Soewradi Soerjaningrat

B. Soewradi Soerjaningrat

SS dilahirkan pada 2 Mei 1889 di kampung Soerjadiningratan, yang letaknya berada di sebelah timur

1. Dalam Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia, terdapat dua orang yang menggunakan nama Douwes Dekker. Yang pertama adalah tokoh yang memiliki nama lengkap Edouard Douwes Dekker yang dikenal dengan nama pena Multatuli. Ia dilahirkan di Amsterdam pada 2 Maret 1820, dan meninggal di Rhein (wilayah Jerman) pada 19 Februari 1887. Multatuli dikenal sebagai penulis buku novel yang berjudul Max Havelaar (1860). Jabatan terakhir yang diembannya adalah Asisten Residen di Lebak (Karesidenan Banten). Sementara itu, Ernest François Eugène Douwes Dekker dilahirkan pada 8 Oktober 1879 di Pasuruan, dan meninggal di Bandung pada 28 Agustus 1950. Ia dikenal sebagai Penulis dan mantan pemimpin redaksi koran Bataviaasche Nieuwsblad. Ia dikenal sebagai pendiri Indische Partij, Saat kembali dari pembuangan, ia kembali ke Hindia Belanda dengan nama samaran Danoedirdja Setiabhudi. Pada saat pendirian Indische Partij, duduk dalam kepengurusan antara lain Douwes Dekker, van der Poel, Brunsveld van Hulten, Topee, Fundter dan Tjipto Mangoenkoesoemo (Lihat “Een vergadering der Indische Partij, dalam Bataviaasche Nieuwsblad, 19 September 1912, lembar ke-2.

80 Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung 80 Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung

Setamat dari Europeesche Lagere School (ELS), SS melanjutkan sekolahnya di School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) yang berada di Weltevreden. Namun berhubung fisiknya yang kurang kuat, menyebabkan ia sering sakit-sakitan, sehingga beasiswa yang diterimanya harus dicabut sebagai akibat dari seringnya tidak masuk sekolah. 3 Selepas dari STOVIA, ia bekerja sebagai ahli kimia di pabrik gula Kalibagor,

2. Pasangan ini memiliki putra sebanyak 8 orang, yakni RM Soerjosisworo, RA Dokter Bintang, RA Pratiknyo, RM Soewardi Soerjaningrat, KRMT Soewarto Serjaningrat, RM Soemarman, RM Soerjodipoero, dan RM Soerjopranoto. (Irna HN Hadi Soewito, Soewardi Soerjaningrat, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1985, hlm. 13).

3. SS tidak tercatat sebagai lulusan STOVIA. Berdasarkan daftar lulusan terdapat beberapa siswa yang berasal dari Paku Alaman, antara lain: Dr. Raden Mas Soedjono, masuk 17 Juni 1889, lulus pada 19 Januari 1997, Raden Mas Notosoerasmo, masuk 22 Maret 1997, lulus 1 November 1907; Raden Mas Sosroprawiro, masuk 1 Maret 199 lulus 1 Oktober 1909; dan Raden Mas Gondhokoesoemo masuk 14 Desember 1905, lulus 28 Juni 1915 (A. De Waart.(Ed). Ontwikkeling van het Geneeskundig Onderwijs te Weltevreden, 1851-1926, Perkembangan Pendidikan Kedokteran di Weltevreden: 1851-1926 (Terj. Djoko Marihandono dan Harto Juwono), Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional, 2014:, hlm. 291-301)

81

Jejak Soewardi Soerjoningrat

Banyumas. Namun, tidak berapa lama bekerja sebagai ahli kimia, ia pindah ke kota Yogyakarta. Di kota ini, ia bekerja di apotik Rathkamp. Namun tidak lama ia bekerja di apotik itu, ia harus segera meninggalkan pekerjaannya karena di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Waktunya banyak tersita untuk melakukan korespondesni dengan berbagai macam surat kabar daerah, terutama dengan surat kabar De Express. 4 Selepas dari bekerja di apotik, ia memutuskan untuk bekerja sebagai jurnalis seperti apa yang digelutinya selama itu. Atas permitaan pemimpin redaksi De Expres Douwes Dekker, SS diminta untuk membantu koran terbitan Bandung itu. Dengan demikian, ia harus hijrah dari Yogyakarta ke kota Bandung. 5 Keduanya sudah lama saling mengenal tatkala Douwes Dekker masih bekerja sebagai redaktur di surat kabar Bataviaasche Nieuwsblad di bawah pimpinan J.H. Ritman. Dengan demikian dapat dipahami bahwa banyak siswa STOVIA, terutama tokoh-tokoh Boedi Oetomo yang merasa cocok dengan DD yang tidak selalu sepaham dengan kebijakan pemerintah kolonial. Tatkala terjadi pergantian pemimpin koran itu dari J.H. Ritman ke Zaalberg, banyak di antara redaktur koran

4. Lihat laporan Residen Yogyakarta Liefrink yang berjudul Nota de betreffende Geschriften van Douwes Dekker. 5. Kedua tokoh ini sudah saling berhubungan. Tatkala Soewardi Sorjaningrat sekolah di STOVIA, Douwes Dekker dikenalnya sebagai redaktur koran Bataviaasche Nieusblad. Koran ini berada di bawah pimpinan seorang Belanda yang bernama JH Ritman. Surat kabar ini dikenal sebagai media cetak yang objektif, tidak selalu mengikuti garis kebijakan pemerintah kolonia.(Lihat Margono Djojohadikusumo. Dr. EFE Douwes Dekker, Jakarta: Bulan Bintang, hlm. 28. )

82 Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung 82 Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung

Secara sadar dan dengan semangat yang menyala-nyala, SS mulai berkecimpung di arena politik di bawah bendera Indische Partij, yang menerima semua suku bangsa yang ada di wilayah koloni Hindia Belanda. Partai ini dia rasakan sangat berguna dalam upaya memajukan pendidikan karena tidak membedakan suku, agama, dan golongan dari mana anggota berasal. 7 Oleh karena itu, semangat persatuan dan kesatuan

6 Majalah ini selalu memberitakan aktivitas dari Indische Partij yang

izinnya belum diberikan oleh pemerintah kolonial. Dilaporkan bahwa di Bandung partai ini memiliki 200 orang anggota, di Semarang 200 orang anggota, bahkan pada saat dilakukan rapat di Semarang yang dihadiri antara 400 – 500 orang partai baru ini berhasil mengumbulkan dana dari simpatisannya sebesar f 195, yang berasal dari 135 orang anggota. Di Surabaya, partai baru ini memiliki anggota sebanyak 600 orang. (Lihat “DD te Soerabaja” dalam Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie 9 Desember 1912 lembar ke-2; “De Indische Partij” dalam De Sumatra Post 20 September 1912 dan Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie 20 September 1912 lembar ke-2; “De Bandoengsche Verkieziezingstrijd” dalam Bataviaasch Nieuwsblad 4 Desember 1912 lembar ke-2). Di Padang kepengurusan Indische Partij diketuai oleh FAN Loth, dr. Rivai sebagai wakil ketua, L. Ginus sebagai sekretaris, Lim Ek Tie sebagai bendahara, JC Holtzapffel Sr, J.P.C.A Alting Siberg, Jr, dan HHJB Mes sebagai komisaris.

7 Lihat “Grootheidsdroom” dalam Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie, 17 Oktober 1912. SS bersedia bergabung dengan Indische Partij karena ia menganggap partai ini akan memajukan pendidikan bagi seluruh bangsa di Hindia Belanda tanpa membedakan

Jejak Soewardi Soerjoningrat Jejak Soewardi Soerjoningrat

Indische Partij didirikan pada 6 September 1912 oleh DD, seorang indo dari ayah Eropa dan ibu Jawa, yang memiliki semangat nasionalis yang tinggi, bersama-sama dengan TM dan SS. Sejak awal, Indische Partij sudah menyatakan dirinya sebagai partai politik. Partai politik ini tidak hanya diminati oleh orang bumiputera, namun juga oleh orang-orang Indo yang tinggal di Hindia Belanda. Namun, dalam perkembangannya, orang Indo ini berdiri sendiri, melepaskan diri dari perkumpulan bumiputera. Gagasan ini sangat ditentang oleh DD. Sejak awal tiga serangkai ini telah berikrar untuk menanamkan rasa kebangsaan untuk menjadi bangsa yang bebas merdeka. Penanaman jiwa nasionalisme inilah yang selalu ditanamkan oleh ketiganya terhadap para anggotanya.

Rawe-rawe rantas malang-malang putung merupakan semboyan yang tetap dipegang teguh terutama oleh ketiga pendiri partai ini. Semboyan ini mereka pertahankan dalam banyak peristiwa yang menimpa nasib mereka bertiga. Semboyan ini tertulis dalam lencana Indische Partij, sehingga semoboyan itu menjadi pedoman dan pegangan seluruh anggota partai tersebut. Semboyan ini merupakan gambaran semangat partai politik ini yang tidak mengenal kata menyerah, karena semua hambatan

suku bangsa maupun agama. Selain itu juga kekaguman SS pada Douwes Dekker yang mahir dalam menulis yang membuat ia senang bergabung di partai ini.

84 Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung 84 Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung