MUNICIPALISME LIBERTARIAN; DIMENSI POLITIK EKOLOGI-ANARKISME

MUNICIPALISME LIBERTARIAN; DIMENSI POLITIK EKOLOGI-ANARKISME

Praktik Eko-Anarkisme yang dijelaskan dalam kerangka bottom-up sebelumnya seringkali mendapat kritik dari kalangan Marxis sebagai sesuatu yang dianggap kurang revolusioner. Pandangan tersebut sangatlah keliru. Harvey (2012) menyatakan bahwa

Bookchin's proposal is by far the most sophisticated radical proposal to deal with the creation and collective use of the commons across a variety of scales, and is well worth elaborating as part of the radical anti-capitalist agenda . Kalangan Marxis ortodok uu

a erpe dapat kalau Perjua ga ekologi adalah sesuatu yang harus kita rebut melalui perjuangan politik , uka kita i ta pada pe guasa/ Negara . Tak diragukan lagi, kaum Anarkis sepenuhnya sependapat dengan pernyataan tersebut. Pernyataannya kemudian, bagaimana caranya? Lalu bagaimana menjalankan kemenangannya jika telah berhasil direbut? Kedua pertanyaan ini yang kemudian memisahkan gerakan Anarkisme dengan gerakan Marxisme. Gerakan ekologis Marxisme selalu menekankan perjuangan politik (praktis), dimana biasanya, perjuangan tersebut hanya akan menyisakan perjuangan politik (beserta kepentinganya) sementara perjuangan ekologis (beserta kepentingannya)

Gerakan Ekologi Anarkisme sendiri mempunyai dimensi politik yang paling radikal seperti yang dijelaskan oleh Harvey sebelumnya yaitu Munisipalisme libertarian. Municipalisme libertarian adalah salah satu diantara sekian banyak teori politik yang memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip dan praktek-praktek demokrasi. Berbeda dengan kebanyakan teori lainnya, munisipalisme libertarian tidak menerima gagasan konvensional bahwa Negara beserta sistem pemerintahan yang menjadi khas negara-negara Barat dewasa ini adalah betul-betul demokratis. Munisipalisme libertarian berupaya membangkitkan kemungkinan-kemungkinan demokrasi yang tersembunyi dalam pemerintahan-pemerintahan lokal yang ada dan mengubahnya menjadi demokrasi langsung. Ia bertujuan mendesentralisasikan komunitas-komunitas politik ini sehingga secara manusiawi terjalin dan terikat dengan lingkungan alamiahnya. Ia juga bertujuan memulihkan praktik-praktik dan kualitas kewargaan sehingga laki-laki dan perempuan secara kolektif berpeluang mengelola komunitas-komunitas mereka sendiri, sesuai dengan etika pembagian dan kerjasama, dan bukan bergantung pada kelompok elit. Manakala demokrasi-demokrasi langsung telah tercipta, munisipalitas-munisipalitas yang terdemokratisasi bersatu dalam konfederasi-konfederasi yang pada gilirannya mampu menghadirkan perlawanan terhadap kapitalisme dan Negara-Bangsa, untuk menuju ke masyarakat Anarkis-Ekologis-Rasional (Beihl 1998; 2016).

Konsekuensi Praktik Munisipalisme :

1. Demokrasi Langsung Demokrasi langsung yang dimaksud disini berbeda sama sekali dengan klaim

de okrasi la gsu g a g saat i i seda g dijala ka di I do esia. De okrasi Langsung yang dimaksud dalam prinsip municipalisme adalah penolakan terhadap semua bentuk perwakilan/ representasi/ elitisme (partai, elit, penguasa, dsb)

2. Konfederalisme Prinsip organisasi politik dan sosial yang luas dan bisa melembagakan interdependensi kelompok-kelompok municipal tanpa melibatkan Negara dan pada saat yang sama juga mempertahankan kuasa pada dewan-dewan munisipal yang otonom. Singkatnya, dalam prinsip konfederalisme ini artinya menolak segala bentuk pemusatan kekuasaan.

3. Municipalisme Ekonomi Munisipalisme libertarian mengembangkan bentuk kepemilikan yang sepenuhnya bersifat publik. Ekonomi politik yang diajukannya adalah ekonomi yang tidak dimiliki secara pribadi, juga tidak dipecah menjadi kumpulan-kumpulan kecil dan tidak dinasionalisasi. Ia adalah ekonomi yang dimunisipalisasi, ditempatkan dibawah ko trol kepe ilika ko u itas.

Demikianlah teori Anarkisme fit in dalam perdebatan krisis ekologi lingkungan yang sedang berlangsung. Lebih jauh lagi, teori Anarkisme menawarkan strategi (baik bottom up

– maupun top down) yang tidak tunggal. Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa fenomena degradasi lingkungan yang saat ini terjadi tidaklah mungkin memiliki strategi pemecahan

yang tunggal. Sehingga penting untuk para aktivis lingkungan untuk mendalami suatu permasalahan secara mendalam, untuk kemudian memilah dan memilih bagaimana strategi yang akan digunakan. Sehingga kedepannya, perjuangan ekologis tidak hanya sebatas perlawanan, tetapi lebih jauh lagi, perjuangan ekologis memiliki solusi yang ilmiah dan rasional untuk dapat diterapkan.