= π () x 0 , x 2 = π () , dan set erusnya. T unjukkan bahwa t erdapat

x 1 = π () x 0 , x 2 = π () x 1 , dan set erusnya. T unjukkan bahwa t erdapat

suat u bilangan k sedemikian sehingga xx 0 ,, 1 , x k semuanya berbeda

dan π () x k = x 0 . Catatan: Misalkan k adalah suat u bilangan bulat t erkecil sehingga π () x k = x k + 1 ∈ { xx 0 ,, 1 , x k } . T unjukkan bahwa

π () x k = x 0 . Untuk it u, bukt ikan bahwa asumsi π () x k = x l unt uk

beberapa l, 1 ≤≤ l k mengakibat kan kont radiksi.

3.14. Bukt ikan bahwa X 1 = { xx 0 ,, 1 , x k } dan X 2 = X \ X 1 kedua-duanya

invarian π .

BAB I V T EORI GRUP

A. Pendahuluan

G merupakan fungsi dari

Suatu Operasi at au perkalian pada suatu himpunan

G x G ke G. Suatu operasi yang menent ukan suatu at uran unt uk menggabungkan dua elemen

G untuk menghasilkan elemen G lainnya. Sebagai cont oh, operasi penjumlahan bilangan asli yang dinyatakan sebagai pasangan (

a, b) yaitu a + b. merupakan grup karena a + b menghasilkan bilangan asli. Cont oh lain adalah himpunan semua fungsi bernilai real dari variabel yang bernilai real, yait u semua fungsi f:

. (Fungsi) komposisi merupakan operasi pada himpunan t ersebut yang memiliki nilai pada pasangan ( f,g) adalah f g. Cont oh-cont oh yang t elah disebut kan di at as merupakan operasi yang memenuhi t iga sifat berikut : Hasil operasi bersifat assosiatif. T erdapat elemen ident it as e yang memiliki sifat bahwa operasi e dengan sebarang elemen lainnya, akan t et ap menghasilkan elemen t ersebut . Unt uk set iap elemen -1 a t erdapat elemen invers a sedemikian sehingga

memenuhi -1 aa = a a = e.

Cont oh-cont oh yang t elah dijelaskan di at as adalah sebagai berikut : Himpunan simet ri dari suat u bent uk geomet ri dengan operasi komposisi simet ri. Himpunan permut asi dari suat u himpunan berhingga, dengan operasi komposisi permut asi. Himpunan bilangan bulat dengan operasi penjumlahan.

n (bilangan bulat modulo n) dengan operasi penjumlahan. (Proposisi

4.1 menjelaskan bahwa (a), (b), dan (c) menunjukkan bahwa n bersifat assosiatif t erhadap penjumlahan, sert a memiliki sat u elemen 4.1 menjelaskan bahwa (a), (b), dan (c) menunjukkan bahwa n bersifat assosiatif t erhadap penjumlahan, sert a memiliki sat u elemen

Proposisi 4.1. Jika n adalah bilangan bulat modulo n, maka:

(a) Operasi penjumlahan pada n bersifat komut at if dan assosiat if; unt uk

semua [ a], [b], [c] n , [ a]+ [b] = [b]+ [a] dan ([ a]+ [b]) + [c] = [a]+ ([b]+ [c])

(b) [0] merupakan elemen ident it as untuk penjumlahan; untuk semua [ a] n [0] + [ a] = [a]

(c) Set iap elemen [ a] pada n memiliki invers jumlah [- a], yang memenuhi hubungan [ a]+ [-a] = [0]. (d) Operasi kali pada n bersifat komut at if dan assosiat if. Unt uk semua [ a], [ b], [c] n , berlaku [ a][b] = [b][a] dan ([ a][b])[c] = [a]([b][c])

(e) [1] adalah elemen identit as unt uk operasi perkalian. Untuk semua [ a] n berlaku [1][ a] = [a] (f) Unt uk semua [ a], [b], [c] n , berlaku hukum dist ributif. [ a]([b]+ [c]) = [a][b]+ [a][c]

Proposisi 4.2. Misalkan K[x] adalah himpunan semua polinomial x dengan koefisien K , maka:

(a) Operasi penjumlahan K[x] bersifat komut at if dan assosiat if. Unt uk semua f, g, h K[x], f+g=g+f dan

f + (g + h) = (f + g) + h (b) 0 adalah elemen ident it as penjumlahan. Untuk semua f K[ x], berlaku 0+ f = f. (c) Set iap f K[ x] memiliki invers jumlah yait u f sehingga f + (-f) = 0. (d) Operasi kali pada K [ x] bersifat komut at if dan assosiat if. Untuk semua f,g,h K[ x], berlaku fg = gf dan f(gh) = (fg)h (e) 1 adalah elemen identit as untuk operasi kali. Unt uk semua f K[ x] berlaku hubungan 1 f = f. (f) Untuk semua f,g,h K[ x], berlaku hukum dist ribut if. f(g + h)= fg+ fh.

Dalam mat emat ika, grup adalah suatu himpunan, besert a sat u operasi biner, sepert i perkalian at au penjumlahan, yang memenuhi beberapa aksioma yang diuraikan di bawah ini. Misalnya, himpunan bilangan bulat adalah suatu grup t erhadap operasi penjumlahan. Cabang mat emat ika yang mempelajari grup disebut Teori Grup. A sal-usul t eori grup berawal dari karya Evarist e Galois (1830), yang berkait an dengan masalah persamaan aljabar yang diselesaikan cara menentukan akar-akar persamaan t ersebut . Sebelum Galois, grup lebih banyak dipelajari secara kongkrit dalam bentuk permut asi; beberapa aspek t eori grup abelian dikenal dalam t eori bent uk-bent ukkuadrat. Banyak sekali obyek yang dipelajari dalam mat emat ika t ernyat a berupa grup. Hal ini mencakup sist em bilangan, sepert i bilangan bulat , bilangan rasional, bilangan nyat a, dan bilangan kompleks t erhadap penjumlahan, at au bilangan rasional, bilangan nyat a, dan bilangan kompleks yang t ak-nol, masing-masing t erhadap perkalian.

A.1. Operasi Biner

Operasi Biner pada himpunan t ak kosong A adalah f:AxA a,b) A, ( AxA f(a, b) A.

A.2. Definisi Grup

Pengert ian mendasar dari himpunan, pemet aan, operasi biner, dan relasi biner t elah dipelajari pada bagian-bagian sebelumnya. Pengert ian-

pengert ian ini sangat pent ing untuk memahami suat u sist em aljabar. Struktur

aljabar, at au sistim aljabar, adalah suatu himpunan t ak kosong yang di dalamnya t erdapat set idak-t idaknya sat u relasi ekivalensi (kesamaan) dan sat u

at au lebih operasi biner yang t erdefinisi. St ruktur yang paling sederhana dapat t erjadi jika di dalam himpunan t ersebut t erdapat hanya sat u operasi biner, sepert i pada kasus sistim aljabar yang dikenal sebagai grup.

Grup adalah suatu himpunan (t ak kosong) dengan suat u operasi, yang memenuhi sifat -sifat sebagai berikut : (a) Operasi t ersebut bersifat assosiat if. Unt uk semua

a, b, c , berlaku hubungan ( ab)c = a(bc). (b) T erdapat satu elemen ident itas e di G sedemikian sehingga untuk set iap a berlaku ea = ae = a.

(c) Untuk set iap -1 a t erdapat elemen a sehingga aa = a a = e.

Definisi 4.1. Grup. Gilbert dan Gilbert mendefinisikan Grup sebagai berikut:

G adalah himpunan yang t idak kosong dan operasi biner * didefinisikan untuk elemen-elemen himpunan

. ( ,* ) adalah suatu grup apabila memenuhi aksioma-aksioma berikut , yait u :

1. Operasi * pada bersifat t ert ut up, berart i x, y , berlaku x*y

2. Operasi * pada bersifat asosiat if. Berart i untuk semua x, y, z berlaku x * (y * z) = (x * y) * z

3. memuat elemen ident it as. Ada e sedemikian sehingga x*e=e* x = x unt uk semua x

4. Set iap elemen di memiliki invers di . Unt uk set iap x , ada y sedemikian sehingga x*y=y* x=e K at a-kat a t erhadap operasi * harus diperhat ikan. Misalkan himpunan semua bilangan bulat , merupakan grup t erhadap operasi + t et api bukan merupakan grup t erhadap operasi × karena t idak memuat invers

selain ± 1 sedemikian sehingga ab * = ba * = e . Demikian juga, G = {} − 1, 1

adalah grup t erhadap operasi × t et api bukan grup t erhadap operasi + . Jadi operasi biner * yang mengakibat kan suat u operasi memenuhi syarat -syarat grup, t idak harus merupakan operasi + at au × tet api dapat juga merupakan kombinasi dari operasi-operasi t ert ent u.

A.3. Grup Abelian

Definisi 4.2. Grup Abelian. Misalkan

G adalah grup dengan operasi * , maka (

G, * ) disebut grup komut at if at au grup abelian, jika operasi * bersifat komut at if, yait u x * y = y * x unt uk semua x, y G.

Contoh 4.1. Diberikan yait u himpunan bilangan bulat , dan sebagai operasi penjumlahan st andar. Apakah ( ,+ ) merupakan grup? Jika ya, apakah

( , + ) merupakan grup abelian?

Jawab:

1. Memeriksa apakah operasi + pada bersifat t ertut up ? Ambil sebarang x, y

sehingga x+y

Jadi operasi + pada bersifat t ertut up

2. Memeriksa apakah operasi + pada z bersifat asosiat if? Ambil sebarang x,y,z

sehingga x + (y + z) = (x + y) + z Jadi operasi + pada bersifat asosiat if.

3. Memeriksa apakah memuat elemen ident it as? e= 0

, sedemikian sehingga untuk sebarang x berlaku x+ 0= 0 + x= x Jadi mempunyai elemen ident it as.

4. Memeriksa apakah set iap elemen di memuat invers di dalam ? Ambil sebarang x

sedemikian sehingga x + (-x) = 0 = (- x)+ x. K arena empat aksioma dalam Definisi 4.1. t erpenuhi maka ( ,+ ) adalah grup. Sekarang, ambil sebarang x,y

, y = -x

, sehingga x + y = y + x. Jadi operasi + bersifat komut at if, sehingga ( ,+ ) merupakan grup abelian.

Contoh 4.2. + Apakah himpunan bilangan real posit if, dengan operasi perkalian x, merupakan grup? Unt uk operasi penjumlahan st andar + apakah

merupakan grup?.

Jawab :

1. Memeriksa apakah operasix pada + bersifat t ert ut up ?

Ambil + sebarang a,b sehingga axb + Jadi operasi x pada bersifat t ert utup

2. Memeriksa apakah operasi x pada + bersifat asosiat if? Ambil + sebarang a, b, c sehingga a x (b x c) = (a x b) x c + Jadi operasi x pada bersifat asosiat if.

3. Memeriksa apakah + memuat elemen ident it as ?

e= 1 + , sehingga untuk sebarang a berlaku ax1 = 1xa = a. Jadi + mempunyai elemen ident it as.

4. Memeriksa apakah set iap elemen di + memiliki invers di dalam ?

Ambil sebarang a , ∃= b ∈ +

1 1 sehingga a x == 1 x a . a a a

Oleh karena empat aksioma t erpenuhi, maka ( + , x) adalah grup. Sekarang, ambil sebarang + a,b , sehingga

a x b = b x a. Jadi operasi x bersifat komut at if, sehingga ( + , x) merupakan grup abelian. Untuk operasi

penjumlahan + , pada + ,( , + ) bukanlah suatu grup, karena tidak ada e

sedemikian sehingga untuk sebarang + a berlaku a + e = e + a = a. Jadi + t idak mempunyai elemen ident it as t erhadap operasi penjumlahan. K arena + t idak mempunyai elemen ident it as t erhadap operasi penjumlahan, disimpulkan set iap elemen di + t idak mempunyai invers.

Catatan :

Apabi la suatu himpunan dengan operasi * bukan grup, maka harus ditunjukkan bahwa setidak-tidaknya satu dari empat aksioma grup tidak terpenuhi.

Contoh 4.3.

Diberikan operasi biner * pada . T ent ukan apakah merupakan grup t erhadap operasi * , jika operasi * didefinisikan sebagai x * y = x + y + 1. Apakah dengan operasi * grup abelian?

Jawab:

1. Memeriksa apakah operasi * pada bersifat t ert utup ? Ambil sebarang x,y

sehingga x*y= x+y+ 1

Jadi operasi * pada bersifat t ertut up

2. Memeriksa apakah operasi * pada bersifat asosiat if? Ambil sebarang x,y,z

sehingga

x* (y* z) = x + (y * z) + 1 = x + (y + z+ 1) + 1 = x + y + z+ 2 ( x* y)* z = (x* y) + z+ 1 = (x+ y+ 1) + z+ 1 = x + y + z+ 2 Disimpulkan x * (y * z) = x + y + z+ 2 = (x* y) * z Jadi operasi * pada bersifat asosiat if.

3. Memeriksa apakah memuat elemen ident it as ?

e = -1 ,sehingga untuk sebarang x berlaku x + (-1) + 1 = 0 = (-1) + x + 1 = x. Jadi mempunyai elemen ident it as.

Catatan :

Untuk mencari elemen ident it as, kit a memasukkan pada definisi sesuai dengan operasi yang diberikan. Pada cont oh ini misalkan elemen ident it asnya adalah e sehingga

Sehingga diperoleh e = -1

4. Memeriksa apakah set iap elemen di memiliki invers di dalam ? Ambil sebarang x

sedemikian sehingga x+ y = x + (- x 2) + 1= x x 2 + 1 = -1 y + x = (- x 2) + x + 1 = - x 2 + x + 1 = -1 Jadi set iap elemen di memiliki invers di

, y= -x 2

Oleh karena empat aksioma t erpenuhi, maka ( ,* ) merupakan grup. Sekarang perhat ikan bahwa unt uk sebarang x,y

berlaku

x* y= x+y+ 1=y+x+ 1=y* x

Jadi ( , * ) merupakan grup abelian.

Contoh 4.4. Diberikan operasi biner * pada . Apakah merupakan grup t erhadap operasi * , jika operasi * didefinisikan sebagai x * y = x + xy. Jawab: K arena x = 4, y = 2 sedemikian sehingga x * y = 4 + 4.2 = 4 + 8 = 12

y * x= 2 + 2.4 = 2 + 8 = 10 sehingga x * y = 12 10 = y * x Disimpulkan operasi * t idak bersifat asosiat if, sehingga disimpulkan ( ,*) bukan grup.

Contoh 4.5. Perkalian Mat rik 2 x 2

Didefinisikan G=   

  ab 

 |,,, abcd ∈ Q ad , − bc ≠ 0    dengan operasi* adalah

    cd  

perkalian mat riks. Selidiki apakah

G dengan operasi * merupakan grup? Jika ya, selidiki apakah (G, * ) merupakan grup abelian.

Jawab:

G bersifat t ertut up ? Ambil sebarang

1. Memeriksa apakah operasi * pada

a, b, c, d, e, f, g, h Q dengan ad bc 0 eh fg 0 sehingga

  ab  e f   abef                ae +

bg af + bh  

   G.

  cd     gh     cdgh       +  ce dg cf + dh  

Jadi operasi * pada bersifat t ertut up.

2. Memeriksa apakah operasi * pada

G bersifat asosiat if?

Ambil sebarang a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l Q dengan ad bc 0,

      i j      cdgh            

Perhat ikan juga bahwa

Jadi disimpulkan (G, * ) bersifat asosiat if.

3. Memeriksa apakah

G memiliki elemen ident it as ?

  10 e=    

 G, sedemikian sehingga unt uk sebarang mat riks 01      

 ab   M=  

 G berlaku   cd      10    ab    ab  e* M= 

   01     cd     cd  

  ab  10  ab

M * e=  cd    01   =  cd                 Jadi e* M= M*e= M

Disimpulkan

G memiliki elemen ident it as.

  ab

4. Ambil sebarang mat riks M =  

  cd   

G, maka

Jadi set iap elemen di

G memiliki invers di G.

K arena empat aksioma di at as t elah t erpenuhi, maka ( G,* ),

  G=  

     ab  

   cd    |,,, abcd ∈ Q ad , − bc ≠ 0  dengan operasi * yang didefinisikan

sebagai perkalian mat riks, adalah grup.

K arena M =  

   = N * M. Jadi (Z, * ) bukan grup abelian. 

Contoh 4.6. T abel Cayley Misalkan

G = { e,a, b, c} dengan perkalian sepert i didefinisikan pada t abel berikut .

x eabc eeabc aabce bbcea cceab

Dari t abel, kit a lihat bahwa :

1. G t ert ut up pada perkalian yang didefinisikan

2. Operasi x pada G bersifat Asosiat if.

3. e adalah elemen ident it as.

4. Set iap unsur di G memiliki invers. K arena memenuhi empat aksioma grup, maka (G,x) merupakan grup.

Bukt i operasi x bersifat assosiat if dapat dit unjukkan melalui t abel-t abel perkalian di bawah ini.

Contoh 4.7. T abel Cayley T abel di bawah ini menyat akan operasi biner * pada himpunan S = { A, B, C, D} .

Dari t abel pada Cont oh 4.7, dapat dilihat bahwa :

1. S t ert utup pada operasi * . Unt uk semua a, b S, a* b S.

2. C merupakan elemen ident it as. K arena A * C = A = C * A , B * C =

B = C * B, C * C = C, D * C = D = C * D.

3. K arena ada D S, dan tidak ada nilai a yang dapat memenuhi Da =

C, disimpulkan D t idak mempunyai invers. Jadi, S dengan operasi * bukan grup.

Definisi 4.3. Grup Berhingga, Grup T ak Hingga, Orde Grup. Jika suat u grup

G memiliki elemen yang berhingga banyaknya, maka

G adalah grup berhingga, at au grup orde berhingga . Banyaknya elemen G dinamakan orde dari

G dan dilambangkan dengan |G| at au O ( G). Jika G memiliki elemen yang t ak hingga banyaknya, maka

G disebut grup tak hingga . Grup

G yang didefinisikan dengan G = ,, 2 { e ρρσγδ ,,, } memiliki orde

G) = 6 jadi G adalah grup berhingga. Sedangkan grup yang memiliki orde O ( )= n adalah grup t ak hingga.

A.4. Subgrup

Definisi 4.4. Subgrup. Misalkan (G, ∗ ) adalah suat u grup, maka

H disebut subgrup dari

G jika:

H kompleks dari G, yaitu H ⊆ G dan H ≠∅ ( H, ∗ ) merupakan suat u grup. Catatan : K arena H ⊆ G dan pada G berlaku sifat assosiatif, maka kit a dapat

mengabaikan syarat assosiat if pada H.

Jenis-jenis subgrup:

1. Subgrup t rivial. (H, ∗ ) disebut dengan subgrup t rivial dari (G, ∗ ) jika

a) H = { e} at au himpunan yang beranggot akan elemen ident it as, at au

b) H = G

Contoh 4.8. Himpunan bilangan bulat adalah grup t erhadap operasi penjumlahan at au ditulis ( ,+ ) adalah grup. ({ 0} , + ) dan(H = , + ) adalah subgrup t rivial dari ( ,+ ).

2. Subgrup nont rivial Yang t ermasuk subgrup nont rivial adalah semua subgrup selain subgrup

t rivial. Contoh 4.9. Himpunan semua bilangan bulat

adalah suat u grup t erhadap operasi penjumlahan, himpunan E adalah himpunan bilangan bulat yang genap. E adalah subgrup nont rivial dari .

Jawab: Diberikan E = { x ∈ x = 2, mm ∃∈ } . Akan ditunjukkan bahwa E

adalah kompleks dari

E adalah subset dari yait u x E x , jelas dari definisi

E ≠∅ karena ∃= 0 2.0 ∈ E

E adalah kompleks dari Akan ditunjukkan bahwa Eadalah grup t erhadap operasi biner yang sama

∴ Jadi,

yang didefinisikan pada grup yait u operasi penjumlahan. T ert ut up

∀= x 2, my = 2 n ∈∋+= E x y 2 m + 2 n = 2( m + n ) ∈ E , ∃ mn , ∈

Eksist ensi elemen ident it as

∃∈ 0 E , ∀= x 2 m ∈∋+= E x 0 2 m +=+ 0 0 2 m =+= 0 x x , ∃∈ m

Eksist ensi elemen invers

∀= x 2 m ∈∃−=− E , x 2( m ) ∈∋ E

x +− () x = 2 m +− 2( m ) = 2( m +− ( m )) = 2.0 = 0 , ∃∈ m

() −+=− x x 2( m ) + 2) m = 2(( − m ) + m ) = 2.0 = 0

∴ Jadi, (E, + ) adalah subgrup dari ( ,+ ).

karena ∃∈ 7 t et api 7 ∉ E

E ≠∅ karena ∃∈ 4 E t et api 4 ∉ {} 0

K arena E ≠ dan E ≠∅ maka (E, + ) subgrup nont rivial dari ( ,+ ).

Contoh 4.10.

-{ 0} , Himpunan semua bilangan kompleks t ak nol, adalah suat u grup t erhadap perkalian, dan

G = { 1, -1, i, -i} adalah suat u subgrup nont rivial dari grup t ersebut.

Jawab: Akan ditunjukkan

G adalah kompleks dari -{ 0} .

G adalah subset dari -{ 0} karena ∀∈⇒∈− x G x { 0}

G ≠∅ karena ∃∈ 1 G

G adalah kompleks dari -{ 0} Sekarang, akan dit unjukkan bahwa G adalah adalah grup t erhadap operasi

∴ Jadi,

yang sama yang didefinisikan pada -{ 0} yait u operasi perkalian. Perhat ikan T abel Cayley berikut ini:

T abel Cayley di at as menunjukkan bahwa:

T ert ut up, karena ∀ xy , ∈ G mengakibat kan x ×∈ y G

Eksist ensi elemen ident it as, ∃∈ 1 G , ∀∈∋×=×= x G x 1 1 x x Eksist ensi elemen invers, ∀∈ x G , ∃∈∋× x ′ G x x ′ = x ′ ×= x 1

∴ Jadi, () G , × adalah subgrup dari ( -{ 0} ,x)

− {} 0 karena ∃∈− 2 {} 0 t et api 2 ∉ G

G ≠∅ karena ∃−∈ 1 G t et api −∉ 1 {} 1

K arena G ≠

− {} 0 dan G ≠∅ sehingga () G , × adalah subgrup nontrivial

dari ( − {} 0, × ) .

Contoh 4.11. Unt uk suat u bilangan asli m dan n yang t et ap, masing-masing merupakan grup t erhadap operasi penjumlahan dalam susunan berikut :

M mn × () ⊆ M mn × () ⊆ M mn × () ⊆ M mn × ()

Contoh 4.12. T unjukkan bahwa    a  

M 21 × () ⊆ M 21 × () ⊆ M

21 × () =    ab , ∈ 

dengan M

 adalah  b     

grup t erhadap operasi penjumlahan.

   a    

21 × () =      ab , ∈      b        

Akan dit unjukkan M

21 × ()   ab , ∈     .     b      

adalah subgrup nont rivial dari M

Jawab:

Dokumen yang terkait

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Sistem Informasi Penjualan Buku Secara Online Pada Toko Buku Bungsu Bandung

4 96 1

BAB IV HASIL PENELITIAN - Pengaruh Dosis Ragi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Berbahan Dasar Biji Cempedak (Arthocarpus champeden) Melalui Uji Organoleptik - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12

The effect of personal vocabulary notes on vocabulary knowledge at the seventh grade students of SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 20

BAB IV HASIL PENELITIAN - Penerapan model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 23

CHAPTER I INTRODUCTION - The effectiveness of anagram on students’ vocabulary size at the eight grade of MTs islamiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Sebelumnya - Perbedaan penerapan metode iqro’ di TKQ/TPQ Al-Hakam dan TKQ/TPQ Nurul Hikmah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 26

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan model Problem Based Instruction (PBI) terhadap pemahaman konsep dan hasil belajar siswa pokok bahasan tekanan Kelas VIII Semester II di SMPN Palangka Raya Tahun Ajaran 2015/2016 - Digital Library IAIN Pala

0 3 80