Peranan dan Fungsi Gordang S ambilan sebagai Pengiring Tari Sarama

3.6 Peranan dan Fungsi Gordang S ambilan sebagai Pengiring Tari Sarama

tari sarama adalah tari yang berasal dari kebudayaan M andailing, dimana tari tersebut dibawakan oleh seorang laki-laki atau disebut dengan panyarama. Tari sarama umumnya disaat bermain akan dimasuki oleh roh-roh atau disebut dengan kesurupun yang bertujuan untuk menghormati kepada roh-roh nenek moyang.

Dalam konteks tari sarama, gordang sambilan mempunyai peranan dan fungsi. Dalam segmen ini, penulis menggunakan sebagian teori yang dikemukakan M erriam tentang fungsi musik dalam kebudayaan ditambah dengan teori pertunjukan yang dikemukakan oleh M ilton singer. M enurut Singer untuk mendeskripsikan suatu pertunjukan maka seorang penelit i harus melihat tujuh aspek yang berkaitan, yaitu (1) waktu pertunjukan yang biasanya terbatas, (2) adanya awal dan akhir pertunjukan, (3) acara kegiatan yang terorganisasi, (4) sekelompok pemain, (5) sekelompok penonton, (6) tempat pertunjukan, dan (7) Dalam konteks tari sarama, gordang sambilan mempunyai peranan dan fungsi. Dalam segmen ini, penulis menggunakan sebagian teori yang dikemukakan M erriam tentang fungsi musik dalam kebudayaan ditambah dengan teori pertunjukan yang dikemukakan oleh M ilton singer. M enurut Singer untuk mendeskripsikan suatu pertunjukan maka seorang penelit i harus melihat tujuh aspek yang berkaitan, yaitu (1) waktu pertunjukan yang biasanya terbatas, (2) adanya awal dan akhir pertunjukan, (3) acara kegiatan yang terorganisasi, (4) sekelompok pemain, (5) sekelompok penonton, (6) tempat pertunjukan, dan (7)

Tari sarama dilakukan bertujuan untuk menghormati kepada leluhur nenek moyang M andailing dimana pembawanya adalah kaum laki-laki dan biasanya seorang laki-laki saja untuk menari sarama. Perlengkapan untuk melakukan tari sarama yaitu peci yang di pakai dikepala, sarung yang dipakai di pinggang, baju adat mandailing yang berwarna merah, putih, dan hitam yang bersimbol adat mandailing, dan hulos yang diselempangi di leher.

Gambar 21 Tari sarama pada pesta perkawinan adat M andailing

Untuk melakukan tari sarama harus dari perestuan dari pemain gordang dan yang mengadakan pesta. Karena didalam mengadakan tari sarama harus ada seorang datu (dukun) untuk mengetahui si penari sarama. Begitu juga dengan pemain gordang sambilan harus mempunyai tenaga kuat memukul gordang sambilan di karenakan ritme yang dihasilkan gordang sambilan sangat berpengaruh dengan panyarama. Kalau tidak suka dengan pukulan gordang sambilan terlalu pelan dan tidak sesuai dengan pukulan gordang si panyarama akan mengamuk dan meminta menggantikan si pemain.

Gambar 22 Panyarama saat mengamuk pada pemain gordang sambilan di pesta perkawinan adat M andailing

Setelah panyarama ingin menyadarkan diri seorang datu akan menghampiri dan menanyakan apa yang diminta oleh seorang penyarama. Yang diminta adalah burangir (sirih). Karena burangir didalam adat M andailing memegang peranan penting bagi melaksanakan adat. Setelah ditunjukan burangir dihadapan panyarama barulah tidak berapa lama sipanyarama menyadarkan diri.

Gambar 22 Seorang datu memberi permintaan si panyarama yaitu burangir

Gambar 23 Burangir

Adapun fungsi dan peranan pertunjukan tari sarama dan Gordang Sambilan tersebut berdasarkan teori M erriam, yaitu:

1. sebagai alat untuk melanjutkan tradisi dan cirri khas masyarakat M andailing melalui kesenian pertunjukan tari sarama

2. sebagai wadah untuk menghibur tamu dan masyarakat yang hadir pada acara perkawinan tersebut.

3. Sebagai ungkapan emosional pada permainan gordang sambilan dan gerakan tarian sarama yang dilakukan.

4. Sebagai wadah pesan kepada penonton yang hadir untuk memperliatkan kesenian tradisional M andailing. Didalam permain gordang sambilan pada sebagai pengiring tari sarama,

tidak ada perbedaan teknik yang menonjol jika dibandingkan pada saat gordang sambilan dimainkan untuk menyambut tamu. Yang membedakan yaitu durasi lamanya permainan gordang sambilan. Biasanya lebih lama pada saat gordang sambilan sebagai pengiring tari sarama, karena ketergantungan kepada penari yang akan ingin sadar. M enurut Bapak Ridwan Amanah Nst panyarama bisa saja sampai dua jam tergantung pada panyarama yang sedang di masuki roh halus.