Penghuni Hotel Prodeo

E. Penghuni Hotel Prodeo

Pada 30 Juli 1913 secara tiba datang polisi yang mengepung rumahnya, dan menangkap SS. Pemerintah telah memutuskan untuk menangkap dan menahannya. Selain Soewardi, dr. Tjipto juga ditangkap dan ditahan bersamanya. Dikerahkan polisi Belanda dan polisi Ambon yang bersenjata lengkap untuk menahannya. Selain mereka berdua, Abdoel Moeis dan AH. Wignyadisastra pun tidak luput dari penangkapan polisi, karena mereka berdua bekerja sebagai komisaris Komite. Mengingat bahwa Abdoel Moeis dan Wignjadisastra hanya sebagai pembantu, dr. Tjipto melakukan protes atas penangkapan mereka berdua. Berdasarkan protes inilah Abdoel Moeis dan Wignjadisastra dibebaskan kembali.

Beberapa hari setelah itu, tepatnya pada 1 Agustus 1913, DD tiba kembali ke tanah air setelah beberapa mengunjungi negeri Belanda untuk menjelaskan status dari partai yang didirikannya Indische Partij di depan sidang Majelis Rendah Belanda. Setelah mengetahui apa yang terjadi atas tulisan dua sahabatnya itu, ia menulis di De Express terbitan 5 Agustus 1913 yang berjudul Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en RM Soerjadi Soerjaningrat (Pahlawan-pahlawan kami: Tjipto Mangoenkoesoemo dan RM Soewardi Soerjaningrat). Tulisan itu menjelaskan siapa sebenarnya dr. Tjipto Mangoenkoesoemo.

96 Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung

Ia adalah orang yang sangat kuat kepribadiannya, dan dikenal sebagai orang yang taat pada prinsip yang diyakininya. Atas jasanya keyika menumpas penyakit pes, ia dianugerahi bintang tertinggi Ridder in de Orde van Oranje Nassau (Bintang Ksatria dari Kerajaan Belanda), atas jasanya menumpas penyakit itu yang menjalar di Surabaya, Malang dan Pasuruan pada April

1911. 23 Tulisan DD ditujukan untuk memberikan klarifikasi tentang siapa-siapa sebenarnya kedia tokoh yang telah ditahan

oleh kejaksaan. Dengan ditahannya TM dan SS dipenjara, Douwes Dekker menulis sebagai berikut: …..Bagaimanapoen djoega, teman-temankoe Tjipto dan Soewardi, karena sikapnya jang berani di dalam pendjara mereka tidak merasa terpoekoel djatoeh dan merasa berbahagia demi kekoeatan bangsa Hindia. 24

Sejak munculnya tulisan Soewardi yang pertama yang menghebohkan masyarakat, Comite Boemi Poetra tidak diizinkan lagi mengadakan kegiatan apa pun. Semua isi koran yang sudah terbit diperiksa dan mendapatkan pengawasan yang sangat ketat. Setelah beberapa lama, hanya berita resmi saja yang diizinkan untuk diterbitkan dalam koran.

Alasan penahanan SS adalah bahwa ia yang menulis brosur selebaran yang dianggap dapat mengganggu ketertiban

23. Lihat Tjipto Mangoenkoesoemo. De Pest op Java en Hare Bestrijding. Catatan rapat umum pada 10 Januari 1914 di s’Gravenhage. 24. EFE Douwes Dekker, op.cit. hlm. 79.

Jejak Soewardi Soerjoningrat Jejak Soewardi Soerjoningrat

Upaya kedua dilakukan dengan menawarkan kepada adik TM untuk dapat sekolah di HBS secara gratis. Namun, bujukan itu pun ditolaknya. Pemerintah kolonial tidak habis akal untuk membujuk dr. Tjipto mangoenkoesoemo yang telah mendapatkan bintang dari Sri Ratu Belanda. Melalui R. Soemarsono seorang jaksa di Purwakarta yang merupakan teman baiknya dan dr. Hazeu yang menjabat sebagai Adviseur voor Inlandsche Zaken (Penasehat urusan bumiputera) menyarankan agar TM mengajukan grasi agar tidak ditahan. Namun usaha ini ditolaknya.

Selama masa penahanan itu, SS mengalami sakit demam tinggi, yang perlu segera ditangani oleh dokter, Permintaan ini pun tidak dikabulkan oleh sipir penjara. Bahkan istrinya yang bernama RA. Soetartinah yang datang dari Batavia tidak diizinkan untuk menengok suaminya. Ia diharuskan memperoleh

98 Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung 98 Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung

Beberapa upaya dilakukan agar SS dan TM bersedia untuk meminta maaf kepada pemerintah kolonial Belanda. Namun mereka tidak mau. Kedua tokoh ini tetap tegar tidak mau menuruti apa yang dikehendaki oleh pemerintah kolonial. Nasehat yang diberikan oleh ayahnya pun dia terima. Namun SS tetap pada pendiriannya. Ia tidak mau diminta untuk mengundurkan diri dari semua kegiatan partai politik. Bahkan dia mengajak seluruh keluarga agar merasa bangga bahwa salah satu keluarganya dipenjara berkat pendiriannya yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa. TM dan SS sepenuhnya menyadari bahaya dan resiko yang akan mereka hadapi sebagai akibat dari sikap keras mereka itu.

DD melihat kedua sahabatnya ditahan, ia tidak tinggal diam. Ia menulis di koran beberapa kali demi membela kedua sahabatnya itu. Akhirnya DD dituduh melanggar pasal 47 undang-undang pemerintah kolonial Belanda yakni menganggu keamanan dan ketertiban umum, dengan melakukan propaganda yang menghasut masyarakat dan dianggap merugikan pemerintah kolonial pada khususnya dan pemerintah negara induk pada umunya. Hal yang paling membuat marah penguasa, ketika ia menulis tentang Brieven van de Koningin (Surat-surat untuk Ratu). Surat ini dianggap telah memprovokasi masyarakat

Jejak Soewardi Soerjoningrat Jejak Soewardi Soerjoningrat

11 Agustus ia dihadapkan Residen Batavia H. Rijfsnijder, dan dinyatakan bebas dari segala tuntutan dengan syarat tidak akan memprovokasi masyarakat dengan tulisan-tulisannya.

Namun apa yang disyraratkan pada EFE Douwes Dekker tidak dipatuhinya. Ia tetap mengkritik penahanan kedua sahabatnya itu, yang menyebabkan ia segera ditangkap dan dipenjarakan bersama dengan kedua sahabatnya itu. SS mencoba menenangkan sahabat-sahabatnya bahwa perjuangan mereka akan tertoreh pada perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Perang urat syaraf antara mereka yang dipenjara dengan masyarakat di luar penjara terjadi. Desas-desus mengenai rencana pembuangan mereka pun dihembuskan bahwa mereka akan dibuag ke Fak- Fak Papua, atau ke Ambon atau bahkan ke tempat yang lebih jauh lagi. Namun mereka bertiga tetap tegar dan pantang menyerah, karena di dalam penjara pun mereka tetap menulis dan memprotes kebijakan pemerintah kolonial.

Berhubung himbauan pemerintah tidak dihiraukan, bahkan di dalam penjara pun mereka bertiga masih tetap

25. Lihat “Optreden der regeering” dalam De Preanger Bode, 5 Agustus 1913, lembar ke-2.

Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung

Dalam waktu 30 hari sejak ditetapkan mereka harus segera mengemas barang-barangnya untuk segera menjalani pembuangannya. Namun berdasarkan peraturan yang berlaku, apabila mereka menginginkannya, mereka dapat dikirimkan ke Negeri Belanda sebagai tempat pembuangannya. Permintaan ketiga tokoh ini dikabulkan untuk dibuang ke negeri Belanda dengan harapan dapat melanjutkan kegiatan politik mereka. Asumsi para pemegang keputusan di wilayah koloni, bahwa dengan dibuang ke Belanda, mereka akan berhadapan dengan tokoh-tokoh politik lainnya dan akan terlindas oleh lawan-

26. Lihat “Het Verbaningsbesluit” dalam Het nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie. 29 Agustus 1913 lembar ke-1.

Jejak Soewardi Soerjoningrat

Partij, dari rekatur majalah 27 Theosofie juga melakukan protes. Namun, keputusan telah dijatuhkan dan mereka bertiga harus

segera menjalani hukumannya. Selain hukuman yang dijatuhkan kepada ketiga tokoh ini, Comite Boemi Poetra juga dibubarkan dan dianggap sebagai suatu organisasi yang terlarang di wilayah koloni Hindia Belanda.