Hambatan dalam Pelaksanaan Perjanjian Pengangkutan Barang antara PT. Aqua Tirta Investama Klaten dengan CV. Bintang Jaya dan Penyelesaiannya

D. Hambatan dalam Pelaksanaan Perjanjian Pengangkutan Barang antara PT. Aqua Tirta Investama Klaten dengan CV. Bintang Jaya dan Penyelesaiannya

Perjanjian Kerjasama Angkutan antara PT. Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Kemungkinan dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh pihak-pihak dalam perjanjian. Hambatan-hambatan yang terjadi disebabkan adanya :

1. Kepentingan Para Pihak Perjanjian yang dibuat, pihak pertama selalu dalam posisi kuat dan berhadapan dengan pihak kedua yang pada umumnya mempunyai posisi lemah. Dalam perjanjian kerjasama angkut PT. Aqua Tirta Investama sebagai pihak pertama, sedang CV. Bintang Jaya sebagai pihak kedua. Hambatan- hambatan yang disebabkan oleh kepentingan para pihak antara lain :

i. Berakhirnya perjanjian kerjasama angkut antara PT. Aqua Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya.

Perjanjian kerjasama angkutan yang telah disepakati antara PT. Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya mempunyai jangka waktu berlaku. Jangka waktu perjanjian diatur dalam pasal 11.1. Perjanjian telah ditentukan selama 1 (satu) tahun berlakunya.

Pasal 11.2 disebutkan jangka waktu dapat diperpanjang kembali selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum perjanjian berakhir dengan ketentuan yang akan dibicarakan dan disetujui secara tertulis oleh para pihak.

Berdasarkan Pasal 13 Surat Perjanjian Kerjasama Angkutan antara PT. Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya telah ditentukan mengenai berakhirnya perjanjian. Dalam pasal ini dinyatakan bahwa :

a) Pihak pertama berhak untuk mengakhiri perjanjian secara sepihak sebelum berakhirnya jangka waktu Perjanjian ini dengan cara membuat pemberitahuan secara tertulis, apabila terjadi salah satu peristiwa sebagai berikut :

a) Pihak kedua tidak atau lalai melakukan kewajibannya, melanggar atau menyalahi baik sebagian maupun seluruh kewajiban- kewajibannya.

b) Pihak kedua tidak sanggup memperbaiki kesalahan-kesalahannya (bukan force majeure) dalam waktu singkat.

c) Pihak kedua jatuh pailit atau ditaruh di bawah pengampunan (curatele).

d) Usaha pihak kedua bubaratau dibubarkan karena sebab apapun juga.

e) Harta kekayaan pihak kedua baik sebagian maupun seluruhnya disita, baik dengan sita jaminan maupun eksekusi.

f) Ijin usaha pihak kedua dicabut untuk sementara maupun untuk seterusnya.

g) Adanya perubahan kepemilikan dan/atau perubahan manajemen dari pihak kedua yang dapat mempengaruhi kepentingan hukum, finansial dan/atau bisnis pihak pertama.

b) Pada saat berakhirnya perjanjian :

a) Pihak kedua tetap harus menyelesaikan semua kewajiban- kewajibannya yang masih terhutangi berdasarkan perjanjian.

b) Pihak kedua tidak diperbolehkan menggunakan informasi rahasia milik pihak pertama baik dalam hal dan/atau bentuk apapun juga.

c) Pihak kedua harus mengembalikan semua produk yang belum dan/atau tidak diangkut kepada pihak pertama.

d) Pihak pertama harus menyelesaikan sisa pembayaran biaya pengangkutan kepada pihak kedua untuk semua produk yang telah diangkut.

c) Para pihak melepaskan ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam Pasal 1266 dan 1267 KUH Perdata Indonesia sepanjang mengenai perlunya putusan pengadilan untuk pengakhiran perjanjian.

d) Semua biaya yang timbul sehubungan dengan pengakhiran berdasarkan Pasal 13.1 menjadi beban pihak kedua.

ii. Seringnya PT. Tirta Investama selaku pihak pertama membuat aturan- aturan baru tanpa dikomunikasikan terlebih dahulu dengan CV. Bintang Jaya selaku pihak kedua sebagai pihak pengangkut.

Peraturan-peraturan yang dibuat oleh PT. Tirta Investama selaku pihak pertama ditujukan untuk menciptakan keamanan dan kedisplinan kerja. Namun dalam pembuatan peraturan dilakukan secara sepihak dan rentang waktu antara dikeluarkannya peraturan dengan pelaksanaan peraturan sangat singkat. Sehingga memberatkan pihak kedua yang dikenai peraturan. Peraturan – peraturan tersebut antara lain:

1. Kewajiban memakai rompi pengaman dan sepatu kulit untuk setiap orang (khususnya sopir dan kenek) yang memasuki area pabrik.

2. Kelengkapan truk yang harus dimiliki oleh semua armada truk yang memasuki area pabrik. Kelengkapan tersebut antara lain : terpasangnya sabuk pengaman sopir, sirine belakang truk harus berfungsi, adanya pengganjal truk.

PT. Tirta Investama selaku pihak pertama dalam membuat aturan-aturan baru tersebut semestinya melibatkan CV. Bintang Jaya selaku pihak kedua sehingga aturan-aturan yang dibuat dapat disosialisasikan terlebih dahulu sehingga tidak dirasa memberatkan.

iii. Adanya kecelakaan yang mengakibatkan rusaknya produk (rusak, pecah, cacat atau bau karena terkontaminasi oleh benda/zat lain), rusaknya kendaraan angkutan, berkurangnya jumlah barang, cederanya pengemudi maupun kernet, ataupun cederanya pihak ketiga.

Hukum pengangkutan mengandung prinsip bahwa pengangkut dianggap selalu bertanggungjawab atas kerugian yang timbul dalam penyelenggaraan pengangkutan, yaitu dalam pasal 14. Dalam perjanjian kerjasama angkut antara PT. Aqua Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya, semua resiko diatas ditanggung oleh CV. Bintang Jaya selaku pengangkut.

2. Faktor Alam Hambatan dalam perjanjian selain dari faktor-faktor tersebut diatas, dapat dikarenakan force majeure. Ketentuan dalam Pasal 15.1 Perjanjian Kerjasama Angkutan antara PT. Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya, klausula dalam pasal ini merupakan penegasan dalam hal kegagalan atau keterlambatan dalam pelaksanaan pengangkutan disebabkan oleh peristiwa seperti kebakaran, banjir, gempa bumi, embargo, peraturan pemerintah, perang, pemberontakan, huru hara, kerusuhan sipil, bencana alam, atau sebab lainnya di luar kekuasaan masing-masing pihak (disebut suatu keadaan terpaksa).

Atas kejadian-kejadian yang telah dijelaskan tersebut di atas maka masing-masing pihak dibebaskan dari tanggung jawab satu sama lain. Tetapi pihak yang terlambat dan terhambat dalam melaksanakan kewajiban sebagai akibat kejadian terpaksa wajib memberitahukan secara tertulis kepada pihak lainnya selambat-lambatnya 3 hari setelah kejadian keadaan terpaksa terjadi.