Acara Pernikahan

3.2 Acara Pernikahan

Dalam masyarakat M andailing perkawinan merupakan peristiwa besar yang didasarkan pada harapan-harapan besar seperti upaya kelanjutan keturunan, pembinaan hubungan di antara keluarga antara kedua belah pihak suami dan isteri. Besarnya makna sebuah perkawinan dalam masyarakat M andailing ditandai dengan keterlibatan ketiga pilar dalam masyarakat M andailing yaitu kahanggi, mora dan

anak boru.

M enurut Bachtiar (2004), Definisi Perkawinan adalah pintu bagi bertemunya dua hati dalam naungan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, yang didalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia, harmonis, serta mendapat keturunan. Perkawinan itu merupakan ikatan yang kuat yang didasari oleh perasaan cinta yang sangat mendalam dari masing-masing pihak untuk hidup bergaul guna memelihara kelangsungan manusia di bumi.

Nikah secara islam yang dilaksanakan menurut hukum fiqih adalah merupakan bagian yang sangat menentukan dari keseluruhan acara perkawinan adat. Penelitian yang sering ditemui oleh penulis pada waktu pelaksanaannya yaitu yang dilaksanakan pada pagi hari sekitar pukul 08:00 pagi atau pada malam hari pada pukul 20:00 malam. Apa bila pelaksanaannya pada pagi hari, pada malam harinya akan diadakan wirit yasin sama seperti yang dilaksanakan pada malam hari yang sekaligus malamnya langsung mengadakan wirit yasin dengan tujuan untuk meminta doa agar selamat agar kiranya perkawinan yang diadakan akan berjalan lancar dan tidak ada hambatan atau halangan.

Adapun Hadits Al-qur’an yang menganjurkan kepada umat islam untuk melakukan pernikahan yaitu:

"Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin allah akan mengkayakan mereka dengan karunianya. Dan allah maha luas (pemberiannya) dan maha mengetahui." (qs. An nuur (24) : 32).

M asyarakat M andailing adalah masyarakat yang taat beragama. M eskipun orang M andailing hidup sesuai tradisi dan norma-norma sosial namun keberadaan agama (Islam) berada diatas adat dan tradisi. Dalam adat masyarakat M andailing, adat tunduk kepada agama kemudian yang dianggap melanggar agama dalam pelaksanaan adat dikesampingkan dan tidak dilakukan dalam pelaksanaannya. Sehingga pada praktiknya seorang laki-laki M andailing bisa saja menikah lagi M asyarakat M andailing adalah masyarakat yang taat beragama. M eskipun orang M andailing hidup sesuai tradisi dan norma-norma sosial namun keberadaan agama (Islam) berada diatas adat dan tradisi. Dalam adat masyarakat M andailing, adat tunduk kepada agama kemudian yang dianggap melanggar agama dalam pelaksanaan adat dikesampingkan dan tidak dilakukan dalam pelaksanaannya. Sehingga pada praktiknya seorang laki-laki M andailing bisa saja menikah lagi

Dalam masyarakat tradisional M andailing perkawinan satu marga dilarang karena masih terdapat satu darah ataupun masih satu keluarga misalny a antara seorang gadis bermarga Nasution dengan pemuda semarga karena adat melarang hal itu. Namun setelah masuknya agama islam berkembang pesat didalam masyarakat M andailing maka perkawinan satu marga sudah lumrah terjadi sebab agama Islam tidak melarangnya untuk menikahinya.

3.2.1 Horja Haroan Boru

Horja haroan boru adalah Upacara perkawinan yang dilaksanakan dirumah pihak keluarga laki-laki (bayo pangoli). Biasanya setelah diupacarakan secara adat dipihak keluarga boru na ni oli tidaklah terlalu lama untuk mengadakan upacara adat perkawinan dipihak keluarga laki-laki tergantung sepakat yang telah ditentukan bersama terhadap keluarga kedua mempelai pengantin bisa seminggu, sebulan dan bahkan satu tahun lamanya.(Ridwan Amanah Nst).

sebelum boru na ni oli (perempuan) untuk pergi menuju rumah bayo pangoli setelah mengadakan pesta adat di rumahnya maka boru na ni oli melakukan tor-tor dengan bertujuan untuk berpamitan kepada orang tuanya serta keluarganya. Tor-tor ini dilakukan untuk meminta izin dan doa restu kepada kedua orang tuanya serta meminta maaf kepada keluarganya apa bila ada kesalahan yang boru na ni oli lakukan terlebih dahulu kepada orang tuanya. Setelah itu boru na ni oli tidak dapat untuk bermanja dengan kedua orang tuanya dan harus hidup mandiri bersama suaminya. Tidak jarang didalam pelaksanaannya tor-tor perpisahan ini sambil menangis karena tidak bisa menahan kesedihan atas kepergian boru na ni oli.

Sementara suhut (yang mengadakan pesta) dari pihak keluarga laki-laki mengundang para kerabat ataupun keluarga yang memiliki ikatan dalihan na tolu dan terkadang para tetanggapun ikut diundang untuk dapat hadir dirumahnya dengan maksud hati dapat membantu didalam pelaksanaan horja godang. Setelah mereka hadir marpokat (mufakat) dilaksanakan untuk membagi tugas-tugas terhadap masing-masing selama horja itu berlangsung dirumah suhut. Dan didapat dijelaskan di acara adat marpokat haroan boru.

3.1.2 Marpokat Haroan Boru

Upacara perkawinan yang dilaksanakan dirumah pihak keluarga laki-laki (bayo pangoli) sebelum melaksanakan horja godang (upacara besar) terlebih dahulu pihak keluarga laki-laki (suhut) mengadakan mufakat (marpokat) kepada sanak famili memohon sudi kiranya agar semua pihak dapat membantu pada saat horja godang berlangsung. Dalam marpokat inilah dibagikan perkejaan masing- masing pihak pada saat horja berlangsung sesuai dengan prinsip dalihan na tolu. Dan biasanya para tetangga ataupun masyarakat setempat ikut berperan dalam membantu pelaksanaan upacara perkawinan seperti masalah dapur dan pekerjaan lainnya.

Didalam marpokat ini juga sediakan makanan pulut beserta intinya agar marpokat ini dapat melekat didalam persaudaraan. Setelah selesai acara makan barulah disurdu burangir (sirih) yang dikarenakan sirih secara umum sangat penting bagi masyarakat M andailing didalam mengadakan upacara adat baik upacara horja siriaon maupun horja siluluton. Perlengkapan burangir itu terdiri dari sontang (gambir), soda (kapur sirih), pining (pinang) dan timbako (tembako). Dari Didalam marpokat ini juga sediakan makanan pulut beserta intinya agar marpokat ini dapat melekat didalam persaudaraan. Setelah selesai acara makan barulah disurdu burangir (sirih) yang dikarenakan sirih secara umum sangat penting bagi masyarakat M andailing didalam mengadakan upacara adat baik upacara horja siriaon maupun horja siluluton. Perlengkapan burangir itu terdiri dari sontang (gambir), soda (kapur sirih), pining (pinang) dan timbako (tembako). Dari

Istilah marpokat sama saja dengan markobar (musyarawah) sehingga untuk mengambil keputusan didalam markobar dimulai dengan membunyikan gondang dua atau gondang tunggu-tunggu dua dan dilanjutkan dengan menortor (tarian adat pelengkap gondang). Seorang suhut adalah pembuka pertama untuk menortor lalu diikuti dengan toko-toko adat yang lain. Pada upacara adat M andailing dimana uning-uningan dibunyikan (margondang) selalu diikuti dengan acara menortor serta nyanyian Zeir (nyanyian adat M andailing). Adapun syarat-syarat menortor itu terdiri dari berpakaian yang sopan dengan memakai lengan panjang dan memakai kain yang dilipat sampai lutut serta memakai peci bagi kaum laki-laki. Sementara bagi kaum perempuan syaratnya yaitu pakai tudung dan kain. Setiap orang yang menortor dislempangi dengan ulos adat (kain adat) pada bahunya. Jika raja diuloskan dibahu menutup kiri kanan bahu. Jika suhut, sabe-sabe disandang dibahu kanan, jika anak boru dikiri dan mora diuloskan dikiri kanan bahu.

Setelah selesai markobar pada keesokkan harinya gordang sambilan diletakkan dibagas gondang atau sopo godang (rumah gordang) sementara dihalaman rumah sudah disibukkan dengan memasak air, nasi dan memasang peralatan-peralatan adat atau disebut paraget atau pago-pago. Peralatan adat ini terdiri dari: (a) mandera adat (bendera adat) menurut jenisnya bendera adat terbagi atas (1) mandera merah putih yang dipasang ditiang tegak lurus sebagai pernyataan

bahwa masyarakat M andailing adalah bagian dari Negara Indonesia, (2) mandera raja panusunan yang berwarna kuning keemasan dan bentuknya segitiga dengan panjang tiga meter, (3) mandera tonggol raja desa na walu yang warnanya kuning kombinasi hitam dan merah dan bentuknya segitiga dengan pannjang tiga meter, (4) mandera harajaon (kerajaan) berwarna kuning dan panjang tujuh meter bentuk persegi panjang dan dibuat runcing seperti tanda panah, (5) Madera lipan-lipan warnanya merah, putih dan hitam selang seling mengikuti lebar mandera dengan ukuran 30 cm dengan panjang tujuh meter dan bentuknya empat persegi panjang dan diujungnya diberi jambul, (6) mandera siararabe berwarna merah, hitam, putih dan kuning dan warna-warna ini dibentuk segitiga kemudian diujungnya diberi jambul, (7) mandera marawan dilangit yang berwarna merah, hitam dan hitam dibentuk segitga dan disusun menurut garis lurus dari kiri kekanan. (b) payung adat yang berwarna kuning keemasan. (c) pedang (podang). (d) tombak. (e) langit-langit dan tabir. (f) rompayen. (g) pelaminan untuk pengantin. Dan pada pintu gerbang sebelum memasuki pekarangan rumah serta simpang jalan menuju rumah pada pintu tersebut terbuat dari bambu dan daun kelapa kemudian ditulis dengan tulisan horas tondi madingin pir tondi matogu sayur matua bulung yang artinya doa dan harapan agar acara ini dapat berjalan dengan lancar dan baik. Disamping bambu sebagai tiang dihiasi juga dengan daun beringin, pohon pisang yang biasanya pisang yang sudah berbuah, sanggar, dingin-dingin, tebu dan silinjuang.

Kemudian pada satu hari menjelang mata ni horja (hari terkhir pesta), gordang sambilan dipindahkan ke rumah suhut dengan dibuka acara markobar didalam markobar ini suhut meminta izin untuk mengadakan gordang sambilan. disini acara markobar dilaksanakan untuk mengambil keizinan dari raja-raja agar dapat memainkan gordang sambilan seperti diketahui bahwa segala sesuatu didalam Kemudian pada satu hari menjelang mata ni horja (hari terkhir pesta), gordang sambilan dipindahkan ke rumah suhut dengan dibuka acara markobar didalam markobar ini suhut meminta izin untuk mengadakan gordang sambilan. disini acara markobar dilaksanakan untuk mengambil keizinan dari raja-raja agar dapat memainkan gordang sambilan seperti diketahui bahwa segala sesuatu didalam

Sekitar jam 08:00 WIB kerbau sudah bisa disembelih (potong) dilanjutkan dengan kesibukkan hal lainnya yang menyangkut keperluan pesta seperti memasak, dikarenakan bahwa siap memasak ini dilanjutkan mengarak kedua pengantin yang diiringi oleh rombongan ketempat rumah yang sudah disiapkan dan biasanya rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah suhut atau pesta.

3.2.3 Mangalo-Alo Boru Dan Manjagit Boru

Ketika kedua pengantin beserta rombongan sudah mempersiapkan diri untuk mengarak kedua pengantin begitu juga dengan makanan yang akan dibawa para rombongan dituntun dengan pembuka jalan yaitu dua orang pencak silat dibelakangnya adalah pembawa tombak sebagai pengawal kemudian kedua pengantin dipayungi dengan payung yang berwarna kuning disusul dengan para keluarga laki-laki dan perempuan dan terakhir adalah penabuh gondang .

Setelah sampai dirumah yang dituju para rombongan disambut dengan keluarga yang sudah menunggu kedatangan mereka dan mempersilahkan masuk agar melaksanakan acara adat selanjutnya. Kemudian setelah semuanya masuk didalam rumah para rombongan dan pengantin membawa makanan yang disiapkan Setelah sampai dirumah yang dituju para rombongan disambut dengan keluarga yang sudah menunggu kedatangan mereka dan mempersilahkan masuk agar melaksanakan acara adat selanjutnya. Kemudian setelah semuanya masuk didalam rumah para rombongan dan pengantin membawa makanan yang disiapkan

Setelah selesai makan bersama seorang menyurdu burangir kepada raja bahwa acara adat selanjutnya yaitu menyampaikan pesan kepada kedua pengantin. Semua kerabat saudara termasuk kedua orang tua dan raja menyampaikan pesan kedua mempelai. Biasanya pesan yang mereka berikan adalah mengenai bagaimana menjalani hidup berumah tangga yang penuh dengan rintangan dan cobaan serta musyawarah antara suami dan istri untuk memecahkan masalah. Dan ada juga menyampaikan tanggung jawab mereka sebagai suami dan istri seperti bagi laki- laki yang harus menjadi pemimpin yang benar dan bertanggung jawab kepada istri dan anaknya termasuk menafkahkan dan bagi perempuan mampu menjadi istri yang soleha terhadap suami serta anaknya dan kedua pengantin bukan lagi tanggung jawab orang tua mereka dan biasanya pesan yang mereka berikan terkadang dengan tangisan.

setelah penyampaian pesan untuk kedua pengantin selesai para keluarga baik keluarga laki-laki maupun keluarga perempuan mempersiapkan diri untuk menuju kerumah suhut (tempat pesta). Untuk mengantarkan kedua pengantin ketempat pesta, posisi pengiring rombongan sama dengan halnya mengarak pengantin yang pembuka jalan adalah penari penca silat. Pada saatnya tiba para rombongan dan kedua pengantin dipintu gerbang, kedua pengantin didudukan dihalaman yang dan ditemani beberapa sanak saudara. Dikarenakan para orang tua setelah penyampaian pesan untuk kedua pengantin selesai para keluarga baik keluarga laki-laki maupun keluarga perempuan mempersiapkan diri untuk menuju kerumah suhut (tempat pesta). Untuk mengantarkan kedua pengantin ketempat pesta, posisi pengiring rombongan sama dengan halnya mengarak pengantin yang pembuka jalan adalah penari penca silat. Pada saatnya tiba para rombongan dan kedua pengantin dipintu gerbang, kedua pengantin didudukan dihalaman yang dan ditemani beberapa sanak saudara. Dikarenakan para orang tua

Kemudian orang tuanya menunggu didepan pintu rumah termasuk uda dan inangudanya untuk menerima kedua pengantin. Ayah dan udanya memegang bayo pangoli dan Ibu dan inangudanya memegang boru ni oli yang membawa mereka untuk mengantar duduk dipantar bolak paradaton. Dan disini keluarga pihak perempuan menyerahkan anaknya kepada pihak keluarga laki-laki untuk melaksanakan upacara adat selanjutnya. terkadang pihak keluarga bayo pangoli menyuruh keluarga boru na ni oli tetap tinggal sampai acara adat selesai. Tidak berapa lama markobar (musyawarah) dilaksanakan untuk meminta izin kepada raja- raja agar gordang sambilan dapat dibunyikan atau disebut dengan acara adat panaek gondang.

3.2.4 Panaek Gondang

Sebelum markobar dilaksanakan semua yang hadir didalam markobar duduk ditikar adat untuk melaksanakan markobar (musyawarah) disopo godang yang terlebih dahulu memakan hidangan yang telah disiapkan yaitu pulut beserta intinya. M arkobar ini dilaksanakan untuk memohon kepada raja-raja agar memberikan izin kepada suhut untuk membunyikan gordang sambilan di upacara perkawaninan dirumahnya. Seperti biasanya didalam markobar terlebih dahulu menyurdu burangir yang dilakukan oleh anak boru setelah burangir diterima barulah memukul alat musik mong-mong sebanyak Sembilan kali yang bertanda bahwa pembicaraan akan dilaksanakan. Yang memulai pertama dalam pebicaraan yaitu paralok-alok yang menyuruh kepada suhut untuk membuka pembicaraan dan seterusnya yang hadir didalam markobar. Dapat dijelaskan bahwa setelah paralok-alok memulai Sebelum markobar dilaksanakan semua yang hadir didalam markobar duduk ditikar adat untuk melaksanakan markobar (musyawarah) disopo godang yang terlebih dahulu memakan hidangan yang telah disiapkan yaitu pulut beserta intinya. M arkobar ini dilaksanakan untuk memohon kepada raja-raja agar memberikan izin kepada suhut untuk membunyikan gordang sambilan di upacara perkawaninan dirumahnya. Seperti biasanya didalam markobar terlebih dahulu menyurdu burangir yang dilakukan oleh anak boru setelah burangir diterima barulah memukul alat musik mong-mong sebanyak Sembilan kali yang bertanda bahwa pembicaraan akan dilaksanakan. Yang memulai pertama dalam pebicaraan yaitu paralok-alok yang menyuruh kepada suhut untuk membuka pembicaraan dan seterusnya yang hadir didalam markobar. Dapat dijelaskan bahwa setelah paralok-alok memulai

Gambar 1 Pelaksanaan markobar untuk meminta izin memainkan gordang sambilan

Setelah izin sudah diterima, para raja-raja memukul gondang dua dikarenakan bahwa untuk membunyikan gordang sambilan terlebih dahulu setelah gondang dua dibunyikan pada waktu akhir markobar dan ditutup dengan ucapa horas. Setelah markobar telah selesai dengan membunyikan gondang dua, para pemain gordang sambilan dapat memukul gordang sambilan. Didalam penelitian ini pada saat gordang sambilan dimainkan tari sarama diikut sertakan untuk memeriahkan acara permainan gordang sambilan itu sendiri. Tidak jarang setiap tari serama pemainnya kesurupan oleh roh-roh halus yang diyakini adalah roh nenek moyang. Pada saat pemain tari sarama kesurupan para pemain gordang Setelah izin sudah diterima, para raja-raja memukul gondang dua dikarenakan bahwa untuk membunyikan gordang sambilan terlebih dahulu setelah gondang dua dibunyikan pada waktu akhir markobar dan ditutup dengan ucapa horas. Setelah markobar telah selesai dengan membunyikan gondang dua, para pemain gordang sambilan dapat memukul gordang sambilan. Didalam penelitian ini pada saat gordang sambilan dimainkan tari sarama diikut sertakan untuk memeriahkan acara permainan gordang sambilan itu sendiri. Tidak jarang setiap tari serama pemainnya kesurupan oleh roh-roh halus yang diyakini adalah roh nenek moyang. Pada saat pemain tari sarama kesurupan para pemain gordang

Tidak jarang pula pada saat gordang sambilan dibunyikan yang diikuti dengan tari sarama para pemain gordang sambilan bergantian untuk membunyikannya dikarenakan butuh tenaga yang besar untuk memainkan gordang sambilan. Ketika mahluk halus atau jin yang memasuki tari sarama ingin keluar dari raga penari, dipersembahkanlah burangir (sirih) sebagai sarat untuk mengeluarkan jin dari raga pemain. Para penari sarama sadar dan permainan gordang sambilan dapat diberhentikan sejenak guna menghargai bagi kaum muslim untuk melakukan shalat as’ar dan waktunya istirahat bagi pemain gordang sambilan.

Adapun jumlah pemain ensambel gordang sambilan tersebut terdiri dari 11 (sebelas) para pemusik meliputi, (1) satu orang pemain sarune, (2) lima orang memainkan gordang sambilan dengan pembagian, (a) satu orang memainkan dua buah jangat atau disebut panjangati, (b) satu orang memainkan hudong-kudong, (c) satu orang memainkan dua buah paduai, (d) satu orang memainkan dua buah patolu dan, (e) seorang memainkan enek-enek, (3) satu orang memainkan ogung boru dan ogung jantan, (4) satu orang memainkan mongmongan atau gong panolongi dan panduai dan, (5) satu orang memainkan pamulosi, (6) satu orang memainkan gong doal dan, (7) satu orang memainkan tali sasayak.

Pada pukul 17:00 WIB acara adat selanjutnya adalah memainkan gondang dua atau gondang tunggu-tunggu dua. Dengan membunyikannya gondang dua ini dan diikuti nyantian jeir, maka gelanggang penortoranpun mulai di buka.

Gelanggang penortoran dibuka oleh raja yang pertama menortor dilanjutkan dengan suhut, kahanggi suhut, mora dan anak boru. Pada waktu menjelang magrib, penortoranpun diberhentikan untuk istirahat dan shalat magrib.

pada malam hari tiba sekitar pukul 20:00 WIB gordang sambilan dibunyikan tetapi pemainnya adalah bukan pemain yang sebenarnya satu atau dua orang pemain sebenarnya dikarenakan siapa saja yang ingin memainkannya dipersilahkan. Tidak jarang warga masyarakat setempat yang penuh penasaran bagaimana memukul gordang sambilan memcoba membunyikan gordang sambilan. Sudah puas memukul gordang sambilan dan beristirahat sebentar dilanjutkan dengan tor-tor naposo bulung dan nauli bulung (muda-mudi) yang menortor adalah anak gadis dan mengayapi adalah anak muda dengan berlainan marga dengan anak gadis.

Gambar 2 Gordang sambilan

Yang dilakukan pertama kali dalam tor-tor muda-mudi adalah mengundang dan meminta izin kepada orang tuanya. Jika telah diizinkan dari orang tua maka akan diatur penjemputan dan setelah selesai menortor mengantarnya kembali kepada orang tuanya. Habis tor-tor muda-mudi dilanjutkan dengan tor-tor pengantin dilanjutkan dengan tor-tor raja-raja tidak jarang selesainya acara ini adalah sampai tengah malam bahkan sampai meyambut subuh.