Prosedur Penyerahan, Penitipan dan Pengangkatan Anak
C. Prosedur Penyerahan, Penitipan dan Pengangkatan Anak
1. Status Anak Asuh
Anak yang diasuh oleh YPAB Permata Hati Surakarta adalah anak- anak terlantar yang masih berusia dibawah lima tahun (Balita). 17 Melihat umur tersebut tentu sangat memprihatinkan, karena pada umur tersebut manusia belum bisa mandiri dalam pemenuhan kebutuhan. Bahwa sifat dan kondisi anak yang belum cukup matang masih tergantung, rentan dan rawan
terhadap berbagai keadaan 18 maka anak harus diberi perhatian dan perlakuan khusus. Anak sewajarnya lebih banyak mendapatkan kasih sayang dari orangtua dan keluarganya agar mereka dapat menikmati masa awal kehidupannya, namun karena berbagai kondisi mereka terpaksa hidup di dalam panti. Anak terbawa dalam permasalahan dan bukan atas kehendak
17 Wawancara dengan Wiranto tanggal 28 April 2011
18 St Sularto, Seandainya Aku Bukan Anakmu, Potret Kehidupan Anak Indonesia , (Jakarta : Kompas, 2000), hal 23.
dapat menentang dan tidak mampu berjuang manakala karena situasi dan kondisinya. 19 Anak asuh yang tinggal di YPAB Permata Hati Surakarta dibedakan menjadi dua status, status anak asuh tersebut adalah sebagai berikut:
a. Anak Titipan Yang dimaksud dengan anak titipan yaitu anak atau bayi, yang
karena sesuatu hal orang tuanya tidak dapat merawat secara langsung dan pada batas waktu umur anak maksimal 5 tahun, anak harus kembali pada
keluarga. 20
b. Anak Serahan Anak serahan yang dimaksudkan adalah bayi atau anak yang
berhubung dengan berbagai sebab, tidak dapat dirawat atau diawasi langsung oleh orangtuanya sendiri atau keluarganya sehingga dalam keadaan terlantar (anak atau bayi tersebut dapat diadopsi) ataupun bayi yang merupakan serahan dari Rumah Sakit, Dinas Sosial, masyarakat
19 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, (Jakarta : Akademika Pressindo, 1985), hal 54.
20 Wawancara dengan Wiranto tanggal 2 Mei 2011
Pemeliharaan Anak dan Bayi Permata Hati Surakarta. 21
Tabel 2
Data Anak Asuh YPAB Permata Hati 1956 - 1998 No
Sumber: Buku Induk Data Anak Asuh Anak asuh yang berada di YPAB Permata Hati Surakarta sebagian besar berasal dari daerah sekitar karesidenan Surakarta. YPAB Permata Hati Surakarta juga lebih mengutamakan para anak atau bayi terlantar yang berasal dari daerah Surakarta dan Jawa Tengah. Hal ini karena yayasan ini merupakan
21 Wawancara dengan Wiranto tanggal 2 Mei 2011
bayi terlantar yang ada di wilayah Daerah Tingkat I Jawa Tengah melalui keputusan Menteri Sosial RI Nomor 34/HUK/KM/VI/1982. Yayasan ini merupakan panti yang digunakan sebagai tempat menampung, menyantuni para anak terlantar yang berusia dibawah lima tahun, yang dibuang ataupun ditemukan di jalanan. Pihak Kepolisian dan Dinas Sosial selalu mengirim anak atau bayi terlantar yang ditemukan/dibuang oleh orangtuanya ke YPAB Permata Hati Surakarta ini. YPAB Permata Hati ini juga menentukan langkah-langkah untuk menanggulangi masalah perlindungan anak demi
perlakuan yang adil dan pelayanan kesejahteraan sosial secara nyata, 22 serta mencegah timbul berkembang dan meluasnya permasalahan sosial dalam kehidupan masyarakat.
Namun dalam operasionalnya YPAB Permata Hati Surakarta tidak hanya menerima anak atau bayi terlantar saja, namun juga menerima serahan bayi dari keluarga yang kurang mampu dari berbagai daerah, serta menerima penitipan anak atau bayi yang besarnya biaya sudah ditentukan oleh YPAB Permata Hati Surakarta. Selain itu di dalam panti ini banyak juga anak asuh yang berasal dari luar daerah Surakarta, umumnya mereka adalah anak atau bayi terlantar yang ditemukan oleh masyarakat karena dibuang orangtuanya. Mereka tidak tahu asal daerah mereka dikarenakan umur mereka yang memang masih bayi.
22 Arif Gosita, op.cit., hal 39
Di dalam menerima anak asuh, YPAB Permata Hati Surakarta mempunyai ketentuan-ketentuan pokok yang harus dipenuhi untuk dapat bergabung dan menjadi bagian dari anak asuh di YPAB Permata Hati. Ketentuan tersebut pada dasarnya adalah sama seperti pada ketentuan- ketentuan semula meskipun juga ada beberapa perubahan dan penambahan yang diselaraskan dengan keadaan jaman yang terus maju.
Kriteria utama anak yang diasuh di Yayasan Pemeliharaan Anak dan Bayi Permata Hati Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Anak berusia balita
b. Anak yatim atau piatu, yatim piatu.
c. Anak dari keluarga miskin.
d. Anak dari keluarga broken home
e. Anak dari keluarga bermasalah
f. Anak yang lahir di luar nikah atau terlantar
g. Anak yang terlantar karena ditinggal kerja orangtuanya
h. Anak terlantar serahan dari Rumah Sakit dan Dinas Sosial. 23
23 Profil Yayasan Pemeliharaan Anak dan Bayi Surakarta, hal 6.
Anak-anak asuh yang diterima oleh YPAB Permata Hati Surakarta harus memenuhi syarat-syarat yang telah diatur sebagaimana mestinya sesuai ketentuan. Adapun syarat-syarat penerimaan, penitipan dan pengangkatan anak (Adopsi) di Yayasan Anak dan Bayi Permata Hati Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Syarat Penyerahan Anak
1) Usia anak minimal 1 bulan dan maksimal adalah 2 tahun.
2) Sehat jasmani dan rohani.
3) Menyerahkan surat kelahiran atau akta anak.
4) Menyerahkan fotokopi identitas orang tua anak.
5) Menyerahkan surat nikah.
6) Membuat surat pernyerahan anak dan diketahui oleh lurah atau camat
setempat.
7) Membuat surat pernyataan tidak ada paksaan dari siapapun.
8) Setelah anak tersebut diserahkan, anak tersebut tidak dapat diminta
kembali dengan alasan apapun.
10) Penyerahan dari Dinas Sosial.
Gambar I
BAGAN PROSES PENYERAHAN ANAK
Sumber : YPAB Permata Hati Surakarta
Proses penyerahan anak terdapat beberapa macam yaitu penyerahan oleh orangtua kandung, penyerahan dari Rumah Sakit maupun penyerahan anak atau bayi terlantar oleh masyarakat atau Kepolisian. Untuk prosedur penyerahan dari orangtua kandung ialah dengan mengajukan permohonan pada YPAB Permata Hati Surakarta untuk menyerahkan anaknya serta telah memenuhi syarat/ketentuan yang ada, selanjutnya membuat surat pernyataan
Orang Tua Kandung Balita Terlantar
YPAB
Dinsos naker dan RT/RW
Transmigrasi
Dinsos naker dan Transmigrasi
RS/Klinik/Bidan
Anak Balita
YPAB
Kepolisian
COTA Calon Orang Tua Angkat
YPAB
Dinsosnakertran Dinsosnakertran
Sedangkan untuk proses penyerahan anak asuh oleh Rumah Sakit atau Kepolisian prosedurnya melalui surat resmi serta berita acara serah terima. Penyerahan ini dilakukan karena identitas maupun keberadaan orangtua tidak diketahui sehingga demi kesejahteraan anak tersebut pihak Rumah Sakit atau Kepolisian menyerahkannya ke YPAB Permata Hati Surakarta agar dirawat dan dipelihara agar tidak terlantar dan dapat hidup layak sebagaimana
mestinya. 24
b. Ketentuan Penitipan Anak atau Bayi di Yayasan Pemeliharaan Anak dan Bayi Permata Hati Surakarta :
1) Identitas anak
2) Tempat dan tanggal lahir anak (akta lahir anak)
3) Identitas orang tua/wali/penitip
4) Domisili orang tua/wali/penitip
24 Wawancara dengan Wiranto tanggal 2 Mei 2011.
6) Jangka waktu penitipan
7) Biaya penitipan tiap bulan. Perjanjian-perjanjian :
1) Jangka waktu penitipan 3 (tiga) bulan dapat diperpanjang dengan
memperbaharui perjanjian.
2) Semua biaya pengobatan atau opname di luar YPAB Permata Hati
Surakarta dibebankan kepada orang tua/wali/penitip.
3) Biaya penitipan yang tidak dibayarkan pada waktunya dan lebih dari 1 (satu) bulan anak tidak dikunjungi maka anak akan dikembalikan.
4) Apabila pindah alamat tanpa pemberitahuan dan tidak dibayar biaya penitipannya dan tidak dikunjungi, anak akan dianggap sebagai anak serahan, dan YPAB Permata Hati Surakarta berhak mencarikan orang tua angkat demi kepentingan anak.
Anak Titipan, biasanya yang menitipkan adalah orangtuanya sendiri. Setelah orangtua yang bertanggung jawab atas anak tersebut mengajukan permohonan pada YPAB Permata Hati Surakarta sesuai syarat/ketentuan kemudian diproses, diseleksi secara administratif dan ternyata memenuhi syarat kemudian anak tersebut dinyatakan diterima/dapat dititipkan di YPAB Anak Titipan, biasanya yang menitipkan adalah orangtuanya sendiri. Setelah orangtua yang bertanggung jawab atas anak tersebut mengajukan permohonan pada YPAB Permata Hati Surakarta sesuai syarat/ketentuan kemudian diproses, diseleksi secara administratif dan ternyata memenuhi syarat kemudian anak tersebut dinyatakan diterima/dapat dititipkan di YPAB
memang dikehendaki oleh orangtua. 25
c. Pengangkatan Anak (Adopsi) Masalah pengangkatan anak berkaitan erat dengan masalah
perlindungan anak. Seperti yang tercantum dalam UU RI No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak yang berbunyi :
“ Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan
maupun sesudah dilahirkan. Anak berhak atas perlindungan-perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar ”.
Ayat ini jelas mendorong perlu adanya perlindungan anak dalam rangka mengusahakan kesejahteraan anak dan perlakuan yang adil terhadap
anak. 26
25 Wawancara dengan Endang Suprapti tanggal 22 Agustus 2011.
26 Arif Gosita, op.cit., hal 41.
1. Pemohon diwajibkan untuk datang berkonsultasi dengan pengurus bagian pengangkatan anak sesuai ketentuan persyaratan dasar.
2. Setelah terpenuhi dokumen-dokumen yang harus dilengkapi, pemohon dianggap resmi sebagai pemohon pengangkatan anak.
3. Apabila sudah ada bayi yang sesuai dengan permohonan yang bersangkutan, maka akan diadakan kunjungan rumah. Kunjungan rumah akan dilaksanakan oleh petugas Dinsosnakertrans dan petugas YPAB Permata Hati Surakarta.
4. Apabila laporan kunjungan tersebut memenuhi persyaratan maka akan dilakukan serah terima dan asuhan keluarga terhadap bayi yang akan diberikan, dengan izin dari Dinas Sosial Provinsi (SK Pengasuhan).
5. Home visit atau kunjungan rumah kedua akan dilakukan dalam asuhan, kurang lebih 6 (enam) bulan. Bila dalam kondisi perawatan yang baik maka anak dapat diajukan kepada TIM PIPA (Pertimbangan Izin Pengangkatan Anak) dengan rekomendasi Kepala Dinsosnakertrans Surakarta dan mendapatkan SK Pengangkatan Anak Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah (SK Pengangkatan). Untuk penetapan di Pengadilan Negeri Surakarta.
Permata Hati Surakarta. 27
Gambar 2 BAGAN PROSES PENGANGKATAN ANAK YPAB SURAKARTA
27 Permensos Nomor 110/HUK/2009 YPAB Permata Hati Surakarta.
Kementrian Sosial/Dinas Prov.
Calon Orang Tua Angkat
Pengumpulan Surat/Dokumen
Sidang Pengangkatan Anak di Pengadilan Negeri
Izin Pengangkatan
Sidang Tim PIPA
Surat Ketetapan/ Keputusan Pengangkatan Anak
Kunjungan Rumah 1
SK Pengasuhan Penempatan Anak
(Asuhan Keluarga)
Kurang Lebih 6
Bulan
Kunjungan Rumah
1) Sehat jasmani dan rohani baik secara fisik maupun mental mampu
mengasuh calon anak angkat (CAA).
2) Berumur paling rendah 30 (tiga puluh) tahun dan paling tinggi 55
(lima puluh lima) tahun.
3) Beragama sama dengan agama calon anak angkat.
4) Berkelakuan baik dan tidak pernah dihukum karena melakukan tindak
kejahatan.
5) Berstatus menikah secara sah paling singkat 5 (lima) tahun.
6) Tidak merupakan pasangan sejenis.
7) Tidak atau mempunyai anak atau hanya mempunyai satu orang anak.
8) Dalam keadaan mampu secara ekonomi dan sosial
9) Memperoleh persetujuan anak, bagi anak yang telah mampu menyampaikan pendapatnya dan ijin tertulis dengan orang tua kandung atau wali anak.
10) Membuat pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak adalah demi kepentingan terbaik bagi anak, kesejahteraan dan perlindungan anak.
11) Adanya laporan sosial dari pekerja sosial Instansi Provinsi setempat.
Kota.
13) Memperoleh izin untuk pengangkatan anak dari Kepala Instansi Sosial
Provinsi. 28
o Keterangan :
a) Membuat surat permohonan pengasuhan dan perawatan kepada Dinas
Sosial Provinsi Jawa Tengah.
b) Membuat surat permohonan kepada YPAB Permata Hati Surakarta
c) Menganti biaya administrasi dan menganti perawatan CAA
d) Foto 4 x 6 = 4 lembar suami isteri
Syarat Administratif
1) Surat keterangan sehat dari Rumah Sakit pemerintah
2) Surat keterangan kesehatan jiwa dari dokter spesialis jiwa dari Rumah
Sakit pemerintah
3) Copy akta kelahiran COTA (Calon Orang Tua Angkat)
4) Surat keterangan catatan Kepolisian (SKCK) setempat.
5) Copy surat nikah atau akta perkawinan COTA
6) Kartu keluarga dan KTP COTA
28 Permensos Nomor 110/HUK/2009 YPAB Permata Hati Surakarta
8) Keterangan penghasilan dan tempat bekerja COTA
9) Surat persetujuan CAA di atas kertas bermaterai cukup bagi anak yang telah mampu menyampaikan pendapatnya atau hasil laporan pekerja sosial
10) Surat izin dari orangtua kandung/wali yang sah/kerabat di atas kertas
bermaterai cukup
11) Surat pernyataan di kertas bermaterai cukup yang menyatakan bahwa pengangkatan anak demi kepentingan terbaik bagi anak dan perlindungan anak
12) Surat pernyataan akan memperlakukan anak angkat dan anak kandung tanpa diskriminasi sesuai dengan hak-hak dan kebutuhan anak di atas kertas bermaterai cukup
13) Surat pernyataan dan jaminan COTA di atas kertas bermaterai cukup yang menyatakan bahwa seluruh dokumen yang diajukan adalah syah dan sesuai fakta yang sebenarnya
14) Surat pernyataan bahwa COTA akan memberitahukan kepada anak angkatnya mengenai asal-usulnya dan orang tua kandungnya dengan memperhatikan kesiapan anak 14) Surat pernyataan bahwa COTA akan memberitahukan kepada anak angkatnya mengenai asal-usulnya dan orang tua kandungnya dengan memperhatikan kesiapan anak
16) Surat penyerahan anak dari orangtua/wali yang sah/kerabat kepada Ru mah Sakit/Kepolisian/masyarakat yang dilanjutkan dengan penyerahan anak kepada Instansi Sosial
17) Surat penyerahan anak dan Instansi Sosial kepada lembaga
pengasuhan anak
18) Surat keputusan kuasa asuh anak dari pengadilan kepada lembaga
pengasuhan anak
19) Laporan sosial mengenai COTA dibuat oleh pekerja sosial Instansi
Sosial Provinsi dan lembaga pengasuhan anak
20) Surat keputusan izin asuhan dari Kepala Instansi Sosial
21) Laporan sosial perkembangan anak dibuat oleh pekerja sosial Instansi
Sosial dan lembaga pengasuhan anak
22) Surat rekomendasi dari Kepala Instansi Sosial Kabupaten atau Kota
23) Surat rekomendasi pertimbangan perizinan pengangkatan anak dari
tim PIPA daerah
Kepala Instansi Sosial Provinsi untuk ditetapkan di pengadilan
25) Persyaratan administratif COTA yang berupa copy harus dilegalisir oleh lembaga yang menerbitkan dokumen atau lembaga yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 29
Pengangkatan anak pada mulanya hakekatnya semata-mata untuk melanjutkan dan mempertahankan garis keturunan atau marga dalam suatu keluarga yang tidak mempunyai anak kandung. Tetapi dalam perkembangannya kemudian sejalan dengan perkembangan masyarakat, tujuan adopsi telah berubah menjadi untuk kesejahteraan anak. Hal ini tercantum pula dalam pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 4/1979 tentang kesejahteraan anak yang berbunyi: “Pengangkatan anak menurut adat dan kebiasaan dilaksanakan dengan mengutamakan kepentingan
kesejahteraan anak”. 30 Dengan demikian maka pengangkatan anak sebagai salah satu pelayanan kesejahteraan anak secara konstitusional menjadi
tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. 31
29 Permensos Nomor 110/HUK/2009 YPAB Permata Hati Surakarta
30 Djaja S Meliala, Pengangkatan Anak (Adopsi) di Indonesia, (Bandung : Tarsito, 1982), hal 4.
31 M. Budiarto, Pengangkatan Anak Ditinjau Dari Segi Hukum, (Jakarta : Akademika Pressindo, 1985), hal 26.