Proses Pengikatan Perjanjian Pengangkutan Barang Antara PT. Aqua Tirta Investama Klaten dengan CV. Bintang Jaya

B. Proses Pengikatan Perjanjian Pengangkutan Barang Antara PT. Aqua Tirta Investama Klaten dengan CV. Bintang Jaya

Pertumbuhan perekonomian selalu meningkat seiring dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat. Dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan agar dapat mempunyai kekuatan mengikat dan kekuatan hukum yang jelas, diperlukan suatu perjanjian. Perjanjian beraneka ragam baik yang telah diatur maupun yang belum diatur dalam buku III KUH Perdata. Hal tersebut dapat terjadi karena memang perjanjian menganut sistem terbuka.

Penulisan ini yang menjadi obyek penelitian adalah: perjanjian kerjasama jasa pengangkutan Air Minum dalam Kemasan antara PT. Aqua Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya. Perjanjian yang disepakati tersebut merupakan perjanjian standar atau perjanjian baku. Perjanjian baku ini isinya telah ditentukan dalam bentuk formulir. Baku disini berarti sudah merupakan patokan, ukuran, acuan dimana yang menentukan keberadaan format baku tersebut adalah Penulisan ini yang menjadi obyek penelitian adalah: perjanjian kerjasama jasa pengangkutan Air Minum dalam Kemasan antara PT. Aqua Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya. Perjanjian yang disepakati tersebut merupakan perjanjian standar atau perjanjian baku. Perjanjian baku ini isinya telah ditentukan dalam bentuk formulir. Baku disini berarti sudah merupakan patokan, ukuran, acuan dimana yang menentukan keberadaan format baku tersebut adalah

Proses pengikatan perjanjian pengangkutan antara PT. Aqua Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya melalui 3 tahap, yaitu :

1. Tahap Penawaran

Pengangkutan yang dilaksanakan CV. Bintang Jaya kepada konsumen PT. Tirta Investama dimulai dengan adanya penawaran. Dalam kebiasaan yang hidup dalam praktek pengangkutan, terdapat perbuatan yang tidak ada pengaturannya dalam undang-undang yaitu perbuatan tentang penawaran yang dilakukan kepada konsumen yang membutuhkan jasa pengangkutan. Demikian pula CV. Bintang Jaya, sebagai pihak pengangkut juga melakukan penawaran jasa. Penawaran tersebut diberikan kepada instansi maupun perusahaan-perusahaan yang membutuhkan jasa pengangkutan air minum dalam kemasan. Kemudian PT. Aqua Tirta Investama sebagai pihak yang membutuhkan jasa pengangkutan menyodorkan dokumen perjanjian kerjasama jasa pengangkutan.

2. Tahap Kesepakatan Perjanjian

Perjanjian pengangkutan Air Minum Dalam Kemasan antara PT. Aqua Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya yang membuat format perjanjian adalah pihak PT. Aqua Tirta Investama. Perjanjian tersebut disodorkan kepada pihak transportir yang merupakan rekanan PT. Aqua Tirta Investama. Perjanjian yang disodorkan tersebut berisi mengenai:

1. Judul

2. Penunjukkan

3. Lingkup Perjanjian

4. Produk

5. Jenis Angkutan dan Kelengkapan Dokumen

6. Waktu Kerja dan Rute Pengangkutan

7. Tata Cara Pengangkutan Produk

8. Biaya Pengangkutan

9. Pembayaran

10. Tata Tertib di Lokasi Bongkar Muat

11. Jangka Waktu Perjanjian

12. Kerusakan pada Armada Pengangkutan

13. Berakhirnya Perjanjian

14. Sanksi

15. Keadaan Terpaksa

16. Penyelesaian Perselisihan

Penandatanganan perjanjian tersebut, terdapat syarat yang ditentukan oleh Undang-Undang yaitu berdasarkan pasal 1320 KUH Perdata yang menentukan mengenai orang-orang yang dianggap cakap untuk melakukan perjanjian. Misalnya: kedewasaan, tidak dibawah pengampunan, sehat ingatan dan sebagainya. Disamping keberadaan orang yang dianggap cakap oleh hukum tersebut diperlukan juga unsur-unsur lain yaitu dalam pasal 1321 KUH Perdata yang berisi bahwa dalam perjanjian tidak ada unsur kekhilafan, paksaan dan penipuan.

3. Tahap Pelaksanaan Perjanjian

Pelaksanaan perjanjian antara PT. Aqua Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya terdapat permasalahan-permasalahan maupun keadaan yang Pelaksanaan perjanjian antara PT. Aqua Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya terdapat permasalahan-permasalahan maupun keadaan yang

Permasalahan maupun kejadian-kejadian yang tidak diinginkan para pihak seperti berupa berkurangnya jumlah barang yang telah diangkutkan oleh PT. Tirta Investama kepada CV. Bintang Jaya untuk dikirimkan kepada konsumen. Dalam keadaan demikian, bagaimanapun juga yang dituntut adalah pihak pengirim yaitu dalam hal ini adalah transportir untuk mengganti kekurangan atau kerugian pihak pertama.

Selama 1 tahun periode berlakunya Perjanjian Kerjasama Angkutan antara PT. Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya berjalan relatif lancar, hal tersebut ditegaskan dengan ditandatanganinya Addendum I per tanggal 30 maret 2007 yang berisi kesepakatan para pihak untuk memperpanjang kerja sama pengangkutan antara kedua belah pihak dengan mengubah pasal 11.1 mengenai jangka waktu perjanjian yang berisi:

”Perjanjian ini berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal 01 April 2007 dan akan berakhir sampai dengan tanggal 31 Maret 2008.”

Tarif angkutan yang akan dibayarkan kepada CV. Bintang Jaya sesuai dengan Pasal 8.1 dari Perjanjian Kerjasama Angkutan antara PT. Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya yang berisi:

“Biaya pengangkutan adalah sebagaimana diuraikan dalam lampiran 2 perjanjian ini, bermaterai cukup, ditandatangani oleh para pihak dan merupakan satu kesatuan serta bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini”.

PT. Tirta Investama dan CV. Bintang Jaya menandatangani Addendum II tertanggal 24 April 2007 yang mengacu pada syarat dan ketentuan sebagai berikut:

”Mengubah Lampiran 2 dari Perjanjian (mengenai Biaya Pengangkutan) sehingga untuk selanjutnya terhitung sejak tanggal 24 April 2007 Lampiran 2 dari Perjanjian seluruhnya akan tertulis dan dibaca sebagaimana terlampir dalam Addendum ini, bermaterai cukup dan ditandangai oleh para pihak serta merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Addendum ini dan dengan diberlakunya Lampiran 2 sebagaimana tersebut di atas maka Lampiran 2 yang ada sebelum Addendum ini dibuat dinyatakan batal dan tidak berlaku lagi.”

Addendum II diatas menjelaskan bahwa para pihak sepakat untuk merubah tarif ongkos angkut untuk produk Mizone (6.7 Kg) dengan ekspedisi Klaten – Jawa Timur yang terdiri dari 20 lokasi tujuan yang mengalami penurunan tarif ongkos angkut sebesar 5 % / box dari harga sebelumnya, serta penurunan tarif ongkos angkut ekspedisi Klaten – Jawa Barat yang terdiri dari

14 lokasi tujuan yang mengalami penurunan tarif ongkos angkut sebesar 5 % / box dari harga sebelumnya (sebagaimana dalam Lampiran Addendum II hal. 7 dan 8).

Munculnya isu-isu terhadap pentingnya pemenuhan hak-hak para pekerja yang harus terpenuhi sesuai undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia untuk memberikan, menjamin, melindungi serta memperjelas hal-hal yang menjadi hak-hak para pekerja makin mendorong para pihak untuk membuat dan menandatangani Addendum III tentang Munculnya isu-isu terhadap pentingnya pemenuhan hak-hak para pekerja yang harus terpenuhi sesuai undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia untuk memberikan, menjamin, melindungi serta memperjelas hal-hal yang menjadi hak-hak para pekerja makin mendorong para pihak untuk membuat dan menandatangani Addendum III tentang

”Perjanjian ini berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal 01 April 2008 dan akan berakhir sampai dengan tanggal 31 Maret 2009.”

Addendum III tersebut juga diberlakukannya pasal baru ke dalam perjanjian yang selanjutnya disebut sebagai pasal 20 mengenai prinsip-prinsip sosial dasar yang mengacu kepada Undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia dan konvensi-konvensi Organisasi Buruh Internasional yang menyangkut hal-hal sebagai berikut:

1. Larangan buruh anak-anak

2. Larangan kerja paksa

3. Larangan atas segala bentuk diskriminasi

4. Hak atas kebebasan berserikat dan melakukan perundingan secara kolektif

5. Perlindungan atas kesehatan dan keselamatan kerja karyawan

6. Penerapan hukum nasional atas jam kerja

7. Penerapan hukum nasional atas upah minimum

Seiring meningkatnya biaya operasional dan tarif ongkos angkut yang dirasakan oleh pengusaha jasa pengangkutan memaksa setiap usaha untuk dapat berkembang dan menjadi lebih kompetitif dalam mempertahankan dan menjalankan usahanya agar roda usahanya dapat terus bergerak, maka tidak jarang pengusaha berupaya untuk mempertahankan usahanya, salah satunya dengan cara menaikan tarif ongkos angkut usahanya. Berdasarkan alasan yang sama pula PT. Tirta Investama dan CV. Bintang Jaya menandatangani Addendum IV tertanggal 09 Juli 2008 yang mengacu pada syarat dan ketentuan yang antara lain mengubah pasal 8.3 dari perjanjian mengenai biaya pengangkutan yang berisi:

”Perubahan biaya pengangkutan harus disetujui oleh para pihak secara tertulis dan berlaku untuk pengangkutan dengan Purchase Order (PO) berikutnya dan tidak berlaku untuk PO yang sudah ditandatangani sebelumnya dan/atau sedang dijalankan kecuali ditentukan lain secara tertulis oleh para pihak.”

Addendum IV tersebut menjelaskan bahwa perubahan biaya pengangkutan terhitung mulai tanggal 24 Mei 2008 biaya pengangkutan sebagaimana terdapat pada Lampiran 2 dari perjanjian mengalami perubahan sesuai dengan biaya pengangkutan sebagaimana terdapat dalam Lampiran dari Addendum IV serta biaya pengangkutan yang ada sebelum Addendum IV dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 24 Mei 2008. Perubahan biaya pengangkutan tersebut meliputi biaya pengangkutan untuk produk Aqua seluruh ukuran kemasan (per Box) dengan kenaikan sebesar 17 % untuk ekspedisi Klaten – Jawa Timur dan Klaten – Jawa Barat, dan kenaikan sebesar

15 % untuk ekspedisi Klaten – Jawa Tengah, serta perubahan biaya pengangkutan untuk produk Mizone ukuran 6.7 Kg (per Box) dengan kenaikan sebesar 19 % untuk tujuan Klaten – Jawa Timur dan Klaten – Jawa Tengah, dan kenaikan sebesar 17 % untuk tujuan Klaten – Jawa Tengah.