembelajaran Group Investigation dengan konvensional (ekspositori), atau yang mendapatkan pembelajaran (TGT) dengan Group Investigation . Untuk itu diperlukan pembuktian antar dua sampel tersebut, dengan t-test (related berpasangan).

d. Uji Lanjut (t-test) Dari lampiran 50 diperoleh analisis data tes hasil belajar matematika pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok kontrol dengan uji t dan taraf  = 0,05 diperoleh t hitung = 3,787 dan t tabel = 1,67 sehingga t hitung >t tabel dan Ho ditolak. Hal ini menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif model TGT (kelompok eksperimen 1) lebih baik dari hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional (kelompok kontrol) dengan nilai rata – rata yang diperoleh model TGT adalah 82,03, sedangkan untuk nilai rata – rata yang diperoleh model konvensional adalah 75,11.

Analisis data tes hasil belajar matematika pada kelompok eksperimen 2 dan kelompok kontrol dengan uji t dan taraf  = 0,05 diperoleh t hitung = 2,052 dan t tabel = 1,67 sehingga t hitung >t tabel dan Ho ditolak. Hal ini menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif model Group Investigation (kelompok eksperimen 2) lebih baik dari hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional (kelompok kontrol) dengan nilai rata – rata yang diperoleh model Group Investigation adalah 78,26, sedangkan untuk nilai rata – rata yang diperoleh model konvensional adalah 75,11.

Analisis data tes hasil belajar matematika pada kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 dengan uji t dan taraf  = 0,05

diperoleh t hitung = 2,129 dan t tabel = 1,67 sehingga t hitung >t tabel dan Ho ditolak. Hal ini menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif model TGT (kelompok eksperimen 1) lebih baik dari hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (kelompok eksperimen 2) dengan nilai rata – rata yang diperoleh model TGT adalah 82,03, sedangkan untuk nilai rata – rata yang diperoleh model Group Investigation adalah 78,26.

e. Ketuntasan Belajar

1) Uji ketuntasan belajar kelompok eksperimen 1

a) Ketuntasan belajar secara individu Contoh perhitungan prosentase penguasaan siswa nomor absen 4 yaitu:

KBI 

skor yang  didapat 

skor maksimum  85 

Untuk siswa nomor absen yang lainya dapat dihitung prosentase penguasaan dengan cara yang sama seperti di atas. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 51.

Ketuntasan belajar secara individual pada kelompok eksperimen 1 dinyatakan sudah tercapai, hal ini dikarenakan

hasil belajar atau prosentase penguasaannya sudah lebih dari 65%.

b) Ketuntasan belajar secara klasikal Perhitungan untuk menentukan prosentase penguasaan kelas adalah sebagai berikut:

 N TB

KBK 

jumlah siswa yang tuntas  belajar  100 %

jumlah siswa yang mengikuti tes  33

x 100 %  94 %

35 Sehingga pada kelompok eksperimen 1 ketuntasan belajar secara klasikal dinyatakan sudah tercapai, karena hasil belajar atau prosentase penguasaan kelas sudah lebih dari 85%.

2) Uji ketuntasan belajar kelompok eksperimen 2

a) Ketuntasan belajar secara individu Contoh perhitungan prosentase penguasaan siswa nomor absen 4 yaitu: R S

KBI    R M

skor yang  didapat 

skor maksimum  78 

Untuk siswa nomor absen yang lainya dapat dihitung prosentase penguasaan dengan cara yang sama seperti di atas. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 52.

Ketuntasan belajar secara individual pada kelompok eksperimen 2 dinyatakan sudah tercapai, hal ini dikarenakan hasil belajar atau prosentase penguasaannya lebih dari 65%.

b) Ketuntasan belajar secara klasikal Perhitungan untuk menentukan prosentase penguasaan kelas adalah sebagai berikut:

 N TB

KBK 

jumlah siswa yang tuntas  belajar  100 % jumlah siswa yang mengikuti tes

 32 x 100 % 35

 91 % Sehingga pada kelompok eksperimen 2 ketuntasan belajar

secara klasikal dinyatakan telah tercapai, karena hasil belajar atau prosentase penguasaan kelas lebih dari 85%.

3) Uji ketuntasan belajar kelompok kontrol

a) Ketuntasan belajar secara individu Contoh perhitungan prosentase penguasaan siswa nomor absen 4 yaitu:

KBI 

skor yang  didapat 

skor maksimum  78 

 78 % Untuk siswa nomor absen yang lainya dapat dihitung

prosentase penguasaan dengan cara yang sama seperti di atas. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 43.

Ketuntasan belajar secara individual pada kelompok kontrol dinyatakan sudah tercapai, hal ini dikarenakan hasil belajar atau prosentase penguasaannya sudah lebih dari 65%.

b) Ketuntasan belajar secara klasikal Perhitungan untuk menentukan prosentase penguasaan kelas adalah sebagai berikut:

 N TB